Review Berantai: 200 Pounds Beauty Versi Korea Selatan (2006) vs. Indonesia (2023)
Review Berantai: 200 Pounds Beauty Versi Korea Selatan (2006) vs. Indonesia (2023)
Hai, Teman. Selamat datang di review berantai. Review berantai merupakan sesi khusus dari Kak Bi saat hendak membandingkan dua film atau drama, yang bertema, berjudul atau bergenre sama.
Untuk review berantai lainnya, bisa kamu baca cek ini deh: Along with the Gods 1 dan 2 dan Alice in Wonderland 1 dan 2
Nah, kali ini review berantai akan membawa Kak Bi mengulas asal negeri ginseng, Korea Selatan yang sudah banyak di-remake, yaitu 200 Pounds Beauty.
Review film kali ini akan menyandingkan 200 Pounds Beauty versi Korea Selatan yang diperankan oleh Kim Ah Jung dengan versi Indonesia yang diperankan oleh Syifa Hadju.
***
Versi Korea Selatan
Judul: 200 Pounds Beauty, Beauty Is PainfulSutradara: Kim Yong Hwa
Penulis Naskah: Noh Hye Young, Kim Sun Jung
Genre: Romansa, Musikal, Komedi
Pemain: Kim Ah Jung, Ju Jin Mo, Sung Dong Il, Lee Han Wie, Ji Seo Yoon
Rilis: 14 Desember 2006
Durasi: 2 Jam
Negara: Korea Selatan
Rating Usia: 14+
Versi Indonesia
Judul: 200 Pounds BeautySutradara: Ody C. Harahap
Penulis Naskah: Upi Avianto (Berdasarkan 200 Pounds Beauty oleh Kim Yong Hwa)
Genre: Romansa, Musikal, Komedi
Pemain: Syifa Hadju, Baskara Mahendra, Alyssa Daguise
Rilis: 22 Juni 2023
Durasi: 95 menit
Negara: Indonesia
Rating Usia: 14+
***
1. Review Film 200 Pounds Beauty Versi Korea Selatan dan Indonesia: Sinopsis
- 200 Pounds Beauty, Korea Selatan
Hanna, seorang penyanyi dengan suara indah yang bekerja sebagai ghost singer bagi penyanyi terkenal, Ami.
Hanna bertubuh gemuk dengan berat badan yang berlebihan, keadaannya ini membuat Hanna mengalami penghinaan dari Ami tepat di depan Sang Jun sang produser rekaman, juga pria yang dia sukai.
Situasi ini, mendorongnya mengambil keputusan ekstrem yaitu, operasi plastik total. Setelah transformasi, Hanna pun berubah menjadi perempuan cantik dan memulai perjalanannya sebagai bintang dengan identitas baru, Jenny.
Semua dilakukan sembari berusaha untuk berdamai dengan dirinya sendiri.
- 200 Pounds Beauty, Indonesia
Juwita adalah seorang perempuan bertubuh gemuk dengan talenta bernyanyi yang luar biasa. Namun, hidupnya selalu dipenuhi rasa minder dan kekecewaan, terutama setelah mengalami berkali-kali patah hati.
Juwita bekerja sebagai ghost singer bagi Eva Primadona dan juga bekerja sebagai penyedia jasa telepon seks. Diam-diam, Juwita jatuh cinta kepada Andre, seorang produser rekaman tampan. Merasa cintanya tidak mungkin terbalas dan dihantui standar kecantikan yang kejam, Juwita memutuskan menjalani operasi plastik dan bertransformasi menjadi Angel, seorang perempuan langsing dan menawan.
Transformasi ini membukakan pintu menuju impiannya, tetapi juga memunculkan dilema tentang cinta, penerimaan diri, dan makna kebahagiaan sejati.
Review drama: 109 Strange Things
Review Kak Bi: 100 Days My Prince
2. Review Film 200 Pounds Beauty Versi Korea Selatan dan Indonesia: Perbandingan Karakter Hanna dan Juwita
Hanna dan Juwita digambarkan sebagai perempuan yang punya rasa percaya diri rendah, tapi penuh totalitas dan keyakinan tanpa batas atas suara emas yang dimiliki. Hanna bahkan yakin kalau kecantikan fisik adalah satu-satunya cara untuk bisa mencapai kebahagiaan dan cinta, begitu pun Juwita.
Baik versi Korea maupun Indonesia, membawakan sosok pemalu yang berubah menjadi extrovert sejati di tengah linkungan yang lebih mendukung fisik.
Yang berbeda, Juwita lebih banyak punya support system yang kuat. Sedangkan Hanna punya riwayat depresi yang kemungkinan akan membahayakan dirinya sendiri. Beruntung, operasi plastik menjadi jawaban. Meskipun pada akhirnya keduanya kehilangan diri sendiri dan harus mulai berdamai dengan diri mereka yang lama.
