Review Law and the City (2025): Membosankan atau Healing?
Review Law and the City (2025): Membosankan atau Healing?
Hai, Pengembara, kamu tahu nggak kalau Law and the City adalah salah satu drama hukum 2025 yang cukup memecah belah penontonnya eheheh.
So, dari sosmed aku menemukan berbagai ulasan pendek, sebagian bilang drama ini membosankan, sebagian lagi menyebutnya realistis, hangat, dan emosional.
Aku sendiri masuk ke posisi tengah sih. Aku paham alasan orang menilainya membosankan, tapi juga ngerti kenapa sebagian orang menyebutnya bagus-bagus aja. Jadi, mending kita bahas aja ya bersama-sama.
***
Info Drama
Judul: Law and the City
Genre: Law, Romance, Life
Jumlah Episode: 12
Sutradara: Park Seung Woo
Penulis Naskah: Lee Seung Hyeon
Pemain: Lee Jong Suk, Moon Ga Young, Kang You Seok, Ryu Hye Young, Im Sung Jae, Yum Hye Ran, Kim Ji Hyun, Yoon Kyun Sang
Tayang: 5 Juli 2025 - 10 Agustus 2025, tvN
Durasi: 1 Jam 11 Menit
Rating Usia: 15+
***
Sinopsis Drakor Law and the City:
Law in the City mengisahkan kehidupan beberapa pengacara di Seocho Judicial Town alias Seocho-dong. Ada Ahn Joo Hyeong, Kang Hui Ji, Cho Chang Won, Bae Moon Jeong, dan Ha Sang Gi. Mereka bekerja di firma hukum dengan ritme padat, menghadapi kasus harian yang menuntut mereka secara profesional maupun emosional.
Law and the City juga secara khsusus mengisahkan kehidupan An Ju Hyeong, seorang pengacara senior berpengalaman sembilan tahun yang dikenal kompeten tapi berhati dingin. Dia menjadi pengacara murni karena ketertarikannya pada logika dan kasus hukum, tanpa ambisi moral untuk menegakkan keadilan atau membantu kaum lemah. Meskipun memiliki catatan gaji tertinggi di kantornya, Ju Hyeong menolak membuka jasa hukum sendiri demi menghindari kerumitan. Namun, ketenangan hidupnya mulai terusik saat dinamika di firma hukum tempatnya bekerja mulai berubah.
Di sisi lain, hadir Kang Hui Ji, pengacara junior di Firma Hukum Johwa yang memiliki kepribadian ceria dan sangat memedulikan nilai manusiawi. Berbeda dengan Ju Hyeong, Hui Ji ini percaya bahwa membantu satu orang berarti telah mengubah seluruh dunia orang tersebut.
Bersama tiga rekan pengacara lainnya yaitu Bae Mun Jeong, Cho Chang Won, dan Ha Sang Gi, mereka berlima berjuang menghadapi berbagai kasus rumit di dalam dan luar ruang sidang, sambil membangun persahabatan yang erat melalui momen makan bersama yang hangat.
***
Rating 7,5/10 untuk drama korea yang alih-alih fokus pada drama ruang sidang, justru menonjolkan keseharian mereka. Entah berdebat soal moral, berbagi makanan, burnout, dan menemukan arah hidup. Hubungan antar karakter tumbuh secara pelan, alami, tanpa drama berlebihan.
Akhirnya ya, tiba juga saatnya aku mengulas Law and the City, dramanya heartwarming banget nih. Sebagai bocoran, aku terharu banget pas adegan kakek yang bantu jualin tanah dan nenek yang jagain adiknya itu.
Di ending, semua happy dengan jalannya masing-masing. Eh, kok malah spoiler? Ehehehe, baca ini sampai selesai aja ya.
