Cerita Fiksi Ilmiah: Permintaan Terakhir
Cerita Fiksi Ilmiah: Permintaan Terakhir
Cerita fiksi ilmiah adalah genre yang mengeksplorasi konsep perjalanan waktu, eksplorasi luar angkasa, teknologi canggih, dan perubahan sosial atau politik yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmiah.
***
[Cerita Fiksi Ilmiah] Pada tahun 2085, dunia telah berubah drastis. Saat ini, mesin-mesin secara 75 persen telah menggantikan pekerjaan manusia. Vending machine, tidak hanya mengeluarkan minuman, makanan, atau boneka. Semua hal yang dulunya dikerjakan oleh pegawai atau pelayan digantikan oleh mesin.
Dunia ini bahkan diisi oleh robot-robot mini penjaja listrik untuk mengisi daya mobil listrik dan sebagainya. Manusia hanya bertugas sebagai pemelihara mesin dan menjalankan tugas ringan.
Bahkan ada mesin jahit otomatis yang bisa mengukur badan calon pembeli, menggunting, menjahit hingga membuat payet secara presisi. Manusianya hanya membeli bahan kain dari vending machine di pusat pertokoan dan memasukkan bahan-bahan dasar berupa benang dan bahan kain ke tabung-tabung besar di ruang penyimpanan mesin jahit otomatis.
Ada juga robot kuli bangunan yang mampu melakukan pekerjaan konstruksi dengan presisi tinggi, bukan hanya menggantikan peran manusia, mereka membuat bangunan-bangunan yang jauh lebih modern dibandingkan ciptaan manusia. Hanya mengandalkan prompts dan robot AI dalam membuat sketsa. Manusia hanya bertugas sebagai titik pemeriksaan akhir apabila mesinnya eror atau ada kesalahan desain yang bisa berbahaya.
Di tengah kemajuan teknologi, makanan pun bukan hanya ada hasil tanam-tanaman alami. Tanaman hidroponik dan lab makanan kini menjadi solusi utama untuk menyediakan bahan pangan bagi manusia.
Dalam kota yang dipenuhi oleh gedung-gedung pencakar langit dan dikelilingi oleh pepohonan nanoelektronik, tinggallah seorang wanita bernama Lunar. Lunar bekerja sebagai seorang ilmuwan di pusat penelitian kesehatan, dan tugas utamanya adalah mengembangkan template untuk menyembuhkan penyakit-penyakit yang berkembang karena pengaruh makanan di era modern ini.
***
Suatu hari, Lunar mendapatkan telepon dari panti jompo tempat kakeknya dirawat. Dia menerima kabar bahwa ada penyakit baru yang belum terdeteksi sebelumnya. Betapa nahasnya, penyakit tersebut menyerang sang kakek dan kini telah dilarikan ke rumah sakit.
Lunar bergegas ke rumah sakit dan bertemu seniornya; Axe. Menurut penjelasan Axe, penyakit ini menyerang manusia dengan cepat, dan satu-satunya cara untuk menyembuhkannya adalah menciptakan template yang sesuai. Lunar pun bekerja sama dengan laboratorium rumah sakit dan mulai menyelidiki penyebab penyakit ini dan mencari cara untuk menyelamatkan kakeknya. Sembari menjalankan beberapa penelitian di rumah sakit tersebut, Lunar bertemu kakeknya secara empat mata.
"Apakah sebelumnya kakek meninggalkan panti? Kenapa sampai bisa terkena penyakit seperti ini?" Lunar menatap sang kakek yang terbaring di ranjang. Wajahnya pucat dengan napas cepat.
"Aku tetap di panti selama berbulan-bulan. Seharusnya kau menahanku saat ingin pergi ke sana dulu. Sepertinya ajalku tak lama lagi," ucapnya melirik Lunar. Agak menyesali dirinya yang memaksa pergi ke panti jompo bersama teman-temannya.
"Hah, vitamin serum yang kakek konsumsi sejak 2045 membuat kakek hidup sampai saat ini. Apanya yang tak lama lagi?" Lunar mendekati kakeknya.
"Tidak, Lunar. Rasanya berbeda, penyakit baru ini bahkan berhasil menembus vitamin serum itu. Aku rasa, ini sudah waktunya."
Lunar menatap wajah kakeknya yang mendadak gelisah. Lelaki tua yang lahir tahun 1995 ini adalah saksi sejarah perkembangan umat manusia. Usianya tak lagi muda, tubuhnya ringkih dengan anak-anak yang sudah tak tinggal bersamanya.
"Lunar?" Kakeknya memanggil dengan suara lantang.
"Ada apa?"
"Jika aku mati, bisakah kau mengabulkan permintaan terakhirku?"
"Permintaan apa?"
"Dulu, saat kecil, aku pergi bersama ibuku ke sebuah tempat yang tak bisa dilupakan."
"Tempat apa itu?"
"Penjahit pakaian keluarga ...."
"Hah?" Lunar terheran-heran mendengar sepenggal kalimat yang keluar dari mulut sang kakek.
"Bisakah kau mencarikan penjahit dengan memakai alat dari zamanku? Aku ingin memakai pakaian bagus di hari kematianku kelak."
