Terbaru

Cerpen Kak Bi: Cinta Sejati, Tetap Mati

Cerpen Kak Bi: Cinta Sejati, Tetap Mati


Apakah Pengembara penyuka cerita fantasi? Karena, lagi-lagi aku kembali dengan cerita fantasi nih.

Cerita kali ini adalah cerpen fantasi soal dunia kerajaan laut, aku akan coba membawa Pengembara masuk ke dunia samudera yang penuh misteri dan keajaiban. 

Langsung saja eksplorasi dunia ajaibnya di bawah ini....


***


[Cerpen Fantasi]—Jauh di kedalaman lautan yang biru dan tenang, terhampar Kerajaan Bawah Laut bernama Marmora. Sebuah tempat tinggal bagi para makhluk laut di lautan Keltik.

Istananya megah di antara batu karang yang berkilauan, di dalamnya tinggal seekor putri duyung yang memesona dengan rambut biru laut, mata berwarna zafir, dan ekor ikannya berkilau kehijauan. 

Putri Nerissa namanya, dikelilingi oleh kesunyian dan kemegahan kerajaan bawah laut secara bersamaan. Putri Nerissa adalah putri ke empat dari Raja dan Ratu Laut.

Dikarenakan sebuah tragedi saat perjalanan liburan menuju lautan pasifik, raja dan ratu, beserta beberapa pengawal dan ketiga kakaknya dinyatakan hilang oleh pengawas kerajaan Marmora.



Semenjak saat itu, Putri Nerissa hanya tinggal bersama para pengawal dan pelayannya. Sebab ke empat adik kembarnya dibawa pergi oleh sang paman ke lautan Baltik.

Sehari-hari, saat bosan di kedalaman laut maupun di lautan lepas, Putri Nerissa akan berenang menuju pulau terdekat. Pulau Gilstone di lautan Keltik menjadi tempat Putri Nerissa sering menghabiskan waktu duduk-duduk di sekitar batuan pulau.

***


Suatu hari, Putri Nerissa mendengar suara kapal yang terombang-ambing dari kejauhan pulau Gilstone tempatnya bermain. Suara-suara lebih mengundang perhatian karena kapal itu dikerubungi beberapa jenis burung. Putri Nerissa pun melompat ke arah pecahan ombak di tepian pulau dan berenang menuju kapal.

Dengan kekuatan sihir ajaran pamannya, Putri Nerissa mengubah ekornya menjadi kaki dan memutuskan naik ke atas kapal. Diambilnya beberapa karung di atas tong-tong minuman dan menyulapnya menjadi gaun pendek se-paha.

Kapal ini sepi, benar-benar tak memperlihatkan keberadaan nelayan atau manusia lainnya, yang ada hanya sisa-sisa kerusakan parah. Seolah kapal ini baru saja diserang pembajak.

Setelah berkeliling, Putri Nerissa terhenti saat menginjak genangan cairan merah gelap, lengket dan beraroma tembaga. Di sisinya ada beberapa mayat, yang membuat Putri Nerissa jatuh terkejut.

Tiba-tiba, dia diserang oleh seseorang. Untung saja Putri Nerissa bisa menghindar saat terlebih dulu melihat bayangan yang jatuh dari belakang. Begitu Putri Nerissa berdiri dan berbalik, dia melihat seorang lelaki berlumuran darah dan penuh luka sedang menodongkan alat pancing patah ke arahnya.

"Siapa kau? Bagaimana bisa datang ke sini?" sergah lelaki itu dengan nada kelelahan.

"Kau terluka!" Putri Nerissa segera menyentuh wajah lelaki itu.

Lelaki itu pun seketika lemas dan jatuh. Putri Nerissa yang merasa kasihan memutuskan untuk menolongnya.



Baca cerpen lainnya juga:  Aku, Penyihir dan Goblin
Kalau sudah selesai baca ini, mampir ke cerpen fantasi lain ya: Penyihir Raldor Mencari Murid

[Cerpen Fantasi]—Berhari-hari, Putri Nerissa selalu kembali ke kapal untuk merawat lelaki yang terluka parah tersebut. 

