[Spooktober] Cerpen Misteri: Ritual Bulan Purnama

[Spooktober] Cerpen Misteri: Ritual Bulan Purnama


Cerpen misteri ini terinspirasi dari lagu Red Velvet yang berjudul Peek-A-Boo. Aku kemas menjadi cerpen misteri yang wajib Pengembara baca.


👻👻💀💀💀👻👻


[Cerpen Misteri] — Ini tentang kisahku beberapa waktu lalu. Saat bertemu dengan seorang gadis muda, di mana dia memberiku sebuah buku antologi cerpen misteri yang katanya ditulis oleh komunitasnya.

Aku sempat menolak pemberian cuma-cuma tersebut karena merasa aneh. Tidak saling mengenal, tapi diberi sesuatu yang memang menjadi bagian dari diriku itu sebenarnya terasa menggiurkan. Terang saja, itu buku berbau horor. Segala hal misterius dan horor, serta hal-hal yang tak bisa dijelaskan menjadi minat tersendiri bagiku.

"Kenapa dia tahu aku suka bacaan seperti ini? Apa aku terlalu berpikir negatif?" Pikirku saat itu. 

Bertemu gadis tak dikenal yang sembarang memberi buku antologi cerpen misteri memang agak menakutkan. Tapi, apa yang bisa kulakukan? Sampul bukunya begitu menarik. Hah, aku pada akhirnya jatuh cinta dengan berbagai sajian cerita dalam buku tersebut dan buku antologi cerpen misteri itu pun kubawa pulang.


👻👻💀💀💀👻👻


Di belakang buku ada sebuah alamat dan nomor telepon. Karena iseng, usai membaca buku pemberian gadis misterius itu, aku pun menghubungi nomor telepon yang tertera. Dengan harapan aku bisa membeli buku-buku lain. Kurasa para penulis dalam buku itu cukup bagus.

Tidak terduga, saat panggilan telepon diangkat, aku langsung ditanyakan apa bersedia menjadi member Bulan Purnama. Entah apa maksudnya saat itu?

Aku sempat menolak ya, jujur saja. Menolaknya dengan halus, tapi pada akhirnya kuterima karena penasaran juga. Sampai akhirnya, aku mengetahui bahwa ini adalah sesuatu yang menyenangkan.


Sejak saat itu, aku bergabung dengan Komunitas Bulan Purnama. Pada setiap bulan purnama, kami akan menjalankan ritual yang telah dirancang dengan cermat oleh ketua. Sebuah ritual yang membawa kami ke dalam dunia perburuan gelap, di mana cinta dan kehidupan dihargai dengan cara yang tak terpikirkan oleh banyak orang.

Aku, bersama dengan member lain, terlibat dalam permainan yang berbahaya tapi mengasyikkan. Kami tidak mencari kematian satu sama lain, tapi kami melatih diri untuk berbagai kegiatan berburu yang terjadi setiap bulan purnama. 

Hampir setiap bulan purnama, saat dingin mencapai puncaknya. Langit-langit hampa dan tak ada perhiasan lain paling terang selain bulan. Kami memilih sasaran dengan hati-hati.


Mungkin Anda sukai: Cerpen Horor Kak Bi: Jembatan Angker

Cerpen Misteri lainnya: [SPOOKTOBER] CERPEN MISTERI THRILLER: RUANGAN MISTERIUS


[Cerpen Misteri] — Sudah beberapa kali semenjak aku bergabung, Bulan Purnama mengincar para lelaki yang bekerja sebagai kurir pengantar makanan dan mereka tak menaruh rasa curiga ketika panggilan telepon dari salah satu di antara kami secara kebetulan menarik mereka ke dalam permainan, lalu membawa mereka ke dalam bahaya yang tak terduga.

Seperti malam ini, entah kenapa aku terjebak bersama gadis-gadis penuh kebencian yang meratap sehari sebelum puncak purnama dan tertawa saat pagi hari usai purnama. Karena masih baru, aku dan beberapa orang hanya bertugas untuk menonton dari balik layar saat ritual Bulan Purnama dilakukan. Di luar itu aku akan sering keluar basecamp untuk menebarkan buku antologi cerpen misteri yang dibuat oleh member tertentu.

