Terbaru

Cerpen Drama: Menunggumu di Batas Kita

Cerpen Drama: Menunggumu di Batas Kita 




Cerpen drama ini pernah tayang di Opinia, dan sedang tayang di YouTube untuk versi video cerpennya. Kalau pengembara mau nonton versi video bisa langsung klik DI SINI.


***


[Cerpen Drama] — Bagaimana rasanya saat hidup yang selalu diperjuangkan ternyata dipenuhi kebohongan? Haruskah tetap berpura-pura bodoh? Atau haruskah aku mengamuk dan memporak-porandakan dunia? Saat segala nyata menghampiriku.


Tentu saja jawabannya adalah berpura-pura bodoh. Seperti aku beberapa tahun lalu, beberapa hari lalu, hari kemarin, hari ini dan bahkan besok nanti.

Hampir sewindu sudah lelaki bertato api itu menitipkan janjinya kepadaku.

"Aku harus bekerja di kapal pesiar, mereka butuh koki tambahan," ucapnya saat izin pamitan padaku. "Aku pasti pulang sebelum akhir tahun."

Izinnya itu disertai janji-janji yang dititipkan, seharusnya aku meminta tanda tangan bermaterai juga. Agar dirinya tetap menjemput janji yang sudah dititipkannya kepadaku.

***

Aku dan lelaki itu pernah terikat janji sehidup semati. Kami berdua terlampau nekat, baru satu purnama terlewatkan kami berdua telah memutuskan untuk berikrar bersama. Di depan penghulu dan saksi, juga para tamu undangan.

Dua bulan kemudian, dia mendadak gusar. Karena aku telah berbadan dua, sementara dia baru saja dipecat dari pekerjaannya seminggu yang lalu.

"Aku akan merantau!" ucapnya saat itu. Dia tak ingin melihatku kesusahan saat buah hati kami lahir.

Semenjak dia tahu aku telah berbadan dua, setiap hari dihabiskan hanya untuk mencari lamaran pekerjaan. Aku bisa melihat dia sangat tertekan, aku tak tega. Sampai suatu hari, teman lamanya bertukar kabar. Keduanya sepakat untuk bekerja di kapal, kapal pesiar dan kontrak beberapa bulan, katanya.

Berhubung dia hobi dan pandai memasak, mereka pun memilih pergi. Aku pun setuju.

Saat dia pergi, usia kandunganku sudah memasuki bulan kedua. Tak ada firasat, bahwa dia akan berselingkuh dengan lautan. Sungguh tak ada, walau hatiku agak resah. Aku ikhlas melepasnya menuju lautan lepas.

***

Saat ini, aku berdiri di tempat yang selalu kami kunjungi setiap tahun. Aku dan bocah itu tidak pernah absen menagih janji lelakiku. Di tempat ini ada beberapa nama terukir di dinding berwarna putih dengan lampu biru yang menerangi. 
"Aku datang, akan selalu menunggumu meskipun mereka bilang kau takkan kembali."
"Aku datang pada batas waktu antara kita. Di mana aku bisa melihat senyummu dengan jelas di tempat ini." 

Monumen Tenggelamnya Kapal Sentosa. Korban Jiwa 18 Orang.


Tulisan itu tertulis di papan, tepat di bawah nama-nama. Termasuk namanya yang terukir paling bawah. 

Kapal ini adalah kapal barang, lelaki itu bahkan berbohong sebelum kepergiannya. Jika memang tak bisa kembali, seharusnya dia tak berjanji apapun kepadaku. Agar aku tak pernah menunggunya di batas waktu dan di batas dunia yang bernama anak.

Bukan aku tak rela memiliki buah hati yang baik dan pintar, dia adalah sosok penghiburku kala mengingat janji-janji yang dilontarkan lelaki itu padaku. Hanya saja menyesakkan melihat bocah ini.

Karena sejak enam tahun telah berlalu, bocah itu semakin mirip dia. Lelaki yang telah membuatku menunggu terlalu lama. Entah kapan bisa bertemu, karena aku akan tetap menunggunya walau dalam bentuk ajal sekalipun.

"Aku akan tetap menunggumu bersama batas yang tak pernah rapuh. Batas itu adalah anakmu yang tak sempat kau beri nama."

***

Tamat

Gorontalo, 03 Februari 2023

Cerpen lainnya: Di Bawah Langit Malam

Komentar

Populer

Review Squid Game All Season | Season Tiga Gagal Mengalahkan Season Pertama

Review Film #ALIVE: Bertahan Hidup dari Zombie di Korea