Sampai suatu hari, Putri Nerissa mendengar obrolan burung camar, bahwa akan ada badai malam nanti. Putri Nerissa khawatir kapal ini akan karam dan lelaki itu tidak akan selamat.

Dengan bantuan pengawal kerajaan Marmora, Putri Nerissa membawa lelaki itu ke tengah pulau Gilstone. Kemudian membangun pondok kokoh dari batuan karang dengan sihir yang diajarkan sang paman.

Benar saja, badai menghancurkan kapal yang lumayan besar itu. Hingga terseret ke sembarang arah. 

Badai pun pergi, matahari menyapa dengan menawan di garis lautan. Putri Nerissa menikmati buih-buih air di pinggiran batu karang sembari bersenandung sendu dan menikmati ekornya yang dimainkan oleh segerombolan ikan-ikan kecil.

Lelaki itu terbangun dan mendapati dirinya berada di tempat asing, senandung Putri Nerissa membuatnya penasaran. Dengan lemas, dia keluar dari bangunan aneh dan agak lama memperhatikan tempat apa ini.

Seketika, dirinya tertegun saat menyadari bahwa berada di pulau batuan karang dengan bangunan batu karang kecil yang hanya menutupi bagian tempatnya tidur. Di sekelilingnya, hanya ada lautan lepas dan langit biru pucat menuju kekuningan, laly sesosok wanita berambut biru yang duduk setengah telanjang di atas salah satu batuan karang.

"Wanita itu? Dia ...?" Lelaki itu teringat akan wanita yang ditemuinya di kapal.

Putri Nerissa mendadak menoleh karena merasakan keberadaan manusia. Seketika dia turun ke air dan menenggelamkan sebagian tubuh dan ekornya.

"Kau yang sudah menolongku? Kenapa bersembunyi?" Lelaki itu mendekati Putri Nerissa.

"Aku akan bantu mencari manusia, kau bisa beristirahat di sana," abai Putri Nerissa.

"Siapa namamu? Aku Kael, hanya ingin berterima kasih," cegahnya membuat Putri Nerissa terdiam sejenak.

"Maafkan aku, aku tidak bisa menyelematkan kapalmu. Namaku, Nerissa," jawabnya hati-hati.

"Makhluk apa kau ini?" Kael terdiam menatap ekor Putri Nerissa yang menggelepar di air dangkal.

"Aku putri duyung, apa senandungku membangunkanmu?"

"Kau? Putri duyung?" Mata Kael membulat. Mitos-mitos tentang laut itu benar?

"Hmm, kau manusia." Putri Nerissa tersenyum manis.

Seketika Kael berdebar, senyuman itu sangat cantik. Mata zafir Putri Nerissa yang begitu indah seketika menembus jantung Kael. Kael ikut tersenyum dan tiba-tiba mengaduh karena lukanya terasa sakit.

***

Usai tinggal selama beberapa hari di pulau Gilstone, Kael si lelaki gagah dengan senyum hangat juga berhasil membuat hati Putri Nerissa berdebar-debar. Mereka sering kali berbicara panjang lebar, bertukar informasi tentang alam dan dunia masing-masing.

Putri Nerissa merasa seolah bisa menjadi dirinya sendiri di depan Kael. Kael tidak membenci duyung, berbeda dari manusia-manusia yang pernah ditemukannya di lautan.


Akan tetapi, semakin hari Kael semakin aneh. Dia jelas-jelas menyimpan kerinduan akan kampung halaman. Melihat itu, Putri Nerissa berniat mengantarkan Kael ke tempat di mana seharusnya manusia berada. Pulau Gilstone ini tidak bisa ditinggali manusia.

***

Dengan bantuan, pengawal kerajaan Marmora. Para duyung membantu sang putri membuatkan perahu untuk Kael. Selama pembuatan perahu, Kael beberapa kali diajak masuk ke kerajaan Marmora. 

Dengan sihir lemah milik Putri Nerissa, Kael bisa bertahan selama 30 menit di bawah laut. Mereka pun saling jatuh cinta semakin dalam, tenggelam dalam gelombang lautan asmara dua dunia. Terlarang, tapi mengesankan bagi keduanya. Mereka berdua menyebutnya sebagai cinta sejati.