Saat mencapai usia setahun berada dalam Komunitas Bulan Purnama, maka aku sudah bisa ikut serta dalam eksekusi di malam purnama dan ikut serta membuat cerpen misteri.

Setiap aksi itu rasanya seperti sebuah pertunjukan. Kami menyamarkan pemburuan kami sebagai permainan, seolah-olah kami hanya gadis-gadis yang sedang bermain-main. Tapi di balik itu, tersembunyi hasrat pemburu yang tak terpuaskan. Kami bermain dengan mereka, membiarkan mereka terpesona, hanya untuk menyudahi permainan itu dengan keputusan akhir yang fatal.


👻👻💀💀💀👻👻


Malam ini, sama seperti malam-malam sebelumnya. Bedanya, genap setahun aku bergabung dalam komunitas Bulan Purnama. Ritual resmiku dimulai.

Wanita bertudung hijau dengan rambut perak yang mengintip di sekitar wajah cantiknya itu menyerahkan sebuah pisau buah kecil yang diikat memakai benang merah. Ikatan itu berasal dari jari-jari tangan seorang kurir yang kini terikat di kursi.

Aku gugup, benangnya basah, aroma amis di benang yang kupegang agak menjijikkan. Padahal mereka telah melakukannya berkali-kali, aku bahkan menontonnya berkali-kali. Tapi, rasanya aneh.

"Mulai malam ini, kau anggota resmi Bulan Purnama. Darah pria pengantar makanan, akan menjadi darah yang membawa kedamaian juga kemakmuran," ungkap ketua diikuti member lainnya.

Aku agak gemetar, pandangan tidak tetap. Kulirik kotak makanan dari berbagai tempat di ruangan ini, juga sebagai bukti dari perburuan sebelumnya. Di lemari, ada berbagai macam kaos yang mereka koleksi dari para pengantar makanan, rasanya seolah semua itu adalah penghargaan yang mereka banggakan.


Apa ini? Perasaan apa ini? Sosok lelaki di hadapanku mendadak terasa menyedihkan. Apa ini yang dinamakan nurani?


Aku terkesiap sesaat, doktrin-doktrin yang diucapkan wanita bertudung hijau terasa tidak masuk akal bagiku.

"Setiap perburuan tidak luput dari risiko," ucapnya membuatku menutup mata, masih mencoba fokus.

"Akan ada kesalahan-kesalahan kecil yang terjadi di antara kita. Ana Larissa, bersediakah kau menjadi penjaga kuil bulan purnama?" Wanita itu menyentuh pundakku. "Bersama wanita terpilih, menyiasati kebiadaban orang-orang jahat, agar jatuh ke jurang bersama demi menolong manusia yang lebih besar jumlahnya...."

Dengan posisi bersimpuh, kaki yang kram, tangan terkatup memegang 10 helai benang yang diikat ujungnya jadi satu dan diselipkan antara tangan yang terkatup ini. Aku, merinding.... 

Adegan di mana kami menakuti pengantar makanan, perlahan muncul di benakku. Aku hanya perlu menjawab, ya bersedia. Tapi, mulut ini malah kaku, lidah ini kelu, seolah sesuatu menahanku agar tak mengucap apa-apa.

"Ana?" panggil seseorang di barisan para member. 

"Aku ... ak-u ... aaa ...."

Hening, semuanya seolah menanti jawabanku. 

Bunyi tepukan tangan tiba-tiba terdengar. "Sepertinya, Ana belum siap. Kembalikan dia ke rumahnya. Kita ulangi ritual bulan purnama berikutnya," perintah wanita bertudung.

Aku diseret oleh beberapa orang, benang di tanganku diambil paksa. Aku menatap wajah lelaki yang tak sadarkan diri di kursi dan merasa kasihan padanya.


👻👻💀💀💀👻👻


Selama perjalanan pulang ke rumah aku ketakutan, ada rasa was-was tapi penasaran. Pada akhirnya, mereka tidak lagi memanggilku ke kuil bulan purnama, aku seperti diasingkan. Sesekali aku hanya coba mendekatkan diri pada member dengan cara membaca cerpen misteri buatan mereka. 

