Terbaru
Cerpen Horor Kisah Nyata: Sesuatu di Jendela
Cerpen Horor Kisah Nyata: Sesuatu di Jendela
Oleh: Nurwahidah Bi
Cerpen horor ini terinspirasi dari pengalaman nyata masa kecilku. Namun, cerita ini sudah dibalut dengan elemen fiksi agar terasa lebih dramatis dan menyeramkan. Selamat membaca ya!
***
[Cerpen Horor] Siang itu, kompleks perumahan sepi. Aku dan teman-teman sepulang sekolah sedang bermain di bawah pohon mangga di depan rumah tetangga; Keluarga Pak Asep. Kami agak berisik saat itu, aku ingat betul bagaimana kami ribut karena anak perempuan sedang bermain masak-masak dan laki-laki sibuk memanjat pohon.
Aku sendiri ikut memanjat pohon, karena terlalu aktif untuk sekadar duduk tenang sambil berpura-pura jadi mama-mama-an dan main masak-masakan.
Baca juga: Racket Boys
Cerpen lainnya: Cerpen Horor Spesial Nadia Omara: Diamond Play Button
Aku pulang dulu sejenak, karena panggilan alam. Usai buang air besar, aku kembali di tempat bermain.
Tapi, yang tersisa tinggal Siti, Anggi, Bayu dan Ardi saja, yang lain sudah pulang dipanggil mamanya. Aku iseng melewati bawah jendela kamar dari ruma Pak Asep.
Saat sedang mengendap-endap hendak mengagetkan mereka, aku terhenyak dengan suara aneh yang keluar dari kamar depan rumah Pak Asep. Aku mendekat dan mengintip lewat jendela. Tak ada apa-apa. Tapi suara itu muncul lagi. Aku mulai curiga, jangan-jangan ada anak yang tertinggal di dalam.
Soalnya, seingatku Bu Asep sedang ke rumah sakit untuk melahirkan sehingga rumah mereka kosong. Setelah diperhatikan lagi, memang tidak ada apa-apa di dalam kamar.
Aku pun menarik kepala menjauhi jendela. Eh, suara itu muncul lagi. Aku menyipitkan mata karena curiga, takut anak bungsu Pak Asep ketinggalan di kamar. Sebagai anak pemberani berusia 9 tahun saat itu, aku mengambil sebuah balok berukuran tingga dan meletakkan di bawah jendela.
Aku kembali memasukkan kepala ke dalam jendela, tapi kali ini sekaligus dengan setengah dada, hampir bisa masuk ke dalam rumah lewat jendela yang lupa mereka tutup.
Tak disangka, mata ini malah melihat potongan tangan dan daging kecil berlumuran darah tergeletak di atas tempat tidur berseprei merah muda.
Kepalaku terantuk jendela sangking kaget dengan pemandangan itu. Sejenak kupikir hanya berhalusinasi berhalusinasi. Tapi, aku akhirnya bergegas menemui keempat teman yang masih bermain dengan santai.
Aku lekas menarik Ardi karena dia yang terdekat, dab memintanya memeriksa apa yang terlihat barusan benar adalah hal yang mengerikan seperti di film-film horor.
Mungkin Anda sukai: Cerpen Horor: Peringatan Misterius
Ardi terdiam saat kepala dan setengah dadanya masuk ke dalam jendela. Aku menunggu di belakangnya dengan perasaan gelisah.
"Nggak ada apa-apa!" ujarnya ketus. "Wwak!!!" ucapnya coba untuk mengagetkanku.
Aku ikut berdiri di sebelahnya dan masih melihat ada potongan tangan, tapi Ardi tidak bisa melihatnya.
Aku segera menutup jendela kamar itu dan dengan takut mencoba pulang, tapi mereka semua malah menahanku untuk tetap bermain.
Alhasil aku memilih memanjat pohon saja. Saat duduk di atas pohon, aku masih memperhatikan jendela rumah Pak Asep. Sedari tadi aku bisa mendengar suara aneh, tapi teman-teman lainnya bersikap biasa saja.
Aku mendadak terdiam, saat melihat seorang wanita berbaju pengantin dengan wajah yang begitu jelek berdiri di dalam kamar Pak Asep. Wanita itu menatap ke jendela, menatap ke arah teman-temanku yang ada di bawah.