Setelah perahu selesai dibuat, Putri Nerissa dan para pengawalnya mendorong perahu Kael menuju pelayaran pulang kampung.

Berhari-hari di lautan, mereka pun tiba di sebuah pantai di Irlandia. Putri Nerissa melepaskan kepulangan Kael dengan kecupan mesra. Kael berjanji akan sering mengunjungi pantai ini untuk bertemu Nerissa, seandainya Nerissa berkunjung ke Irlandia.

Sebuah janji yang tak selalu bisa ditepati, sebab Nerissa melupakan satu hal yang sangat fatal setelah kunjungan terakhirnya.

Baca juga: Tipe-tipe Penulis
Cerpen lainnya: Roti Bermantra

[Cerpen Fantasi]—Umur putri duyung sejatinya bisa bertahan hingga ratusan tahun, terkecuali dibunuh atau diburu. Tanpa itu, ketahanan Putri Nerissa selama ini adalah hal yang sulit dipikirkan manusia biasa.

Menyepelekan janji, Putri Nerissa hanya bisa kembali lima tahun sekali, karena dirinya adalah penguasa lautan Keltik sebagai pengganti ayahanda rajanya.

Awalnya Putri Nerissa saling bertemu Kael sesuai janji, Putri Nerissa juga meninggalkan sebuah kenang-kenangan yang memikat dan mengikat Kael untuk selamanya.

Sampai pada akhirnya, pada suatu tahun dan pertemuan yang kesekian, Nerissa menyadari bahwa Kael tak lagi datang ke pantai untuk menyambutnya.

Padahal 10 tahun sebelumnya, saat pertemuan terakhir, Putri Nerissa masih ingat betul bagaimana Kael mendirikan kemah di sekitar pantai untuk menunggu kemunculannya.

Ya, memang kali ini kedatangannya agak lama, sebab Putri Nerissa sibuk memerintah kerajaan Marmora dan menyambut kepulangan ke empat adik kembarnya.


Masih jelas momen 10 tahun lalu, kala setiap malam saat tinggal di daratan bersama Kael, mereka akan berbagi cerita dan tertawa bersama. 

Sayangnya, kunjungan ke darat kali ini benar-benar berbeda. Masih dengan wajah muda dan cantik, Putri Nerissa turun dari kereta kuda dan memasuki rumah yang sering didatanginya. 

Rumah itu sepi, hanya ada wanita berusia 50 tahunan yang memegangi kemeja lusuh. Kemeja itu tak asing, Putri Nerissa merasa campur aduk antara kebahagiaan dan ketakutan saat menyadari sesuatu.

"Apa aku pergi terlalu lama?" gumamnya.

Wanita itu menoleh kepada Putri Nerissa. "Oh, kau sudah datang?"

"Kau siapa? Aku tidak pernah melihatmu sebelumnya."

"Aku istri Kael. Kami menikah 15 tahun lalu, apa dia tidak memberitahumu?"

Sesuatu yang terasa tajam, tiba-tiba menghujam dada Putri Nerissa. Rasanya ngilu, agak perih tapi sedikit lega, walau terasa sesak.

"Aku ... datang untuk melihat Kael dan putriku. Di mana Kael? Terakhir kali, aku meninggalkan putriku yang berusia lima tahun kepadanya," ungkap Putri Nerissa usai menyadarkan diri dari kebingungan.

"Putrimu? Dia itu putriku, aku yang merawatnya selama ini," akunya berdiri dari kursi dan mendekati Putri Nerissa. "Dia masih berduka atas kematian ayahnya." Lanjutnya tertunduk.

Putri Nerissa terdiam sesaat dan menarik napas panjang untuk kembali menyadarkan dirinya sendiri, dan menahan diri agar tidak terlihat lemah di hadapan wanita yang mengaku sebagai istri kekasihnya.

***

Rupanya, Kael telah meninggal dalam kecelakaan kapal. Hampir setiap minggu dia mendatangi lautan dan pantai-pantai untuk mencari keberadaan Putri Nerissa selama 7 tahun belakangan ini, sebab sang kekasih hati tak pernah berkunjung setelah lima tahun kepergiannya. 