"Aku akan memesankan pakaian yang bagus dari mesin di pusat perbe—"
"Aku ingin pakaian yang dijahit dengan mesin jahit tradisional," potongnya memegangi tangan Lunar. "Merasakan sentuhan tulus manusia pada setiap lipatan jahitannya."
"Di mana aku akan menemukan benda seperti itu? Aku bahkan sudah tidak lagi melihat mesin jahit portable semenjak berusia 10 tahun." Lunar kesal, keningnya terangkat.
"Kumohon, ini permintaan terakhirku. Ada foto di akun cloud-ku. Kau bisa melihat foto toko tempat menjahitnya di sana."
"Aku akan minta Lusia untuk mencarinya," jawab Lunar mengambil ponsel sang kakek.
"Aku ingin kau ikut mencarinya."
"Untuk apa? Lusia akan melakukannya. Aku terlalu sibuk untuk meneliti penyakitmu!"
"Lunar!" tegas sang kakek dengan wajah cemberut.
Lunar semakin kesal karena tidak bisa menolak permintaan sang kakek. Akan tetapi, kemana dirinya harus mencari penjahit manual dengan mesin jahit tradisional?
***
[Cerita Fiksi Ilmiah] Lunar meminta adiknya untuk mencari penjahit yang dimaksud setelah dia berhasil menemukan foto-foto dengan kualitas gambar jelek di akun cloud lama sang kakek. Kakek muda yang berdiri di depan toko penjahit bersama ibunya membuat Lunar bergeming. Ibu dari sang kakek, sekilas mirip ibunya sendiri.
"Lunar!" seru Axe memasuki ruang kerja sementara milik Luna di rumah sakit ini. "Hasilnya sudah keluar!"
Lunar menutup komputer tipisnya tanpa memastikan balasan pesan Lusia. Dia bergegas mengikuti Axe dan ternyata, penyakit itu disebabkan oleh perubahan genetik yang terjadi pada tanaman hidroponik dan lab makanan di panti jompo. Setiap rumah sakit, panti jompo atau pusat kesehatan lainnya selalu memiliki lab makanan sendiri untuk membuat makanan. Adanya kontaminasi membuat sel-sel pada tumbuhan berubah ganas melebihi sel-sel karsinogen yang pernah ada.
Gejala yang dialami kakek Lunar semakin parah, penyakit tanpa nama yang membuat wajah dan kulit pucat, napas memburu cepat, dengan sendi yang kaku, tapi jari jemari lunglai seolah tak bertulang. Ditambah suhu tubuh yang akan sering berubah-ubah setiap lima jam sekali. Membuat Axe meminta Lunar untuk menghentikan pengobatan, karena sang kakek tidak lagi merespons obat-obatan yang diberikan.
Baca juga: BERTEMU MAKHLUK LUAR ANGKASA | CERPEN FIKSI ILMIAH
Cerpen lainnya: [SPOOKTOBER] CERPEN HOROR SERU: PETUALANGAN DI RUMAH KOSONG
"Axe! Kakekku ingin dibuatkan baju dari penjahit tradisional," keluh Lunar di tengah-tengah istirahat makan siang.
"Apa? Apa maksudmu?"
"Dia merasa kematian sudah di depan mata dan itu adalah permintaan terakhirnya. Hah, sudah lama aku tidak melihat mereka. Apa mereka masih ada?"
"Aku juga! Entahlah, aku tidak tahu." Axe menanggapi sekadarnya, sambil menikmati makanan.
"Apa perlu aku berbohong saja, dengan membeli baju dari vending machine dan memberikannya pada kakekku?"
"Kau mau membohongi orang yang akan meninggal?"
"Tidak .... Sebenarnya, aku sudah meminta adikku untuk mencari penjahit." Lunar menggeleng kesal. "Oh ya, apa tim inspeksi sudah memeriksa lab di panti tempat kakekku tinggal?"
"Sudah."
Lunar hanya mengangguk mendengar jawaban singkat Axe. Berharap panti itu bertanggung jawab atas makanan tak layak dari lab kesehatan mereka.
***
Lunar dan Axe kembali bekerja keras untuk menciptakan template penyembuhan yang dapat menangani perubahan genetik tersebut. Mereka merancang mesin yang dapat memetakan dan merekayasa ulang struktur genetik tanaman dan makanan. Proses ini membutuhkan waktu, dan selama itu, penyakit terus menyebar di tubuh sang kakek.
Lunar dan Axe masih bekerja tanpa henti di laboratorium. Mereka mengecek setiap detail dan menyempurnakan template penyembuhan mereka. Akhirnya, setelah berhari-hari tanpa istirahat, Lunar dan Axe berhasil menciptakan template penyembuhan yang dirasa efektif.
Mereka menguji coba template tersebut pada kakek Lunar, dan hasilnya sungguh mengecewakan. Tidak ada perubahan, bahkan urat-urat ungu kemerahan di tangan sang kakek semakin menonjol.
"Biarkan aku mati, dan berikan aku setelan jas dari penjahit!" ucap kakek Lunar terdengar seperti permintaan terakhir.
