Terbaru

[Spooktober] Cerpen Horor Kak Bi: Suara di Kakiku

[Spooktober] Cerpen Horor Kak Bi: Suara di Kakiku


Kali ini aku bawakan cerpen horor yang agak singkat ya, semoga Pengembara suka dengan cerpen horor Kak Bi hari ini. Selamat membaca.


πŸ‘»πŸ‘»πŸ’€πŸ’€πŸ’€πŸ‘»πŸ‘»


[Cerpen Horor Kak Bi] Malam ini letih sekali, aku benar-benar tidak bisa menggerakkan badan. Paman dan bibi sempat memintaku tidak pulang usai berkunjung untuk bantu-bantu di rumahnya, tapi aku memilih untuk pulang, sudah tiga hari aku merasa sesak tinggal di rumah mereka karena ada acara keluarga.

Terlebih lagi, aku sangat merindukan tempat tidurku yang seribu kali lebih nyaman dibandingkan harus berbagi guling dan selimut dengan sepupu-sepupu yang lain lagi.

Akhirnya, setelah memaksakan diri untuk mandi begitu sampai di rumah, karena seharian badan tak tersentuh air. Aku yang sedang datang bulan ini bisa juga merebahkan seluruh badan dan meluruskan pinggang di tempat tidur beraroma jigong. Ini adalah satu-satunya tempat beraroma jigong yang bisa kuterima dengan senang hati.

Saat sedang rebahan sembari menonton video reel, mata ini semakin berat, tangan yang memegang ponsel beberapa kali seolah terlepas dari tangan dan membuatku kaget.


Ckckck....

Suara cecak terdengar, aku yang sempat terpejam sesaat, bergegas duduk dan memperhatikan sekeliling. Jam sudah menunjukkan pukul 12 malam dan suara cecak memang biasanya bermunculan di kamarku pada jam segini. Hanya saja, aku mengantuk dan letih, sehingga kali ini aku merasa terganggu.


Ckckckck....

Kembali suara itu terdengar, tapi kali ini suaranya agak dekat denganku. Aku pun memperhatikan ujung bawah tempat tidur dengan senter ponsel karena lampu kamar sudah dipadamkan dan memeriksa apa ada cecak atau tidak. Eh, ternyata tidak ada apa-apa.

Aku pun meletakkan ponsel di pinggir bantal dan lanjut untuk tidur. Saat kepala ini semakin berat, suara cecak pun semakin keras dan cepat. Kemudian, hening begitu saja. Aku bernapas lega karena suara itu lenyap. Kupikir cecaknya sudah pergi dari sekitaran tempat tidur.


"Heung ...."

Suara berdengung tiba-tiba muncul, masih posisi berbaring miring kanan, aku membuka mata. Lama-kelamaan suara itu makin mirip suara tangisan.

Suara menangis itu muncul di dekat kaki tepat di ujung bawah tempat tidurku. Pada awalnya, aku mengabaikan suara itu sebagai suara latar yang tak penting, mungkin halusinasi karena aku memang kelelahan. Tapi, kok? Semakin lama, semakin kuat pula suara itu.

Aku menarik selimut dan menutup telinga memakai tangan. Beruntungnya aku bisa merasakan bahwa kali ini akan tertidur pulas.


Baca juga: FILM HOROR JADUL SERU DARI KOREA SELATAN: ACACIA (2003)

Cerpen horor lainnya: Dua Cermin Horor dan Puisi Horor Kak Bi


"Gempa bumi?" Aku terbangun karena tiba-tiba tempat tidurku bergoyang. Aku segera duduk di atas tempat tidur dengan posisi bersila sambil memeluk bantal.

Samar-samar, aku melihat bayangan serupa anak kecil yang berdiri di ujung tempat tidur. Dengan cahaya yang muncul dari luar jendela, aku bisa melihat anak itu mengenakan baju seperti warna kekuningan dan topi gelap.

"Astaga! Astaghfirullah! Ya Allah!" seruku mundur ke sudut tempat tidur sambil berteriak histeris.

