Memahami Hidup dari Drakor When Life Gives You Tangerines
Memahami Hidup dari Drakor When Life Gives You Tangerines
Tidak puas rasanya, setelah mengulas drama Korea When Life Gives You Tangerines pada hari kamis lalu. Untuk itu, dalam kesempatan kali ini aku bakal membahas beberapa hal menarik tentang dramanya IU ini, mulai dari fakta menarik sampai hikmah dari kemiskinan yang bisa dipetik dari keluarga Ae Sun dan Gwan Sik.
Kalau kataku sih, beberapa cerita datang bukan hanya untuk ditonton, tapi untuk “dijalani.”
Nah, When Life Gives You Tangerines adalah salah satu dari jenis cerita seperti itu. Drama ini adalah undangan untuk merasakan hidup, menatap luka dengan lembut, dan mencintai tanpa syarat. Karena cinta sejati sering datang tanpa teriakan, tapi terasa indah selamanya, entah bagaimana pun keadannya.
***
Drama yang Bikin Jatuh Cinta
When Life Gives You Tangerines benar-benar luar biasa! Aku benar-benar jatuh cinta dengan setiap aspek dari drama ini. Bukan hanya para karakter yang jatuh cinta satu sama lain ya....
Penulisannya sangat bagus, akting dan chemistry antar karakternya sangat memukau. Kedalaman emosi para karakter otentik banget, membuat setiap momen jadi kena di hati dan terasa nyata. Alur ceritanya menawan meskipun pakai teknik alur campuran, serta sinematografinya juga sangat bagus. Warna dan tone dramanya sangat memanjakan mata. Ah, pokoknya semua tentang drama ini adalah sebuah mahakarya.
***
Fakta Menarik When Life Gives You Tangerines:
Dalam drakor When Life Gives You Tangerines, ada fakta menarik di mana terdapat banyak detail tersembunyi yang punya makna mendalam dan mungkin luput dari perhatian penonton.
Wait, aku nggak bakal bahas betapa sengsara dan nelangsanya hidup pasangan miskin ini ya, udah banyak orang yang bahas soal itu. Aku mau bahas beberapa detail selain itu.
Detail-detail ini memberikan kekayaan pada cerita dan karakter, di antaranya:
1. Kalung Mutiara Ae Sun
Kalung mutiara yang dipakai Ae Sun saat menghadiri acara sekolah anak-anaknya menjadi pengingat janji di masa lalu untuk membelikan ibunya kalung mutiara. Ini juga menunjukkan kalau dia telah berhasil mencapai impian dengan caranya sendiri.
Perkara kalung mutiara yang didapatkan ibunya Ae Sun dulu, menjadi tanda 'naiknya kasta' saat berada di leher sang pemakai. Kalung yang saat Ae Sun kecil dibilang cocok di ibunya dan saat dia sukses nanti akan dibelikan untuk ibunya. Karena ibunya mati muda, Ae Sun tidak bisa mewujudkan janji itu, untuk itulah dia sering memakai kalung mutiara agar anak-anaknya 'naik kasta'.
2. Cincin Gwan Sik untuk Ae Sun
Cincin-cincin emas yang dijual Gwan Sik untuk melamar Ae Sun adalah cincin yang diterima saat bayi. Cincin ini punya makna mendalam karena dulunya merupakan perhiasan milik ibu yang melahirkan, diberikan untuk menandai kelahiran yang selamat. Demi cinta yang tulus dia rela berikan untuk Ae Sun.
3. Momen Menyentuh Dolhareubang
Setelah memiliki anak perempuan pertama, Ae Sun sering dipaksa untuk cepat-cepat punya anak laki-laki, Ae Sun pun akhirnya menyentuh hidung patung Dolhareubang (patung keramat di Jeju yang dipercaya bikin wanita subur). Eh, nggak lama setelah itu, dia beneran hamil dan melahirkan anak laki-laki. Dua kali lahiran dapat dua anak laki-laki pula.
4. Perubahan Sikap Nenek
Sikap nenek Gwan Sik yang awalnya merendahkan Ae Sun bersama dengan ibu mertuanya itu langsung berubah total setelah Ae Sun melahirkan anak laki-laki. Bahkan lebih sering memuji Ae Sun dibandingkan ibunya Gwan Sik, seolah-olah Ae Sun lebih berharga karena melahirkan dua anak lelaki. Hal ini menunjukkan budaya patriarki yang kuat, di mana anak laki-laki lebih dihargai dan ya patriarki itu memang muncul dari perempuan itu sendiri meskipun sosial cukup mempengaruhi pola pikir itu.
Well, Korea jaman dulu memang selalu digambarkan begitu di film atau drama. Mungkin saja memang masih begitu sampai sekarang di dunia nyatanya, sama saja dengan sebuah negara di mana anak lelaki tidak boleh cuci piring, anak lelaki tidak boleh masuk dapur. Hadeuh.