Lunar menyerah pada takdir dan keinginan sang kakek.
***
Beberapa hari kemudian, bersamaan dengan dibawa pulang sang kakek ke rumah Lunar. Lusia sang adik membawa kabar bahwa dia berhasil menemukan penjahit di luar Kota Venus, tapi tokonya berbeda dengan foto yang diberikan Lunar.
Dengan penuh semangat, di sisa-sisa tenaganya. Kakek Lunar meminta diantar pergi ke sana. Lunar menyanggupi permintaan itu, dia berkendara bersama sang kakek dan Lusia menuju luar kota.
Tibalah mereka di kompleks tempat kumuh, 35 tahun hidup di pusat kota yang cemerlang, Lunar tidak pernah tahu bahwa tempat seperti ini masih ada. Kursi roda sang kakek didorong melewati jalanan beraspal putih kotor. Lunar mengikuti Lusia sang adik yang sudah berjalan mendahului keduanya.
"Jangan kaget!" seru Lusia tiba-tiba menunjuk poster di dinding-dinding yang memaki pemerintah dengan kata-kata tak pantas.
Tidak lama menyusuri jalanan kumuh, mereka tiba di sebuah rumah toko yang dari dalamnya bisa terdengar bunyi ramai. Bunyi jarum dan pedal yang bertautan.
Begitu masuk ke dalam, sang kakek tersenyum. "Hmm, ini aroma debu benang."
"Apa?" Lunar dan Lusia saling menatap.
"Ada yang bisa kubantu?" Wanita berusia 50-an tahun mendekat, disusul hening karena dua pegawai di depan meja mesin jahit berhenti menginjak pedal.
"Aku ingin membuat setelan jas untuk kakekku!" Lusia bicara dengan lembut, gadis 27 tahun itu segera menarik kursi roda sang kakek dari genggaman Lunar.
Wanita itu memanggil pegawai laki-lakinya dan memerintahkan untuk dibawa ke bilik mengukur badan. Bersama Lusia, mereka masuk ke dalam meninggalkan Lunar yang terpana dengan foto-foto di dinding.
"Apa kau dari masa lalu?" Pertanyaan Lunar membuat wanita itu tertawa. "Semuanya tampak antik!"
"Apa kau ingin dibuatkan baju juga? Sepertinya kau nona kaya yang datang dari ibu kota?"
"Aku Lunar, aku seseorang yang tidak terlalu peduli dengan keluarga. Cukup kaget, melihat tempat seperti ini benar-benar ada," ungkap Lunar menunjuk deretan foto-foto toko dan keluarga dari masa ke masa.
"Ini peninggalan keluarga, karena terjebak di tempat kumuh. Aku harus melanjutkannya untuk bertahan hidup," ungkapnya memperlihatkan pita ukur berwarna kuning pudar. "Jika kau bersedia, aku bisa buatkan pakaian yang hanya ada satu untukmu."
"Silakan!" Lunar membentangkan tangannya seolah hendak memasuki mesin pendeteksi kebohongan. Wanita itu tertawa dan mengajak Lunar ke bilik lain untuk diukur badannya.
Mereka mengobrol tentang berbagai hal, mulai dari politik kota Venus di mana warganya memaksa modernisasi di tempat ini, sampai penolakan dan demo yang dilakukan warga tempat kumuh untuk mempertahankan apa yang mereka percaya.
***
Seminggu setelah bertemu penjahit di tempat kumuh itu, kakek Lunar benar-benar meninggal dunia. Dengan pakaian yang jadi permintaan terakhirnya. Secara kebetulan, pakaian hitam yang dijahitkan khusus untuk Lunar menjadi baju berduka.
Kesedihan menyelimuti keluarga besarnya, akan tetapi Lunar dan Lusia tidak bisa menahan senyum karena berhasil mengabulkan permintaan terakhir kakeknya.
Di tengah hiruk-pikuk modernisasi, menemukan penjahit adalah suatu kelangkaan yang tak pernah Lunar duga.
Setelah kematian kakeknya, Lunar berhenti bekerja. Dia mulai memasuki fase gila, di mana mulai turun ke jalanan untuk meminta daerah kumuh diikutsertakan pada pemerataan kesejahteraan oleh pemerintah kota Venus tanpa memaksa modernisasi karena warganya lebih nyama hidup dengan alat-alat sederhana dan menolak mesin.
Dirinya tidak ingin para manusia pekerja di tempat kumuh punah, dirinya ingin mereka kembali ke masyarakat kota dan mendapatkan kehidupan yang layak. Tidak lagi bersembunyi seperti tikus got dan dibayar murah untuk pekerjaan yang tulus.
Lunar ingin teknologi dan ketulusan berjalan beriringan. Permintaan terakhir kakeknya membuat Lunar menjadi pribadi yang lebih perhatian, penjahit langganannya tak boleh punah dan kalah oleh mesin.
***
TAMAT
Gorontalo, 30 November 2023
Terima kasih sudah membaca cerita fiksi ilmiah ini. Tinggalkan juga komentarmu tentang cerpenku ini ya.

Komentar
Posting Komentar