Langsung ke konten utama

Terbaru

Kelas | Review Buku Non Fiksi - Ainun Chomsum

Kelas | Review Buku Non Fiksi - Ainun Chomsum Ini adalah sebuah buku nonfiksi yang Kak Bi dapatkan lewat giveaway GagasMedia sekitar akhir tahun 2015. Sebuah rekomendasi buku tentang kehidupan, yang bisa diambil pelajaran dan perjuangan dari sebuah komunitas belajar-mengajar bernama Akber; Akademi Berbagi. Tidak terasa, buku ini sudah 10 tahun di tanganku ya ehehehe.... Langsung saja masuk ke pembahasan mengapa ini menjadi rekomendasi buku tentang kehidupan yang mesti Pengembara baca. *** 1. Rekomendasi Buku Tentang Kehidupan: Identitas Buku Judul: Kelas Pengarang: Ainun Chomsun Penyunting: Ang Tek Khun, Resita Wahyu Febriatri, Any Wahyuni Cover: Agung Nugroho Genre: Pendidikan, Kumpulan Cerita, Inspirasi Penerbit: GagasMedia Tebal: 255 ISBN: 978-979-780-837-2 2. Rekomendasi Buku Tentang Kehidupan: Tentang Pengarang Ainun Niswati Chomsun adalah perempuan dari kota kecil Salatiga. Saat buku ini dirilis, ia sedang melanjutkan perjalanan hidup di Jakarta bersama seorang putri. Pendiri Aka...

Petualangan Kupu-Kupu Mencari Bulan | Cerita Fiksi Fabel

Petualangan Kupu-Kupu Mencari Bulan | Cerita Fiksi Fabel



Cerita fiksi fabel punya daya tarik yang khas dalam dunia sastra, biasanya menggabungkan unsur fantasi dengan pesan moral di dalamnya. Tokoh-tokohnya sering kali berwujud hewan atau makhluk fiktif.

Cerita fiksi fabel yang Kak Bi bawa hari ini, menawarkan cara unik untuk menyampaikan nilai-nilai universal kepada pengembara.


***


[Cerita Fiksi Fabel] Sebidang taman berbunga indah di tengah hutan lebat, ditinggali oleh sekelompok kupu-kupu. Mereka gemar bermain di antara bunga-bunga yang bermekaran.

Kupu-kupu juga menyukai bunga-bunga di sekitar pohon besar yang menjulang tinggi di tepi jurang. Di dalam dasar jurang, ada jalan kecil yang biasa dilewati para petualang. Terkadang nyanyian kupu-kupu akan terdengar hingga ke bawah sana.

Para kupu-kupu ini hidup dengan damai di bawah sinar matahari sepanjang hari dan berlindung dalam damai di bawah sinar bulan begitu malam tiba.


Suatu malam, salah satu kupu-kupu bernama Kiran tiba-tiba saja merasa penasaran dengan sinar bulan yang memantulkan kilaunya di antara dedaunan dan terasa begitu indah. Kiran bertanya-tanya, apa yang ada di dalam benda berkilau yang menggantung di langit itu? Dan apakah mungkin untuk bisa sampai ke sana?

"Kenapa kamu sangat tertarik dengan bulan, Kiran?" tanya teman dekatnya, Siara, yang sedang bersantai di bawah dedaunan. "Sudah kuperhatikan sejak kemarin-kemarin, sepertinya kamu selalu menatap bulan dari tempat yang berbeda-beda."

"Bulan itu terlihat sangat anggun dan misterius. Aku ingin tahu apa yang ada di dalam sana," jawab Kiran terpesona.

Siara tertawa lembut. "Kupu-kupu tidak bisa pergi ke bulan, Kiran. Bulan terlalu jauh dan hanya untuk dinikmati dari taman bunga."

Mendengar itu, Kiran hanya mengembus napas kesal. Kiran tidak bisa menghilangkan pikiran tentang bulan. Meskipun malam-malam berlalu, Kiran masih asyik memandang bulan dengan penuh kekaguman. 


***


Akan tetapi, pada suatu pagi, Kiran duduk termangu dengan wajah sedih di tangkai pohon besar dekat jurang. Kemudian, Kiran tersentak saat seekor semut melewatinya dengan terburu-buru.

"Pak Semut!" panggil Kiran lemas.

"Ada apa kupu-kupu kecil?" Pak Semut berhenti.

"Sudah berapa lama Pak Semut menghuni pohon ini?"

"Sudah tujuh purnama, ada apa?" Pak Semut meletakkan bongkahan debu yang dikumpulkan dari kulit terluar dedaunan.

"Apa itu purnama?" tanya Kiran menatap langit yang terik.

"Bulan yang sering kau pandangi setiap malam." Pak Semut mengambil tempat duduk di sebelah Kiran.

"Tapi, aku tak melihatnya lagi sejak kemarin. Bulan ...," ujar Kiran melirik Pak Semut.

"Tenanglah, dia pasti akan muncul lagi." Pak Semut menenangkan sembari mengagumi corak indah di sayap Kiran.