5. Arti Nama Anak Gwan Sik dan Ae Sun
Tiga anak Gwan Sik dan Ae Sun diberi nama Geum Myeong, Eun Myeong, dan Dong Myeong, yang masing-masing berarti 'emas', 'perak', dan 'perunggu'. Ini melambangkan "medali" yang dia dapatkan sebagai seorang ayah setelah dia gagal meraih medali atletik di Seoul, juga medali berharga bagi Ae Sun sebagai ibu yang berhasil melahirkan dengan selamat.
6. Oh Ae Sun Naik Kapal
Rupanya di Korea, khususnya pulau Jeju, perempuan dilarang naik kapal nelayan. Adegan di mana Gwan Sik memaksa Ae Sun untuk naik ini mematahkan mitos yang melarang perempuan naik kapal nelayan. Ae Sun, setelah sempat ragu, memberanikan diri naik kapal suaminya demi menentang diskriminasi gender dan mengajarkan hal yang sama kepada putrinya. Di sini aku merinding banget, ya, demi mengakhiri patriarki, harus dimulai dari ibu itu sendiri.
Baca juga: [Spooktober] Cerita-cerita Urban Legend di Gorontalo | Bagian 1
Review lainnya: [Spooktober] Alur Cerita Film Seru A Quiet Place: Day One (2024)
7. Detail Karakter Oh Ae Sun dan Yang Geum Myeong
Meskipun diperankan oleh orang yang sama my beloved IU alias Lee Ji Eun, detail kecil seperti tahi lalat di pipi kiri Oh Ae Sun yang tidak dimiliki Geum Myeong dan perbedaan intonasi suara membedakan karakter ibu dan anak ini di masa mudanya masing-masing.
Saat IU menjadi Ae Sun dia pakai suara akting, sementar saat menjadi Geum Myeong dia pakai suaranya aslinya. Bahkan detail gestur juga kelihatan banget bedanya, mana Ae Sun dan mana Geum Myeong. Keren banget.
8. Hubungan Orang Tua dan Anak
Menjadi ayah membuat Gwan Sik jadi bertanggung jawab. Ingat pepatah cinta pertama anak perempuan adalah ayah, maka Gwan Sik adalah cinta pertama yang sangat didambakan setiap anak perempuan.
Drama ini benar-benar kasih lihat hubungan benci dan cinta antara ayah dan anak. Sebagai anak perempuan aku lebih menggarisbawahi hubungan ayah dan anak perempuan di drama ini.
Di mana ada sosok ayah yang tidak sanggup sok tegar saat melihat putrinya menikah, seolah-olah bilang kehidupan nyata baru akan dimulai setelah menikah dan takut sang putri harus melewati semua itu. Ya, dalam pandangan Gwan Sik, Geum Myeong tetaplah putri kecilnya yang merengek perihal kacang di piring.
Ae Sun pun begitu, saat melihat anak perempuannya, segala ketakutan akan hidup buruk yang mungkin menimpa seolah muncul. Apalagi melihat perlakuan ibunya Yeong Beom, ada kekesalan yang terpancar dari matanya. Aku aka kesalnya sampai sekarang, apalagi Ae Sun ehehehe....
9. Kemiripan Gwan Sik, Yeong Beom dan Chung Seob
Bagi yang mengikuti drama ini dari awal, bukan dari potongan reels pasti paham akalu Yeong Beom itu plek ketiplek versi mudanya Gwan Sik. Akan tetapi, yang satu berhasil nikah, eh satunya gagal nikah. Sementara Gwan Sik dan Chung Seob juga punya kesamaan.
Di dunia ini, ada dua tipe manusia. Mereka yang tumbuh bersama tantangan, dan mereka yang jadi lemah karena terlalu lama di zona nyaman. Gwan Sik ini ada di kategori pertama. Hidupnya keras sejak kecil, terbiasa cari jalan keluar sendiri, dan paham kalau hidup itu nggak selalu mudah, dia pun tahu apa yang jadi pilihan dan prioritas.
Sementara si Yeong Beom? Dia ada di kategori kedua. Hidupnya dalam dukungan keluarga, dibiayai, dilindungi, sampai akhirnya gagal membangun mental yang kuat anti baja. Pun buntu pada pilihan dan prioritas.
Nah, kalau Chung Seob dia punya sisi Gwan Sik yang aku jelaskan sebelumnya. Tapi, versi yang lebih lunak dan agak cepat mengekspresikan mood-nya seperti Yoeng Beom, meski agak kaku macam Gwan Sik.
10. Menikah di Saat Belum Mapan Itu Pilihan
Aku selalu diberitahu dan mendengar banyak versi hidup setelah menikah. Walau ada yang happy, tapi kebanyakan curhat soal susahnya mengatur keuangan dan segala prahara rumah tangga.