Ya, perhitungan Putri Nerissa meleset. Dia sudah meninggalkan Kael selama 12 tahun, bukannya 10 tahun. Bahkan pada pertemuan terakhirnya, Kael sudah menikah dengan istrinya. Istrinya pun tak keberatan dengan status Kael yang selalu berkata bahwa dia beristrikan lautan.

Meskipun sudah menikah, Kael tetap meletakkan cintanya kepada Putri Nerissa. Wanita pujaan yang telah memberikannya seorang putri cantik. Sang penyelamat nyawa yang selalu dipamerkannya kepada keluarga, bahkan istrinya sendiri.

Mungkin Anda sukai: Ruang Puisi
Baca juga: Dongeng Bayi Panda

Putri Nerissa pun dibawa ke sebuah makam, di mana nama Kael tertulis jelas di situ. Kael meninggal baru beberapa bulan lalu.

"Andai saja aku datang lebih cepat ...," ujarnya menyentuh rerumputan. "Bagaimana dengan putriku?" Seketika dirinya penasaran akan putri yang ditinggalkan saat masih berusia lima tahun itu.

"Adeline pergi dari rumah karena bertengkar denganku. Dia masih sedih karena mengetahui aku bukan ibu kandungnya, lalu hanya beberapa tahun setelah tahu fakta sesungguhnya, ayahnya meninggal," jelasnya.

"Kemana putriku pergi?"

"Aku tak pernah mencarinya, Nyonya. Karena aku tak ingin menyakiti Adeline. Dia pasti bingung bagaimana harus bersikap padaku. Padahal aku tak pernah sekalipun tidak menganggapnya sebagai putriku," jawabnya dengan air mata yang jatuh.

Mendengar itu, Putri Nerissa hanya terdiam di depan makam Kael, cintanya yang telah terkubur. Di sekitarnya, angin menerpa dengan lembut. 


Saat melihat istri Kael yang tampak tua, Putri Nerissa merasakan campuran antara kehilangan dan penyesalan. Sesekali membayangkan wajah Kael yang pasti juga telah menua karena ditinggalkan selama bertahun-tahun.

"Maafkan aku, Nyonya," ucap Putri Nerissa pelan, merasa bertanggung jawab atas apa yang terjadi. "Terima kasih sudah menemani Kael saat aku tak di sisinya."

Istri Kael mengangguk lemah, matanya penuh dengan duka. "Dia sangat merindukanmu, Nyonya. Kael selalu bercerita tentangmu, tentang duniamu yang indah di bawah lautan."

Putri Nerissa lagi-lagi terdiam, menatap nisan Kael yang terletak di antara rerumputan hijau. Dia merasa terkoyak oleh realitas bahwa cinta sejatinya telah pergi untuk selamanya.

Putri Nerissa memilih pamitan untuk mencari Adeline, sang putri. Dia merrasa tahu di mana gadis itu berada.

***

Dengan bantuan pengawal kerajaan Marmora, Putri Nerissa pergi mencari putrinya. Sosok kenang-kenangan yang sengaja diberikan kepada Kael 12 tahun lalu. Saat itu, Putri Nerissa merasa bahwa anaknya terasa lebih manusiawi saat tinggal dengannya di lautan dan ingin membuat putrinya merasakan hidup di dunia ayahnya juga.

Akan tetapi, kini sudah berbeda. Kael telah meninggal dan putrinya ternyata sudah lari dari rumah, jauh sebelum Kael meninggal dunia. Dengan aura putri duyung yang dimiliki Adeline, para pengawal kerajaan Marmora berhasil menemukan anak dari calon penerus tahta mereka.

Putri Nerissa yang sebentar lagi akan naik tahta menjadi Ratu, setelah pamannya melepaskan tanggung jawab dan merasa Putri Nerissa sudah siap menjadi pemimpin lautan Keltik, merasa ingin segera bertemu putrinya. Karena saat dirinya menjadi ratu, akan semakin sulit untuk bisa menemui putrinya itu.

***

[Cerpen Fantasi]—Putri Nerissa tiba di sebuah perkebunan bunga. Wajah yang tak asing, sangat mencolok. Mata zafir milik ibu dan rambut merah milik ayahnya tercetak jelas di wajah gadis muda itu.