Baca juga: INI 13 REKOMENDASI DRAMA KOREA KERAJAAN PART 2
Review lainnya: BITCH X RICH 1 DAN 2 (2023-2025): REVIEW DRAKOR SISWA ELIT
Review Drama Korea Law and the City:
1. Premis Menarik, Tapi Eksekusinya Biasa Aja
Bagi sebagian penonton, terutama yang menonton untuk Lee Jong Suk, drama ini terasa seperti jebakan. Dua episode pertama sebenarnya bagiku termasuk sangat membosankan, sampai aku nggak ingat sudah menekan tombol skip berapa kali. Tapi, demi beberapa kasus yang bikin aku penasaran dan tentu saja demi Lee Jong Suk, aku memilih bertahan.
FYI, aku menonton drama ini saat masih tayang sekitar 6 episode dan setelah melewati episode 2 aku malah mengalir untuk terus menontonnya dan alhasil malah mengikuti ongoing, ajaib, rasanya jadi cukup menyenangkan kok.
Meskipun begitu, ada beberapa masalah yang aku temukan. Sebut saja, ada beberapa kasus yang terlalu tipis rasanya, tidak ada fokus dan terlalu banyak aspek yang ingin dikejar tapi tidak ada yang benar-benar digarap dalam-dalam. Termasuk lamanya mengungkap hubungan Ju Hyeong dan Hui Ji di masa lalu, lama banget sampe bikin aku gregetan sendiri. Mereka kenapa siiih???
Efeknya? Setiap episode terasa terbagi dua, 50% menyenangkan eh 50% membosankan. Bahkan karakter Ju Hyeong (Lee Jong Suk), yang punya “magnet” emosional kuat, terkadang tampil flat. Bukannya cold male lead yang intens, dia malah terasa seperti karakter tanpa lapisan emosi.
2. Chemistry Lead: Katanya Slow Burn, Nyatanya No Burn
Hubungan Ju Hyeong–Hui Ji ini sebenarnya agak slow burn realistis gitu. Tipe slow burn gini seperti dua bilah mata pisau, kalau chemistry-nya kuat mau selambat apa laju romance-nya bakal enak diikuti, tapi kalau chemistry kurang ya bakal kurang getaran, kurang menarik dan kurang menyenangkan.
Kritik terbesarku adalah hubungan terasa seperti kewajiban “harus ada romance”. Kurang ketegangan emosional pada pemain utama dan entahlah aku menganggap Hui Ji (Moon Ga Young) kurang cocok menjadi karakter lawyer. Hasilnya, dinamika karakter utama seringnya hambar dan tidak memorable. Meskipun pada akhirnya ada momen yang bakal bikin kita sejenak melupakan kritikan-kritikan di akhir episode sih. Trust the process ya~~
3. Realistis, Hangat, dan Mendalam
Sekarang masuk ke sisi lain. Walau aku setuju dengan banyak orang di sosmed yang bilang drama ini membosankan. Tapi tidak semua bagiannya membosankan. Bagiku Law and the City masih jadi drama slice of life yang bagus kok di tahun 2025 ini, serasa kayak Hospital Playlist versi hukum.
Alasannya, ceritanya sangat manusiawi kok, tidak dibuat-buat. Meskipun ada kasus yang biasa aja, tapi ada konflik-konflik kecil nan menyentuh hati. Apalagi interaksi saat makan terasa intimate dan natural, obrolan ngalor-ngidul mereka benar-benar ngalir dan bikin aku mau ikut dengerin keluhan mereka juga.
So, drama ini memang lebih menonjolkan tekanan kerja, pertemanan rekan kerja, idealisme vs realita, dan moral dilema seorang lawyer. Serta kisah cintanya tipe yang matang dan tenang khas percintaan orang sibuk kerja dan dewasa yang lebih mendalam, bukan menggebu-gebu, terasa tulus kok sebenarnya, cuma ya itu dia lamban eheheh.
Jika kamu tipe penonton yang suka “kehidupan sehari-hari yang menenangkan”, drama ini berpotensi jadi favoritmu. Apalagi ada satu elemen unik yaitu makanan. Dalam konteks slice of life, makanan selalu simbol bonding dan healing. Tapi kalau kamu mencari drama hukum yang menegangkan, tentu bagian ini akan terasa berlebihan.
4. Catatan Kecil
- Karakter Pendukungnya campuran antara kuat dan lemah. Mun Jeong dan suaminya, menurutku adalah salah satu bagian terbaik. Chemistry mereka berdua malah enak banget ditonton, padahal adegannya tidak sebanyak main lead couple.
- Chang Won dan Sang Gi juga punya storyline bagus meski tidak sekuat lainnya.
- Para pemimpin firma hukum sih yang terasa kurang kuat, padahal sepintas saja aku pikir peran mereka bakal gimana-gimana banget gitu, ternyata masih patuh banget ke rules manusiawi slice of life.
- Plot twist mengenai siapa pelaku di kasus tertentu, akan terasa logis dan jelas asal ditonton dengan fokus. Kalau kebanyakan skip ya bakalan kurang info, minimal skip sekali dua kali aja di luar obrolan kasus yang sedang ditangani mereka.
- Bagi Pengembara yang suka tipe tontonan yang menaikkan energi dan butuh ledakan emosi, drama ini bakal terasa kosong, hambar, kurang build-up dan tidak ada konflik besar. Tapi, bagiku ini justru realistis, tidak berlebihan dan memberikan ruang untuk karakter bisa berkembang perlahan.
Kelebihan dan Kekurangan Drama Korea Law and the City
Aku rangkumkan beberapa hal yang paling mencolok sebagai kelebihan dan kekurangan drama ini ya.
Kelebihan Law and the City:
- Realistis dan grounding, cocok untuk pencinta slice of life.
- Persahabatan lima pengacara digambarkan dengan hangat dan natural. Bahkan tone warna dramanya sangat mendukung loh. Aku bisa merasakan suasana kopi dan cokelat yang hangat, serta sinaran matahari pagi.
- Chemistry pertemanan lebih kuat dari romance, tentu saja dengan cara yang positif.
- Tidak ada drama berlebihan, tidak ada love triangle juga.
- Banyak momen kecil yang menyentuh hati.
Kekurangan Law and the City:
- Episode awal sangat lambat dan berpotensi membuat penonton drop.
- Beberapa kasus hukum terasa hambar dan kurang mendalam.
- Chemistry main lead couple kurang kuat, meskipun ada gemas-gemas ringannya.
- OST tidak memorable.
***
Ya, Law and the City ini tipe drama yang tidak cocok untuk semua orang. Aku pun agak pemilih soal genre Slice of Life, bahkan hampir menyerah di episode 3, tapi ternyata beberapa orang dalam beberapa momen butuh tontonan healing yang vibes-nya tenang dan tidak grasak-grusuk kok.
Sama aja seperti musik sih, terkadang kita ingin dengarkan musik pop saat menyapu atau mencuci atau kadang dangdut atau musik rock. Lalu, mencari musik lembut dan ballad untuk menemani santai atau saat tidur.
Namun, kalau Pengembara mencari drama dengan tensi tinggi, konflik tajam, atau romance penuh spark, drama ini pasti akan terasa membosankan, bahkan melelahkan. Makanya, sesuaikan dengan tipe tontonan kesukaanmu dan sesuaikan dengan mood juga ya.
Aku yakin bagi kamu yang menyukai kisah realistis tentang pekerjaan, kelelahan, persahabatan, dan interaksi manusia yang sederhana tapi hangat, drama ini bisa memberi pengalaman yang menenangkan. Meskipun nggak bakal 100% suka, tapi kamu nggak akan bilang drama ini jelek.
***
Well, sekian review kali ini, bagaimana pendapatmu soal drama Law and the City? Kamu kasih rating berapa untuk drama ini?

Komentar
Posting Komentar