"Aku ingin ke bulan, apa Pak Semut tahu bagaimana cara pergi ke bulan?" 

"Hmm, untuk itu coba kau tanyakan pada Nyonya Ngengat." Pak Semut kembali melanjutkan perjalanannya.

"Siapa itu?" sela Kiran.

"Makhluk mirip dirimu yang menghuni padang rumput di bawah jurang sana. Aku pernah bertemu dengannya di jalan mulus itu saat musim kemarau. Kabarnya dia pernah pergi ke bulan sehingga menjadi ngengat abadi."

Kiran tersenyum mendengar penjelasan Pak Semut. Dia segera kembali ke taman bunga untuk bersiap pergi mencari Nyonya Ngengat.


***


Terbang perlahan menuju bawah jurang, tanpa teman, hanya seorang diri. Hawa di tempat ini terasa lebih hangat dibandingkan di atas sana. Kiran bertanya kesana-kemari pada seluruh serangga yang ditemuinya. Sampai akhirnya, Kiran bertemu dengan ngengat kehijauan yang lumayan cantik dengan bulu-bulu lebat di dadanya.

Kiran pun bertanya tanpa basa-basi, "Apakah kau pernah ke bulan?"

"Siapa nona kecil ini? Tanpa permisi mengganggu tidurku." Ngengat cantik itu mengepakkan sayapnya yang indah.

"Aku Kiran, kupu-kupu dari bukit bunga. Aku dengar kau pernah ke bulan, apa aku bisa ke sana? Apa ada cara untuk pergi ke bulan, Nyonya Ngengat?"

"Nyonya Ngengat? Aku? Ahaha!" Nyonya Ngengat tertawa. "Itu hanya legenda dari nenek dan nenek dari nenekku."

"Hah? Apa maksudmu?" Kiran terkejut mendengar kelakar Nyonya Ngengat.

"Aku tak pernah ke bulan, tapi leluhurku pernah. Kami hanya bisa bertahan selama seminggu lebih sedikit bila beruntung. Untuk apa aku ke bulan?" sinisnya.

"Jadi, kau tak pernah ke bulan ya?"

"Hmm ... tapi kalau kau memaksa aku bisa antarkan kau ke tempat di mana bisa melihat bulan. Kau lihat di langit sana, ada yang sedang tersenyum 'kan?" Nyonya Ngengat menunjuk langit di arah

"Ya!"

"Itu bulan, bulan sabit."

Kiran baru menyadari bahwa di langit malam ini ada cahaya berbentuk senyuman yang muncul di atas sana. 

Dengan bantuan Nyonya Ngengat, Kiran diantarkan menuju sebuah mobil karavan milik manusia, yang katanya adalah makhluk paling cerdas di hutan ini. 

Begitu tiba di sana, Kiran bertemu dengan seorang anak manusia yang sedang duduk di bawah pohon sambil membaca buku. "Maaf, apa kamu tahu cara ke bulan?" tanya Kiran polos.

Anak manusia itu tersenyum melihat kupu-kupu kecil beterbangan di sekitarnya. Anak itu mulai bermain dengan Kiran, hingga Kiran pun lupa waktu untuk mencari bulan. Anak itu terlalu menyenangkan, dia bahkan tak menyakiti Kiran. Kiran bahkan ikut pergi bersama mobil karavan dan anak kecil itu menuju tempat lain. 


***


Sampai pada akhirnya, di suatu sore mereka menghabiskan waktu di dekat danau yang cantik.

Saat malam semakin dingin, Kiran yang sempat terjebak dalam mobil karavan akhirnya terbang ke luar. Saat itulah matanya terpana pada pantulan bulan purnama yang bersinar terang di atas danau. Kiran terpukau, dia terbang menuju tengah danau dengan riangnya.

"Ah, aku menemukanmu!" Kiran berseru bahagia. "Andai saja Siara dan teman-teman lain melihat ini. Pasti sangat menyenangkan. Aku bisa sampai ke bulan!" Kiran menukik ke danau dan menyentuh air dengan pantulan bulan. 

Ini menjadi petualangan tak terlupakan bagi Kiran, mungkin saja petualangan terakhir di mana takkan ada lagi bulan purnama selanjutnya. Kiran bersantai di atas mobil karavan, menikmati keindahan bulan yang misterius, Kiran belajar untuk menikmati kehidupan di bumi, di tengah alam yang damai dan tentram.


TAMAT

Gorontalo, 3 Mei 2024


***


Funfact Cerita Fiksi Fabel Ini:

1. Pak Semut adalah semut pekerja yang rata-rata hidup selama 1-3 tahun

2. Nyonya Ngengat adalah Ngengat Bulan, ngengat yang hanya hidup selama seminggu dan akan digantikan dengan ratusan telur baru lainnya.

3. Siklus bulan yang dijumpai Kiran; Si Kupu-Kupu adalah bulan pada hari ke-16 setelah purnama, hingga purnama berikutnya di hari ke-14

4. Umur kupu-kupu 15-29 hari, dan beberapa ada yang hidup sampai 6 minggu lamanya.


Cerpen fiksi fabel lainnya:




Komentar