"Pulang yuk! Itu ada setan!" seruku saat itu.
"Setan terus dari tadi, tangan dipotong-potong lah." Ardi menggerutu.
"Turun sini, main sama kita!" ujar Anggi.
"Aku beneran lihat setan barusan, nih sekarang dia lagi lihatin kalian!"
"Mana! Mana? Mana!" seru Siti tertawa.
"Itu perempuan pakai baju pengantin, wajahnya jelek!"
"Mungkin itu pengantin yang lari dari salon kecantikan sih!" ujar Bayu sambil tertawa di dahan sebelah. "Minggir, aku mau turun," tambahnya.
Mereka menertawakanku dengan penuh kepuasan. Aku segera menantang Siti dan Anggi, menganggap sepertinya hanya anak perempuan yang bisa melihat potongan tangan.
Aku turun dari pohon dan menyeret Siti ke jendela kamar depan Pak Asep. Kembali kubuka jendela itu dan minta Siti mengintip, sementara sosok perempuan yang kuperhatikan dari atas pohon tadi sudah tidak ada.
Kepala Siti tiba-tiba terantuk, dia berseru kaget, disusul erangan jijik.
"Betulan ada daging di situ!" bisiknya.
"Nah, bener kan? Cuma perempuan yang bisa lihat."
"Minta bantuan sama papa kamu aja!" ucap Siti kelihatan sama takutnya denganku.
"Nggaklah, nanti kita malah dimarahin karena ketahuan buka-buka jendela rumah orang." Aku menolak.
Saat kami sedang kebingungan, tiba-tiba suara pintu dibuka dari dalam sana. Tidak butuh waktu lama jendela kamar pun terbuka ke samping dengan sendirinya.
Seorang wanita berbaju pengantin dengan wajah yang begitu jelek dan menakutkan membuat aku dan Siti berteriak histeris, rasanya sampai terkencing-kencing.
"Kenapa?" tanya Ardi dan lainnya menghampiri kami yang sedang saling memeluk sambil menutup mata dan berteriak.
Aku menunjuk jendela yang terbuka lebar dan sedikit mengintip. Aneh, tidak ada apa-apa di situ.
Aku dan Siti, saling menatap lalu berlari pulang meninggalkan mereka bertiga.
***
[Cerpen Horor] Begitu pulang ke rumah, kuceritakan semua itu kepada mama. Mama tertawa dan bilang akhirnya kami bertemu wanita bermuka jelek itu. Dia adalah hantu penghuni di rumah Pak Asep.
Jauh sebelum Pak Asep tinggal di rumahnya, rumah itu sempat kosong selama bertahun-tahun. Tapi, karena dia hanya jarang muncul dan tidak pernah menganggu, tidak ada orang di kompleks yang berusaha mengusirnya. Mereka membiarkan hantu itu berkeliaran, termasuk keluarga Pak Asep yang awalnya tidak tahu membeli rumah bonus hantu perawan yang kabarnya gagal menikah.
"Dia cuma mau berteman itu," ucap mama tertawa.
"Tapi, itu setan!" Aku menangis. "Siang-siang lagi! Katanya siang-siang nggak ada setan!"
Sejak hari itu aku jadi kapok bermain di sekitar rumah Pak Asep, karena setelahnya beberapa kali aku masih sering melihat hantu itu menampakkan diri. Entah dia yang hanya sekadar diam menatap kosong ke jalanan dan halaman rumah atau menempelkan wajah seramnya ke jendela sambil membuat ekspresi sedang menakutiku yang tidak sengaja melihatnya.
***
Beberapa tahun berlalu, hantu itu menghilang dengan sendirinya.
Bukan juga sih, sepertinya aku dan teman-teman saja yang sudah dewasa sehingga kami tidak pernah melihatnya lagi. Sebab, menurut adik-adik tetangga, mereka sesekali pernah melihat penampakan di rumah Pak Asep. Aku yakin itu dia, sesuatu yang horror di jendela kamar depan dari rumah Pak Asep.
TAMAT
Gorontalo, 28 Agustus 2023
***
Kunjungi Linktree untuk info cerita lainnya! Terima kasih sudah membaca. Jangan lupa like & share kalau suka, ya!
Note: Cerita ini terinspirasi dari pengalamanku sendiri. Sampai sekarang kalau mengingat potongan daging itu... masih bikin merinding sih!
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar