Langsung ke konten utama

Terbaru

Kelas | Review Buku Non Fiksi - Ainun Chomsum

Kelas | Review Buku Non Fiksi - Ainun Chomsum Ini adalah sebuah buku nonfiksi yang Kak Bi dapatkan lewat giveaway GagasMedia sekitar akhir tahun 2015. Sebuah rekomendasi buku tentang kehidupan, yang bisa diambil pelajaran dan perjuangan dari sebuah komunitas belajar-mengajar bernama Akber; Akademi Berbagi. Tidak terasa, buku ini sudah 10 tahun di tanganku ya ehehehe.... Langsung saja masuk ke pembahasan mengapa ini menjadi rekomendasi buku tentang kehidupan yang mesti Pengembara baca. *** 1. Rekomendasi Buku Tentang Kehidupan: Identitas Buku Judul: Kelas Pengarang: Ainun Chomsun Penyunting: Ang Tek Khun, Resita Wahyu Febriatri, Any Wahyuni Cover: Agung Nugroho Genre: Pendidikan, Kumpulan Cerita, Inspirasi Penerbit: GagasMedia Tebal: 255 ISBN: 978-979-780-837-2 2. Rekomendasi Buku Tentang Kehidupan: Tentang Pengarang Ainun Niswati Chomsun adalah perempuan dari kota kecil Salatiga. Saat buku ini dirilis, ia sedang melanjutkan perjalanan hidup di Jakarta bersama seorang putri. Pendiri Aka...

Doa yang Dikabulkan | Cerpen Komedi

Doa yang Dikabulkan | Cerpen Komedi

Selamat pagi, Pengembara. Kesempatan kali ini, aku bikin cerpen komedi ringan. Semoga suka ya, tetap semangat dan sehat selalu untuk semua Pengembara yang baca cerpen komedi ini.


***


[Cerpen Komedi] Pagi itu, grup WhatsApp bapak-bapak di Kompleks Bangau sedang ramai. Kebetulan, ini hari ulang tahun Pak Jaka, ketua RT yang dikenal kalem dan murah senyum kepada semua manusia. 

Seperti biasa, grup itu langsung penuh dengan ucapan selamat dan emoji tawa. Namun, satu pesan jadi terasa menonjol di antara semuanya.  

"Selamat ulang tahun, Pak. Semoga punya istri lagi!" tulis Dodi, si pelawak grup yang memang selalu bikin suasana jadi lebih riuh.  

Pesan itu langsung direspons dengan derai tawa virtual. Ada yang menambahkan, Aminnn!, ada pula yang mengirim meme seorang pria diguyur air karena salah ngomong. 


***


Tapi semua itu tentu saja tidak lucu bagi Bu Rina, istri Pak Jaka. Dia kebetulan melihat notifikasi di ponsel suaminya yang tergeletak di meja makan. Dengan wajah kesal menatap Pak Jaka yang lagi sarapan.

"Apa-apaan ini, Pak?" Bu Rina langsung berapi-api dan menunjukkan isi pesan bapak-bapak kompleks.

Pak Jaka, yang sedang sibuk mengoles selai ke roti, hanya mengangkat bahu setelah melirik grup WhatsApp. "Ah, biasa aja itu, Bu. Namanya juga bercanda."  

"Bercanda apanya? Ini doa, Pak! Doa itu bisa terkabul! Apa kamu beneran mau istri lagi?"  

Pak Jaka menelan ludah. "Ya enggak lah, Bu. Kamu tuh sensitif banget loh." Pak Jaka meletakkan roti sembari menggandeng Bu Rina.

Tapi Bu Rina sudah keburu kesal. Hari itu suasana rumah seperti dihantam badai. Meski Pak Jaka berkali-kali meminta maaf atas candaan temannya, Bu Rina tetap mendiamkan suaminya hingga malam.  


Baca cerpen lainnya: DUA CERPEN KOMEDI: MANIS BANGET MULUTKU DAN BELUM JAM SATU

Cerpen komedi lainnya: CERPEN KOMEDI: KEYBOARD LAPTOP


[Cerpen Komedi] Beberapa bulan kemudian, doa Dodi ternyata benar-benar terkabul. Tak ada angin, tak ada hujan, cuma ada screenshot chat WhatsApp, Bu Rina dan Pak Jaka resmi bercerai.  

Kabar itu membuat grup WhatsApp bapak-bapak geger bukan main. Bahkan Dodi, sang pelawak, jadi merasa bersalah. 

"Pak, serius? Ini cerainya gara-gara doa saya, ya?" tanyanya kepada Pak Jaka di warung kopi.  

Pak Jaka menghela napas panjang. "Ya gimana ya, Dod. Mungkin kamu mesti hati-hati kalau ngomong. Kadang Tuhan bercandanya lebih serius daripada kamu."  

Dodi hanya bisa nyengir kecut. Dia sama sekali tak menyangka, ucapan isengnya ternyata membawa dampak sebesar ini.  


***


Waktu berlalu, Bu Rina dan Pak Jaka sudah menjalani hidup masing-masing. Tapi keduanya masih tinggal di kompleks yang sama, hanya saja Bu Rina pulang ke rumah orang tuanya.

Setiap kali Dodi bertemu Bu Rina di acara kompleks, dia selalu merasa bersalah. Sampai akhirnya, di satu momen Dodi memberanikan diri mengobrol dengan Bu Rina.

"Bu Rina, saya ... eh, mau minta maaf soal waktu itu," katanya dengan suara lirih saat tak sengaja bertemu di acara tujuh belasan.  

Bu Rina, yang terlihat santai, malah tertawa. "Udahlah, Pak Dodi. Saya justru mau bilang makasih. Berkat ucapan Bapak, saya akhirnya sadar, hidup saya lebih damai tanpa Pak Jaka."  

Dodi terkejut. "Oh... eh, beneran, Bu?"  

Rina mengangguk. "Beneran. Saya juga capek makan hati, liat Pak Jaka ramah ke semua cewek-cewek. Kadang, Tuhan kasih jalan lewat doa orang lain. Jadi, jangan nyesel ya. Toh, itu kan cuma candaan. Tuhan aja mungkin ketawa waktu ngabulin kata-kata Pak Dodi."  

Mendengar itu, Dodi hanya bisa garuk-garuk kepala. Tapi, dia akhirnya berjanji dalam hati, mulai sekarang, akan lebih berhati-hati dengan candaan.


***


[Cerpen Komedi] Suatu sore, grup WhatsApp bapak-bapak Kompleks Bangau kembali heboh. Kali ini, candaan mereka muncul karena info Pak Dodi bertemu Bu Rina sudah ramai dibahas ibu-ibu kompleks.

Pak Dodi hanya membaca semua pesan yang masuk.

"Doa Pak Dodi kan dikabulkan Tuhan. Siapa yang mau coba minta nomor undian?"  

"Mau minta ganti istri, silakan."

"Pak Dodi, ponakan saya jomlo, tolong didoakan segera menikah!"

"Lah kok malah pada request?" Pak Dodi menggeleng sambil menatap layar ponselnya.


***


TAMAT 

Gorontalo, 23 Februari 2025

Komentar