"Allahu la ilaha illa huw, al-hayyul-qayyum ...." Aku terus membaca ayat kursi, berkali-kali, sambil menutup mata, sampai aku mendengar pintu kamar diketuk pelan.

"Kamu kenapa? Buka pintu!" Suara dari luar benar-benar membuatku berani membuka mata.

Begitu mata kubuka, ternyata anak itu menghilang begitu saja. Aku segera beranjak, lari pontang-panting dan menyalakan lampu untuk mencoba memeriksa bagian bawah tempat tidur, lalu segera membukakan pintu untuk ibu.

"Kamu kenapa?" tanya ibu melirik ke dalam kamar.

"Tadi ada anak kecil di situ," tunjukku ke arah bagian ujung tempat tidur.

Ibu pun masuk dan memeriksa, tapi aneh.... ini aneh sekali. Sejak kapan ibu mengganti parfum? Aroma bunga setaman dan minyak aneh menguar begitu saja. Aku langsung mengintip jam dinding di depan kamar dan jam menunjukkan pukul 3 pagi. 

"Oh ketemu!" seru ibu usai menemukan sebuah benda kecil yang tampaknya tertinggal di situ. Setelah kuperhatikan ternyata itu adalah topi berwarna merah.

"Kamu tidur lagi aja, kami tidak ganggu kok!" Ibu keluar dari kamar dan berjalan menuju dapur.

"Apa?" Aku terpaku mendengar ucapannya. "Kk-ka-kami?"

"Kami tidak ganggu?" Aku mengulangi kalimat itu sembari badan merinding disko. Aku segera berlari ke kamar ibu dan mengetuk pintu kamar, benar saja. Ibu dan ayah tiriku keluar dari kamar dengan wajah suntuk. Aku mendadak lemas dan tersungkur ke tanah.

"Kamu kenapa?" Keduanya mendadak panik, aku pun bercerita soal suara di kaki yang berujung pada sosok mirip ibu. 

Aku pun dipindahkan ke kamar ibu, tapi mendadak tidak bisa tidur walau sudah pindah ke sini, aku benar-benar ketakutan karena ini pertama kalinya bertemu makhluk tak kasat mata.

Setelah kejadian itu, ternyata aku baru tahu. Saat pergi ke rumah paman dan bibi selama beberapa hari, di depan rumahku ada ibu dan anaknya yang masih kecil mengalami kecelakaan. Ibuku tidak sempat cerita karena memang lupa dan ibulah yang bantu membawa ibu dan anak itu ke puskesmas. Sayangnya, nyawa keduanya tak terselamatkan. Sosok ibu dan anak itu sepertinya dipakai jin untuk menggangguku.

Keesokan paginya, aku jatuh sakit dan dibawa ke dokter. Hanya demam dan menggigil sih, tapi kata bibiku bisa jadi aku kena efek dari bertemu makhluk halus. Sehingga aku pun dibawa ke ustad dan dirukyah.

Syukurnya, aku tak pernah lagi merasakan keanehan. Tapi, itu menjadi pengalaman tak terlupakan di mana aku berada sedekat lima inchi saja dengan hantu yang menyerupai ibu.

Semenjak hari itu, aku selalu waspada dengan bunyi-bunyian dan suara di kakiku.


TAMAT

Gorontalo, 5 Januari 2024


πŸ‘»πŸ‘»πŸ’€πŸ’€πŸ’€πŸ‘»πŸ‘»


Terima kasih sudah baca cerpen horor Kak Bi spesial Spooktober ini ya, cerpen horor ini nggak seram 'kan? Eheheh...

Ayo, bookmark blog ini, biar nggak ketinggalan cerpen-cerpen horor spesial Spooktober lainnya.

Komentar

Populer

Mengenal Suku dan Masyarakat Adat Gorontalo Lebih Dekat

Cerpen Horor Spesial Nadia Omara: Diamond Play Button

Review Drama Korea The Trauma Code: Heroes on Call (2025)

Short Story: The Guardian of the Sword of Light (English Version of Penjaga Pedang Cahaya)