Dengan begitu, aku jadi paham sesusah apa sih memulai pernikahan dari titik nol atau bahkan minus. Nah setelah tonton When Life Gives You Tangerine, menikah sebelum mapan itu ternyata pilihan hidup yang harus dijalani bersama-sama.
Kalau ngajak anak orang bersusah-susah, yah harus bisa bekerja keras biar mampu bahagiakan anak orang. Kalau menerima orang yang masih nol, yah harus tahu cara agar tidak membebani walau sedang menuntut hak.
Waduh, nikah itu tidak untuk orang bermental kerupuk rupanya.
11. Terinspirasi dari Kisah Nyata
When Life Gives You Tangerines ternyata terinspirasi dari kisah nyata sepasang suami istri di Pulau Jeju, yaitu Hong Kyung Ja dan suaminya.
Ae Sun adalah sosok yang diadaptasi dari Hong Kyung Ja, seorang wanita kelahiran Jeju tahun 1950-an. Sama seperti di drama, dia menjalani kehidupan yang penuh tantangan sejak kecil. Dia kehilangan ibunya dan harus mengurus banyak adik sambil bekerja sebagai haenyeo (penyelam wanita) untuk menghidupi keluarga.
Bahkan, detail nama Hong Kyung-ja sempat muncul di alat apung haenyeo dalam drama sebagai bentuk penghormatan.
Suaminya adalah teman masa kecilnya yang juga bekerja sebagai nelayan. Setelah enam tahun berpacaran, mereka menikah. Seperti karakter Gwan Sik, suaminya sangat suportif dan selalu mendukung Hong Kyung Ja dalam segala hal, bahkan ketika dia menjadi pemimpin desa.
Bahkan pada tahun 2002, suami Hong Kyung Ja dianugerahi "Beautiful Husband Award" oleh Jeju YWCA atas dedikasinya dalam menciptakan keluarga yang harmonis.
Sayangnya, suami Hong Kyung Ja sudah meninggal tujuh tahun lalu sebelum dramanya tayang. Kenapa orang baik selalu pergi duluan?
12. Drama Slice of Life yang Wajib Ditonton
Drama ini memberikan banyak pencerahan, tentang beberapa hal. WLGYT bukan tentang pahlawan super atau sihir, ini tentang orang sungguhan di kehidupan nyata. Drama indah ini menjelajahi kompleksitas berbagai hubungan antara pasangan, keluarga, anak, mertua, rekan kerja, dan bahkan tetangga.
Setiap karakter rasanya otentik, dan setiap hubungan diliputi emosi yang bikin aku nangis-nangis sampai hidung tersumbat.
13. Perasaan Cinta Seorang Ayah
Drama ini bukan hanya memperlihatkan seberapa besar cinta seorang ibu, tapi juga sosok ayah. Ayah yang jarang mengeluhkan tentang harinya, dan memilih fokus bekerja demi membahagiakan keluarga kecil yang sudah dibentuknya sendiri.
Dari Gwan Sik, kita dapat sosok ayah yang tenang, yang mendapatkan hormat dari kedua anaknya. Sosok suami yang juga dihargai oleh sang istri dan selalu mendukung mimpi-mimpi keluarganya. Bahkan dia bisa jadi sosok bapak mertua yang bisa diajak diskusi, dengan ketenangannya itu.
Dari besannya Gwan Sik alias papa mertuanya Eun Myeong, sosok yang keras dan kasar, tapi menyembunyikan sesuatu yang sulit diungkapkan. Lebih memilih mengikuti ego, tapi pada akhirnya menyesal walau terlambat.
Dari Chung Seob, ada kesan bahwa dia akan menjadi ayah yang baik. Terungkap dengan janjinya hanya akan punya satu anak saja saat melihat betapa tersiksanya Geum Myeong melahirkan putri mereka.
Dari Eun Myeong, ada versi 'nakal' yang mirip dengan mertuanya. Namun, dia lebih memilih cepat-cepat memperbaiki sikap demi keluarga kecilnya, ya walaupun hampir terlambat sih. Tapi, nggak sampai kayak bapak mertuanya yang punya ego sedalam lautan Jeju.
Aku yakin, setiap keputusan yang mereka pilih pada akhirnya atas dasar perasaan seorang ayah.
***
Ya, sekian tulisan kedua tentang When Life Gives You Tangerines kali ini. Maaf kalau spoiler ya, maaf juga kalau kepanjangan. Buat Pengembara yang belum nonton, please deh nonton, biar kita sama-sama bisa bahas drama ini.
Drama Slice of Life terbaik tahun ini sekali lagi aku kukuhkan untuk When Life Gives You Tangerines. Terima kasih, sudah mampir gaees.
Artikel lainnya:
- Review Drama Korea Love Scout (2025): Romantisme di Tengah Kerasnya Dunia Kerja
- Review Drama Korea The Trauma Code: Heroes on Call (2025)
- Review Drama Korea Study Group (2025): Hwang Min Hyun Jago Berantem
Komentar
Posting Komentar