Seperti sebuah magnet yang saling menarik, Adeline pun merasakan kedatangan ibunya. Ibu yang masih tampak muda, seperti gadis-gadis di penghujung usia 20 tahunan.


Keduanya canggung satu sama lain, Adeline menawarkan teh dan duduk di depan ibunya. Saat melihat Adeline, Putri Nerissa coba tersenyum hangat. 

"Hai, Adeline. Aku Nerissa dari Kerajaan Marmora."

Adeline mengangkat wajahnya, matanya memancarkan kebingungan. "Kau adalah ... Putri Nerissa? Ya ... Ayah selalu menceritakan tentangmu. Sosok yang kupikir adalah sejenis peri lautan."

Nerissa mengangguk. "Ayahmu adalah pria yang baik."

Kini Adeline menatap Nerissa dengan rasa penasaran. "Apakah kau tahu tentang dunia bawah laut? Apa kau tahu tentang ibuku yang ternyata bukan ibu kandungku? Apa kau tahu siapa istri laut ayahku?"

Nerissa tersenyum. "Iya, Adeline. Maafkan aku."

"Sejujurnya aku ingat beberapa hal tentangmu, tentang lautan. Tapi, kupikir itu semua hanya mimpi karena ayah selalu mendongengkan untukku sebelum tidur," ungkapnya mengingat.

"Kau harus pulang ke rumahmu, ibumu khawatir." Putri Nerissa merujuk pada istri Kael.

"Kau tidak khawatir ya? Kau meninggalkanku saat berusia lima tahun. Tapi, kau sama sekali tidak tampak seperti ibu, kau terlalu muda untuk jadi ibuku," cibirnya, kesal.

"Kau harus pulang, Kael pasti tidak ingin melihat kau bertengkar dengan istrinya."

"Apa kau tinggal di lautan? Kerajaan Marmora ya namanya?" abainya terus bertanya kepada Putri Nerissa.

"Ya, aku tinggal di sana. Dunia bawah laut dengan keindahan yang tak terkatakan," jawab Putri Nerissa pada akhirnya.

Adeline tersenyum samar. "Ayah selalu berkata begitu. Bahwa kau cinta sejatinya. Tapi, aku benci saat dia bilang begitu. Itu tidak menghargai keberadaan ibu yang merawatku."

Putri Nerissa pindah dan duduk di samping Adeline, merangkul putri remajanya saat menyadari suara itu bergetar. "Kau harus pergi menemani ibumu, dia hanya punya kau. Jika sempat, aku akan mengunjungimu."

Adeline mengangguk dan seketika memeluk Putri Nerissa. "Kenapa aku mencium aroma ayah di tubuhmu?" tanyanya tenggelam dalam tangisan. Adeline tidak bisa marah.

***


Cerpen terkait: Drakon yang Bijaksana
Artikel terkait: 109 Strange Thing


Di balik senja yang perlahan tenggelam di ufuk barat, Putri Nerissa menyadari bahwa cinta sejati Kael padanya, tidak pernah hilang. Meskipun sosok cinta sejatinya tetap saja mati, selama ini mereka terpisah oleh lautan dan zaman, kenangan yang ada tetap abadi dalam hati Putri Nerissa.

"Ibu!" teriak Adeline mendekati Putri Nerissa yang bersiap pulang ke lautan.

"Putriku ...." Putri Nerissa tersenyum.

"Apa kau berjanji akan kembali?"

"Ya, tapi saat ekormu sudah muncul lagi."

"Ekor?" Adeline menatap kakinya.

"Hmm, mungkin tiga atau lima tahun lagi. Saat itu terjadi, kau harus memutuskan untuk tinggal bersamaku atau bersama ibumu di sini."

"Aku akan menunggumu, sama seperti ayah yang selalu menunggumu. Supaya kau selalu punya alasan untuk bisa kembali ke sini."

"Kelak kau harus pergi ke lautan Keltik untuk melihat kerajaan Marmora. Kau harus belajar hidup di dua alam."

"Aku pernah hidup di lautan selama lima tahun. Tentu saja aku tahu caranya. Di sekolah, aku adalah perenang yang andal. Jika aku bisa menaklukkan sekolah, bukan hal sulit untuk menaklukkan lautan." Adeline terdengar penuh percaya diri.