Hingga akhirnya, purnama berikutnya kembali menyala. Aku dijemput sore hari menuju kantor salah satu member. Mataku ditutup seperti biasa, ya, selalu begini bentuk perjalanan menuju kuil bulan purnama. Entah masuk atau keluar, mata kami yang belum resmi menjalani ritual bulan purnama akan selalu ditutup.

Ritualku yang tertunda, akhirnya dimulai lagi. Semuanya sama, yang berbeda adalah aku diberikan segelas air berwarna merah. Aromanya vanili tapi ada sedikit campuran aroma asing yang aku tak bisa jabarkan.

Usai meminumnya, aku tiba-tiba teringat momen pertama kali terlibat dalam perburuan. Sensasi adrenalin yang melonjak, ketika aku melihat sasaran kami datang dengan paket makanan dalam genggaman dan dia tidak tahu apa yang telah menantinya. Dia tidak tahu bahwa dia adalah bagian dari permainan yang kami mainkan. Rasanya agak menyenangkan.

Aku dan partner akan bergerak dengan gesit, mengelilingi dia dengan senyum manis dan tatapan penuh pesona. Dia harus terpesona, kami telah didandani secantik mungkin dan dia takkan bisa mengelak dari pesona kami yang memikat.


Akan tetapi, aku merasa kasihan. Apa harus melakukan semua itu?


"Ahh!" Napasku tercekat, ketika akhirnya tersadar.

Aku melihat wanita bertudung melemparkan gelas bekas minumku dan menampar sosok lelaki di kursi. Ikatan benang yang kugenggam dipatahkannya dengan kasar.

"Usir dia!" serunya lagi sambil menunjuk ke arahku, tapi tanpa menatapku.

"Kenapa?" tanyaku gemetar.

"Kau ... tidak diterima oleh Dewi Keagungan," bisik partner-ku sambil membantu aku berdiri dan mengajak pergi dari tempat itu.

Aku pun ditempatkan di ruangan kosong, tanpa barang apapun. Hanya dengan sebotol air minum dan pesan yang membuatku terdiam.

"Kau akan diantar pulang besok hari, lalu lupakan kami."


👻👻💀💀💀👻👻


Ya, pada akhirnya aku dipulangkan. Aku masih tidak mengerti alasan ditolak saat ritual bulan purnama. Apa alasan aku tidak bisa menjadi member resmi?

Saat kuceritakan kejadian ini pada kembaranku, dia hanya berkata, "Kurasa itu karena kau masih punya nurani. Apakah kau pernah melenyapkan nyawa para pengantar makanan itu dengan tanganmu sendiri? Apakah kau tidak sedikitpun merasakan kasihan? Apa kau tidak teringat akan diriku, ibu dan saudara lainnya saat melakukan kejahatan?"

Semua pertanyaan itu membuatku berhenti mempertanyakan kenapa ditolak ritual bulan purnama. Ya, nurani. Pada akhirnya aku menjual buku-buku cerpen misteri buatan Komunitas Bulan Purnama. Tidak kubakar atau kurusak, kasihan, itu adalah buku....


👻👻💀💀💀👻👻


Ada banyak hal yang tidak orang lain ketahui tentang mereka. Manusia normal melihat mereka sebagai gadis-gadis biasa, tidak pernah menyangka bahwa di balik senyum manis mereka, ada kegelapan yang dalam. Orang-orang tidak pernah tahu tentang ritual mereka atau tentang permainan yang sering mereka mainkan setiap bulan purnama.

Mungkin bagi beberapa orang, apa yang kami, ah, mereka lakukan terdengar mengerikan. Tapi bagi mereka ini adalah bagian dari kehidupan. Berhati-hatilah, saat nuranimu mati. Kau akan mudah terperosok dalam kegelapan. Akan tetapi, jika nuranimu hidup dan tumbuh subur. Kegelapan lah yang akan menolak kehadiranmu.


TAMAT

Gorontalo, 1 April 2024


Artikel lainnya: [SPOOKTOBER] CURCOL KAK BI: BENARKAH HOROR INDONESIA LEBIH SERAM DARI HOLLYWOOD?

Cerpen Misteri lainnya: [SPOOKTOBER] TIPS MENULIS: BELAJAR HOROR HINGGA DARK FANTASY | BAGIAN 1

Komentar

Popular