Cerpen Horor Spesial Nadia Omara: Diamond Play Button
Cerpen Nadia Omara: Diamond Play Button
Oleh: Nurwahidah Bi
Cerpen ini dibuat dalam rangka memperingati 10 juta subscriber dari Youtuber favorit Kak Bi; Nadia Omara. Cerpen ini diikutkan dalam event yang dibuat oleh Nadia Omara di channel-nya, sayangnya cerpen ini tidak terpilih ehehe....
So, aku posting di blog pribadi biar bisa dibaca oleh semua orang. Btw, ini fiksi ya, mohon jangan dimasukin ke hati.
Selamat membaca cerpen Nadia Omara ini, persembahan Kak Bi.
***
Nadia duduk di depan kamera, mengenakan hijab hitam polos. Kali ini, dia ingin merekam sesuatu yang istimewa. Channel YouTube-nya, yang berisi berbagai konten mulai dari KHW, Crime Story, Serial Killer, Sejarah sampai Kriminal Indonesia itu, telah mencapai 10 juta subscribers.
Kotak berisi diamond play button dari YouTube akhirnya sudah tiba juga, setelah ditunggu selama beberapa minggu.
Benda yang menjadi penghargaan atas kerja kerasnya tergeletak di meja studio. Ini adalah pencapaian luar biasa setelah bertahun-tahun membahas kisah kriminal mengerikan dan kejadian mistis yang selalu berhasil membuat penontonnya merinding.
Namun, ada sesuatu yang aneh sejak Nadia iseng-iseng memutuskan untuk membuka kotak itu sendirian. Entah kenapa, studio kecil di rumah, yang terasa nyaman, hari ini tampak lebih gelap dari biasanya. Lampu-lampu yang terang di sekitar setup kamera seolah tidak bisa mengusir bayang-bayang yang merayap di sudut ruangan.
Udara terasa dingin, meskipun cuaca di luar cukup hangat. “Padahal ini belum jam 8 malam, mungkin aku terlalu tegang, apa nunggu nanti aja ya?” gumam Nadia, mencoba menepis kegelisahannya.
Setelah menyiapkan semuanya, Nadia mulai merekam. "Hai, Wak. Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh. Terima kasih sudah klik video ini." Suaranya terdengar ceria di awal video, meski di dalam hati terasa ada sesuatu yang mengganjal.
Usai menyapa, Nadia menceritakan perjalanan panjangnya di YouTube, dari subscriber pertama hingga jutaan yang kini setia menonton setiap unggahannya. Saat dia hendak membuka kotak diamond play button di depannya, tiba-tiba lampu studio padam. Anehnya, kamera tetap menyala, tapi ruangan memang menjadi gelap.
"Eh, kok mati lampu, Wak?" gumamnya sambil berdiri untuk mengecek saklar.
Saat Nadia berjalan ke arah saklar di sudut ruang, langkahnya terhenti. Suara gemerisik terdengar dari balik pintu. Seketika gagang pintu bergerak, seolah dibuka dari luar.
Nadia panik, dengan cepat menyalakan senter dan segera menelepon salah seorang tim dan memintanya segera datang. Sesaat kemudian, seperti ada yang bergerak, merayap di lantai rumah. Nadia membeku, sejenak merasa bahwa suara itu mungkin hanya imajinasinya.
Nadia menatap kamera, tampak kamera masih menyala.
"Wah, konten nih. Tapi, takut, aku nggak mau ah." Nadia bergegas mematikan kamera dan mencoba keluar dari ruangan untuk mencari bantuan.
Namun, ruangannya malah terkunci dari luar dan semakin lama, suara-suara aneh semakin keras dan mendekat.
"Siapa di sana?" Nadia mencoba berkata tegas, tapi tidak ada jawaban. Napasnya mulai memburu. Tangan dinginnya bergetar saat hendak meraih saklar, tetapi lampu masih tidak kunjung menyala.
Suasana semakin mencekam ketika suara langkah kaki terdengar dari arah luar studio. Langkah itu berat, lambat, dan menyeret, seolah seseorang—atau sesuatu—sedang mendekat sembari membawa sesuatu.
Nadia meraih ponselnya mengarahkan senter ke segala arah. Perlahan, bunyi berderit disertai pintu ruangan terdorong perlahan, membuat Nadia mulai membaca ayat kursi.
Sekilas, tapi jelas, Nadia bisa melihat bayangan hitam menjulang di balik pintu, seolah menatapnya dari kegelapan.
Nadia tersentak, ponselnya jatuh ke lantai dengan cahaya senter menerangi sebagian kecil ruangan. Tidak ada siapa-siapa di sana. Hanya pintu yang terbuka sedikit, dan bayangan yang tadi dia lihat juga sudah lenyap.
Lampu pun kembali menyala. Nadia kembali ke depan kamera dan mencoba untuk mengatur napasnya, walau keringat dingin sudah membasahi dahi hingga ketek.
"Wawak-wawak sekalian, aku tuh barusan mengalami sesuatu yang aneh," katanya gemetar di depan kamera, berusaha tetap tenang.
***
Baca juga: Cerpen Gratis: Jojo dan Lia
Tonton juga: Review Drama Korea Chimera
Akan tetapi, saat Nadia menatap layar monitor kamera untuk memastikan semuanya berjalan lancar, matanya melebar. Di layar, tepat di belakangnya, terlihat bayangan hitam yang berdiri diam, sangat dekat dengan Nadia. Seolah-olah sosok itu sedang mengintip dari balik bahunya.
Nadia berbalik cepat, tapi ternyata tidak ada siapa-siapa. Terlalu takut untuk melanjutkan, Nadia memutuskan untuk menghentikan syuting dan menunggu timnya saja.
Lama menatap kotak, dalam keadaan diam, Nadia kembali merekam aktivitas unboxing saja. Begitu dibuka, di dalamnya, bukan berisi koper diamond play button, tetapi hanya sebuah surat kecil. Dengan tangan gemetar, Nadia mengambil surat itu dan membacanya.
"Selamat atas keberhasilanmu, Nadia. Kami selalu mengawasi dan mendukungmu sejak awal. Jangan takut, kegelapan bukan musuhmu."
Sambil tersenyum canggung, Nadia menatap kamera. "Kayaknya, ini cara mereka mengucapkan selamat ke aku," bisiknya pelan.
Tiba-tiba, dari luar ruangannya terdengar ramai. Nadia keluar dan memeriksa apa yang terjadi. Seketika Nadia terdiam, kotak besar sedang dipegang oleh dua teman, sementara ada teman lain yang membawa kue ucapan selamat atas 10 juta subscriber-nya.
Kotak berisi paket diamond play button Nadia ternyata baru saja sampai dan masih ada di sini, bukan di dalam ruangan tempatnya membawa kotak besar yang disangka diamond play button tadi.
"Terus, kotak apa yang kupegang sejak tadi? Benda apa yang sudah aku unboxing?" Ucapan Nadia membuat semua yang kebingungan. “Nggak gini juga dong,” sambungnya menangis sambil memegangi surat misterius yang entah siapa pengirimnya.
TAMAT
Gorontalo, 3 Oktober 2024
***
Cerpen gratis lainnya tersedia di blog Kak Bi. Terima kasih sudah mampir.
Artikel lainnya: Curcol Kak Bi: Aku dan Platform Menulis
Komentar
Posting Komentar