Cerpen Anak: Petualangan di Tanah Ajaib
Cerpen Anak: Petualangan di Tanah Ajaib
Cerpen anak bergenre fantasi ini berisi dongeng ringan, untuk mengasah imajinasi. Selamat membaca, semoga suka.
***
"Kakek Robbie, bisakah kau ceritakan lagi tentang nenek yang masuk ke dunia dongeng di tanah ajaib?" Gadis kecil berambut pirang datang bersama teman-temannya dan menghampiri kakek Robbie yang duduk di kursi roda.
"Kau ingin aku menceritakan kisah petualangan nenekmu lagi?" Kakek Robbie menatap Ruby.
"Ya, aku ingin mendengarnya lagi, begitu juga teman-temanku." Ruby tersenyum dan segera duduk di lantai sambil memandangi kakek Robbie. Teman-temannya Ruby pun ikut duduk dan mulai menyimak.
"Nenekmu adalah anak yang pendiam, tapi sangat menyukai dongeng dan dunia mistis. Setelah ayahnya meninggal, dunia Aria kecil berubah. Dia menjadi anak yang pemurung dan tidak suka keramaian."
"Sepertiku," sela salah satu teman Ruby yang terlihat lebih kecil dibandingkan teman lainnya. Berwajah pucat dan dari tadi hanya diam saja, karena merasa dipaksa oleh Ruby datang ke tempat ini.
"Kau pernah mendengar tentang tanah ajaib?" tanya kakek Robbie dibalasnya dengan gelengan cepat.
"Di tengah hutan yang rimbun, tersembunyi sebuah tanah ajaib yang dipenuhi dengan keajaiban tak terduga." Kakek Robbie memulai ceritanya.
***
[Cerpen Anak]—Di tempat ini, segala sesuatu yang biasa saja akan berubah menjadi keindahan luar biasa ajaib.
Di pagi hari, embun yang jatuh dari langit tampak seperti kilauan berlian, tepat ketika matahari menyapukan cahayanya pada dedaunan. Bunga-bunga mekar dengan warna yang belum pernah terlihat sebelumnya, mengeluarkan aroma menakjubkan yang mengisi udara dengan keharuman. Sesekali terselip aroma kue panggang, permen karet, bahkan aroma bahagia yang sulit dijelaskan.
Suatu ketika, Aria kecil duduk merenung dengan buku tua di pinggiran hutan dekat rumahnya. Aria merasakan rindu pada ayahnya yang tak sempat menepati janji untuk menemani Aria bertemu adik kecilnya yang dilahirkan oleh sang ibu sebulan lalu.
Perhatian Aria teralihkan pada suara burung di bagian dalam hutan. Aria memperhatikan dan melihat ada asap tipis dari dalam hutan. Aria segera berlari ke dalam hutan, mencari asal asap itu.
Aria tiba di sebuah bukit kecil. Ada cerobong asap tua yang tertanam di balik semak belukar. Tapi, cerobong itu tidak lagi mengeluarkan asap melainkan menguarkan aroma vanila kesukaan Aria. Tanpa ragu, Aria melompat masuk ke dalamnya.
Aria jatuh di lubang pembakaran cerobong asap. Dia keluar dengan wajah penuh debu dan arang. Aria berada di bagian dalam rumah yang sepi, karena takut Aria bergegas keluar dan menemukan hal menakjubkan di depan rumah.
Ada palang nama bertuliskan selamat datang ke tanah ajaib dan kotak post di depan rumah misterius ini.
Aria perlahan menjelajahi tanah ajaib tersebut dia bertemu dengan rubah kecil yang meminta bantuannya untuk memetik apel. Rubah itu mengincar cacing di dalam apel untuk dijadikan cemilan bagi anak-anaknya.
Aria menyadari bahwa pohon-pohon di tanah ajaib juga punya daya tarik yang unik. Setiap pohon memiliki dedaunan lebat. Ketika angin berembus, dedaunan itu mengeluarkan melodi indah yang menenangkan hati.
Di sisi lain, ada sungai-sungai yang mengalir jernih seperti lukisan hidup. Ikan-ikan dengan sisik berkilauan berenang di dalamnya dengan anggun.
Tak hanya alamnya yang menakjubkan, makhluk-makhluk di tanah ajaib ini pun memiliki keunikan tersendiri. Ada burung-burung dengan sayap berwarna-warni yang juga bisa berbicara dengan manusia sama seperti rubah tadi.
Hewan-hewan kecil dengan bulu lembut yang bisa menyembuhkan luka di siku Aria saat jatuh dari cerobong asap hanya dengan sentuhan mereka.
Baca juga: Review Film The Princess
Mungkin Anda sukai: Review Film A Wrinkle in Time
[Cerpen Anak]—Di sudut-sudut tempat tersembunyi batu-batu kristal yang menerangi malam, tidak terasa Aria mengelilingi tanah ajaib sedari tadi, dia pun kembali ke rumah misterius untuk mencari jalan pulang.
Perutnya menjadi lapar saat melihat seorang anak seusianya sedang memanggang sesuatu di depan rumah misterius.
"Maaf, apa kau anak pemilik rumah ini? Aku tersesat," ucap Aria pada bocah lelaki seusianya yang sibuk dengan kelinci panggang di hadapannya. "Tolong aku, aku lapar!"
"Kau tidak seharusnya di sini! Ibuku bisa memasakmu, membuatmu jadi daging panggang!" ujarnya tiba-tiba berdiri menatap Aria dan mengulurkan tangan berisi potongan daging yang beruap panas.
Aria mengabaikan ucapan itu dan segera mengambil pemberian bocah tersebut. Aria segera melahapnya, Aria sangat lapar dan sesekali melirik bocah itu dengan waspada.
"Aku akan antarkan kau pulang. Tinggalkan semua benda yang kau ambil dari hutan atau dari dalam rumahku."
"Aku tidak mengambil apapun," jawab Aria mengalihkan pandangannya ke dalam rumah.
"Benarkah? Lalu, siapa namamu?"
"Aria, bagaimana dengan namamu?"
"Baiklah, Aria. Kau tidak perlu tahu namaku. Kuantarkan kau pulang." Bocah itu menyeret Aria masuk ke rumah dan membawanya ke dalam cerobong asap.
"Sebut namamu, lalu tepuk tangan dua kali. Sebut namamu sekali lagi, lalu tepuk dinding cerobongnya."
Aria tanpa banyak tanya segera mengikuti arahan bocah tanpa nama. Usai melakukan arahannya, Aria pun mendadak mengantuk dan jatuh ke tumpukan kayu dan arang, kemudian tertidur pulas.
***
"Saat Aria terbangun, dia sudah berada di kamarnya. Ibu Aria; ibu mertuaku, menemukan Aria dalam keadaan kelaparan di dalam hutan terlarang. Badannya tidak terluka, padahal pakaiannya sangat kotor." Kakek Robbie bersemangat.
"Ayah, hentikan itu! Kau akan menakuti mereka!" sela ibu Ruby, menatap dengan wajah datar. "Dongeng itu lagi, tolong hentikan!"
"Lanjutkan lagi, Kakek Robbie!" seru teman-teman Ruby.
"Itu hanya dongeng anak-anak, itu tidak pernah terjadi. Sekarang, kembalilah ke tenda kalian. Jika tidak, aku akan membatalkan perkemahan ini dan kalian semua kembali ke rumah masing-masing." Ibu Ruby lelah dengan tingkah anak-anak itu.
"Ah, Nyonya Claire, kau sangat menyebalkan!" gerutu teman-teman Ruby bergantian dan berjalan gonta keluar rumah. "Benar-benar tidak seru!"
"Psst!" Kakek Robbie memanggil teman Ruby yang berwajah pucat tadi.
"Aku?"
"Ya, kemarilah!" ucap kakek Robbie mengulurkan tangan. "Siapa namamu?"
"Mikhaila."
"Kau percaya ceritaku tadi, Nak?" tanya kakek Robbie sambil memasukkan tangan ke saku kemejanya. Mikhaila menggeleng, tapi menjadi penasaran dengan sesuatu yang coba diambil kakek Robbie dari sakunya.
"Ini batu kristal yang diambil Aria dari dalam hutan."
Mikhaila terperangah, tidak percaya bahwa kristal menyala itu benar-benar ada. Kakek Robbie memberikan potongan kristal itu untuk Mikhaila.
"Aku beri satu untukmu, Ruby juga punya satu, milik ibunya dulu. Mulai sekarang, berteman akrablah dengan cucuku ya ...."
Potongan batu kristal yang merupakan batu alam itu hanya akan menyala pada siapapun yang mempercayai dongeng. Nyonya Claire, ibunya Ruby tidak lagi melihat cahaya di batu kristal karena dirinya sudah dewasa dan tak percaya lagi tentang kisah-kisah tak masuk akal.
"Aku harap kau menjadi lebih ceria, kau punya kekuatan untuk melihat keindahan batu ini. Kau anak yang spesial, temukan tanah ajaibmu sendiri dan bertualanglah!"
TAMAT.
Gorontalo, 3 Agustus 2023
***
Lihat ini juga: Trailer Dongeng Petualangan di Tanah Ajaib
Komentar
Posting Komentar