Akting Kim Ah Jung sebagai Hanna dan Jenny keren banget sih, transisinya dari perempuan gemuk yang malu-malu menjadi sosok cantik yang berusaha menyesuaikan diri dengan citra baru. Rasanya memang tepat diberikan kepada Kim Ah Jung.
Bahkan detail seperti belajar berjalan dengan sepatu hak tinggi jadi menarik banget.
Untuk Syifa Hadju, dia berhasil membawakan sisi komedik Juwita dengan baik, tetapi kurang menampilkan pesona jenaka dan unik yang seharusnya hadir dalam sosok Angel. Seperti saat Kim Ah Jung menjadi Jenny, si orang cantik somplak.
3. Review Film 200 Pounds Beauty Versi Korea Selatan dan Indonesia: Standar Kecantikan dan Kritik Sosial
Film ini aroma kritik sosialnya sangat kuat dan fakta bahkan setelah belasan tahun dari film aslinya, standar kecantikan orang Asia masih saja sama.
Dari Hanna yang menyatakan bahwa melakukan operasi untuk dirinya sendiri, ini menunjukkan bahwa hidupnya membaik setelah menjadi cantik menurut standar masyarakat. Ini memperkuat gagasan bahwa kepercayaan diri hanya bisa didapatkan melalui penampilan fisik ideal, bukan melalui penerimaan diri. Dan ya, sama saja dengan Juwita di versi Indonesianya. Semua tentang standar kecantikan Asia.
Kulit mulus-putih, badan langsing, suara indah, rambut indah, hidung mancung kecil dan bibir merah cherry dan tinggi semampai.
Semua hal yang perlu dikritisi, bisa dilihat dari karakter Sang Jun dan Andre. Meskipun menarik, tapi dua-duanya plin-plan dalam bersikap. Kedua karakter awalnya menghina Hanna dan Juwita, tetapi kemudian jatuh cinta pada Jenny dan Angel setelah transformasinya.
Ini mempertegas bagaimana cinta diukur berdasarkan penampilan. Dan ya, lihat saja hanya yang cantik yang menang.
4. Review Film 200 Pounds Beauty Versi Korea Selatan dan Indonesia: Tentang Musik
Untuk musik aku lebih suka versi Koreanya. Terutama lagu "Ave Maria," sebagai salah satu kekuatan utama film. Musik latarnya juga tidak hanya mendukung emosi karakter tetapi juga memberikan pengalaman mendalam saat menonton apalagi di bagian klimaks.
Untuk versi Indonesia, jujur saja, satu lagu pun tak ada yang nyantol di telingaku.
Baca juga: 49 Days
Review film lainnya: Istilah Dasar dalam Cerita yang Perlu Diketahui Penulis
5. Review Film 200 Pounds Beauty Versi Korea Selatan dan Indonesia: Catatan Kecil
- Dibandingkan dengan versi Korea, versi remake berusaha lebih relevan dengan audiens Indonesia di masa kini. Film versi Indonesia bahkan menghilangkan elemen problematis dari film asli, seperti masalah penguntit.
Fokusnya adalah setiap orang memiliki hak atas tubuhnya, dengan pesan bahwa keputusan menjalani perubahan fisik bukan sekadar untuk memenuhi standar kecantikan masyarakat. Tapi, secara agama yang dianut mayoritas, tentu saja itu bukan pilihan yang tepat.
- Oh ya, pemangkasan durasi dari 2 jam atau 120 menit (versi Korea) menjadi 95 menit adalah langkah yang tepat sih. Soalnya versi Indonesia memang terasa sangat familiar, yang beda cuma beberapa hal kecil saja. Selebihnya sama dengan versi aslinya.
- Salah satu kelemahan versi remake Indonesia adalah hilangnya momen emosional dan terkuat dari versi film aslinya, yaitu momen "gwenchana ... gwaenchana," saat Jenny dipermalukan di atas panggung.
Dalam budaya Korea, kata gwaenchana mengandung makna dalam, dan agak ribet kalau digantikan dengan ungkapan serupa dalam versi Indonesia. Hal ini membuat klimaks dalam remake terasa kurang bermakna sih huhu...
- Rating 8.5 untuk 200 Pounds Beauty, alasannya kenangan, lagu dan orisinalitasnya yang lumayan terkenang. Meskipun mungkin ada film barat serupa ini yang lebih lawas lagi, tapi aku ya nontonnya ini dulu ehehe... Untuk versi Indonesia aku kasih rating 7.7, karena akting Syifa Hadju dan usahanya perform sebagai dua orang sangat patut diacungi jempol.
***
Oke, sekian review berantai kali ini. Kalau menurut teman, lebih suka yang mana? Versi aslinya atau versi remake-nya?
Sebab, pada akhirnya, versi remake Indonesia memang terasa lebih modern dan kritik tentang kecantikan dan penerimaan diri, tidak hilang begitu saja. Meskipun tidak se-emosional versi aslinya yang begitu istimewa.
Komentar
Posting Komentar