"Bersikap baiklah pada ibumu," ucap Putri Nerissa memberikan hormat pada istri Kael. "Kunjungi aku sesukamu. Kawanan burung camar akan membawamu ke lokasi istana saat kau menunjukkan kalung ini." Putri Nerissa mengalungkan rantai dengan mutiara hijau ke leher Adeline.

Putri Nerissa pun pergi, melepaskan cinta sejatinya yang tak sempat ditemui sampai mati.

***

Lima tahun kemudian.

[Cerpen Fantasi]—Ratu Nerissa, begitu kini sebutan Nerissa. Sebagai ratu kerajaan Marmora, dia memerintah dengan sangat baik. 

Ke empat adik kembarnya dididik oleh Ratu Nerissa, dan mulai diberikan pelatihan-pelatihan untuk menjelajahi lautan. Tujuannya adalah menemukan raja dan ratu laut sebelumnya.

Ini adalah tahun janji. Ratu Nerissa bersiap untuk berenang jauh ke Irlandia demi bertemu cinta sejatinya. Mengunjungi makam Kael dan bertemu Adeline; putri semata wayang.

Namun, sore itu tiba-tiba pengawal perbatasan kerajaan Marmora di atas laut melihat kelompok burung cemara yang terbang mengarah ke teritorial istana Marmora.

Saat itulah, sosok yang tak diduga muncul dengan wajah penuh kesedihan dan sosok itu segera meminta dihadapkan kepada Ratu Nerissa sembari memperlihatkan kalung mutiara hijau.

***

Ratu Nerissa segera memeluk Adeline yang ditangkap di perbatasan kerajaan. Wajahnya tidak berubah, padahal lima tahun sudah berlalu, masih seperti gadis muda yang ditemui Ratu Nerissa kala itu.

Dia pun tidak jadi pergi ke Irlandia karena putri yang hendak dikunjungi tiba-tiba ada di sini, di dalam kerajaan Marmora.

Adeline kini punya ekor kemerahan, juga bisa bernapas di dalam air. Sedari tadi dia hanya murung saja, sesekali naik ke permukaan untuk melihat langit.

Untuk menghibur putrinya, Ratu Nerissa mengajak Adeline ke suatu tempat. Sebuah pulau batuan karang, dengan bekas bangunan batu karang kecil yang sudah rusak sebagian akibat diterpa ombak.


Keduanya duduk di tepian batu karang tenggelam dalam sunyi dan senandung lautan.

"Apa yang terjadi? Kenapa kau datang ke sini?" tanya Ratu Nerissa pada akhirnya.

Lama menatap lautan lepas, Adeline pun bicara. "Aku kini sebatang kara. Ibuku sudah tiada, Bu."

"Astaga!" Ratu Nerissa terkejut dan langsung didekapnya Adeline erat-erat.

"Aku kehilangan semuanya." Adeline terus menangis.

"Sebagai makhluk berumur panjang, selamanya kita akan selalu melihat cinta sejati yang mati, Adeline .... Kuatkan hatimu," ungkap Ratu Nerissa turut bersedih atas rasa kehilangan yang kembali menyerang sang putri.

Ratu Nerissa tahu betul bagaimana kehilangan orang tua, saudara bahkan kekasih hatinya. Bak sebuah dongeng, cinta sejati akan tetapi mati. Sama seperti matahari yang terus menjauh menuju peraduan, meninggalkan kelam. 

Akan tetapi, Ratu Nerissa selalu percaya, cinta sejati akan kembali mencari langit tempatnya bergantung sama seperti bintang-bintang yang buka hanya menjadi hiasan terindah di langit, melainkan penunjuk arah untuk menemukan cinta lainnya.


TAMAT 

Gorontalo, 9 Mei 2024


Terima kasih sudah membaca cerpen fantasi kerajaan ini. Semoga suka dengan cerpen fantasi: Cinta Sejati, Tetap Mati.

Komentar

Populer

Mengenal Suku dan Masyarakat Adat Gorontalo Lebih Dekat

Review Drama Korea The Trauma Code: Heroes on Call (2025)

Short Story: The Guardian of the Sword of Light (English Version of Penjaga Pedang Cahaya)