Terbaru
Dua Cerpen Komedi: Manis Banget Mulutku dan Belum Jam Satu
1. Cerpen Komedi: Manis Banget Mulutku
Oleh: Nurwahidah Bi
Hai, Pengembara. Cerpen komedi ini ditulis saat ramadhan 2025. Cerpen komedi yang juga aku jadikan tantangan membuat karya tulis berdasarkan gambar. Yep, challenging myself part 9 untuk writing prompts with picture yang sering kubuat di Opinia sebelum Opinia hilang....
Selamat membaca cerpen komedi kali ini.
***
Cerpen Komedi - Setelah bangun kesiangan hari ini, Tita langsung disibukkan dengan membersihkan rumah. Ini momen langka, karena biasanya Tita lebih sibuk membersihkan jejak drama Korea di playlist-nya daripada membersihkan debu di meja saat liburan tiba.
Entah kenapa hari ini, semangatnya membara seperti kompor gas tiga tungku. Sampailah Tita di dapur. Dengan sigap, Tita membuka kulkas untuk memastikan tidak ada makanan basi yang menyelundup di dalamnya.
Matanya langsung berbinar melihat sebuah piring berisi kue dan sekotak kurma yang tampak menggoda. Tanpa pikir panjang, tangannya langsung mengambil satu kue dan sebutir kurma.
"Alhamdulillah, rezeki nggak boleh ditolak nih," gumamnya sambil memasukkan kue ke mulut.
Baca juga: Peringatan Misterius
Cerpen lainnya: Bertahan Hidup
Cerpen Komedi - Tita mengunyah dengan nikmat. Lembutnya kue dan legitnya buah kurma benar-benar perpaduan yang sempurna di dalam mulutnya. Sebagai bentuk rasa syukur, dia pun berjalan santai ke ruang keluarga, di mana ibunya sedang duduk sambil membaca Al-Qur’an.
"Bu, mau kue sama kurma, ngga? Ternyata ini enak banget, loh," katanya sambil menyodorkan piring.
Ibunya mengangkat wajah, menatap Tita dengan ekspresi antara syok dan tak percaya. Ibu masih tetap mengaji sampai kemudian berhenti di tanda ain.
"Tita ...." Ibu langsung menarik napas panjang, memperhatikan putrinya yang selalu sibuk di hari kerja itu sangat menikmati kue dan kurma. "Hari ini puasa hari pertama," lanjut ibu sembari menggeleng.
Hening.
Otak Tita memproses informasi tersebut seperti komputer Windows yang sedang update mendadak. Matanya membesar, tangannya berhenti di udara, sementara lidahnya masih sibuk mengecap sisa-sisa kue.
"Oh iya ...?" Kesadaran datang terlambat. Sangat terlambat.
"Ya Allah, Tita lupa, Bu! Astaghfirullah." Tita buru-buru meletakkan kurma yang masih tersisa di tangan, sementara kue sudah telanjur habis.
"Astaghfirullah, Tita!"
"Harusnya diingatkan pas selesai minum air, kan seret banget nih leher, Bu."
"Kok kamu bisa lupa sih, kalau ini hari pertama puasa ramadhan?" Ibu bingung, tapi merasa lucu.
"Ya, namanya lupa. Tita bisa apa, Bu?" ucap Tita bergegas ke kulkas dan memasukkan sisa kurma kembali ke kotak.
"Gimana dong ini, manis banget mulutku," gumam Tita menatap kulkas dalam-dalam.
Artikel lainnya: 49 Days
Mungkin Anda sukai: Review Film BAO
Ibu hanya bisa mengelus dada. "Tita... kalau lupa ya langsung berhenti, jangan sampai lanjut minum."
Tita meringis, sementara ibu menggeleng pelan sambil tertawa kecil. "Yasudah, anggap aja rezeki dari Allah," kata ibu menenangkan.
Tita mengangguk, lalu berbisik kecil sambil melirik kulkas, "Kalau besok-besok lupa lagi, please, ingatnya pas udah selesai minum air dong. Manis banget mulutku nih."
"Astaghfirullah, Tita!" Ibu menatapnya tajam. Tita hanya bisa diam, menunggu buka puasa masih delapan jam lagi.
TAMAT
Gorontalo, 1 Maret 2025
***
2. Cerpen Komedi: Belum Jam Satu
Oleh: Nurwahidah Bi
Cerpen Komedi - Hari ini hari keempat puasa Ramadan, dan Badrun si bocah kelas 5 SD itu sudah mulai merasa berat. Sejak sahur tadi, Badrun merasa makanannya kurang. Harusnya dia tambah satu piring lagi, tapi karena malu sama adiknya yang cuma beda setahun, dia pun pilih pura-pura kenyang saja.
Sekarang sudah hampir zuhur, dan perutnya entah kenapa mulai protes. Di kepalanya tiba-tiba muncul berbagai keinginan untuk menikmati aroma masakan ibu.
Di rumah, suasana yang sepi membuatnya jadi ingin melakukan berbagai hal. Mumpung ibunya baru saja pergi ke pengajian lintas desa, bapaknya juga sedang tidur siang, dan adiknya sibuk menonton di hape.
Badrun pun mondar-mandir di ruang tamu, melirik jam dinding setiap lima menit sekali.
11.30 WIB.
"Aduh, masih lama banget.... Kok hari ini aku udah kelaparan padahal belum jam satu," keluhnya dalam hati.
Badrun pun masuk ke kamar dan mencoba tidur, tapi tidak bisa. Isi otaknya berisi suasana dapur. Badrun bangkit dari tempat tidur dan mengendap-endap ke dapur melewati adiknya.
Matanya kini terpaku pada kulkas di sudut dapur. Seingat Badrun di dalamnya ada es teh manis sisa sahur tadi. Segarnya pasti luar biasa.
Badrun meneguk ludah. Dia berjalan pelan ke depan kotak listrik itu dan membukanya dengan pelan. Badrun menatap ceret berisi sisa es teh yang penuh dengan godaan.
"Satu teguk aja nggak akan ada yang tahu ...," pikirnya.
Tapi tiba-tiba, dari belakang terdengar suara adiknya, Siti. "Kak! Jangan minum, lho! Nanti puasanya batal."
Badrun tersentak. "Aku nggak minum kok!" balasnya panik.
"Bo'ong! Aku tahu kok, Kakak haus!" teriak Siti.
Badrun langsung menutup kulkas cepat-cepat dengan wajah pura-pura tenang. "Nggak kok aku nggak haus, aku lapar!"
"Tuh kan! Pasti mau ambil es krim, habis itu lanjut makan—"
"Aku kan puasa, ya, lapar. Tapi kan aku tahan." Badrun bicara dengan penuh ketegangan.
"Ya udah, terus ngapain di sini?" tanya Siti sembari mengolok-olok.
"Aku cuma mau ambil es batu buat ditempel di kepala. Panas banget, tau!" kata Badrun sok serius.
Siti menyipitkan mata, mencurigai. "Hmm ... jangan macem-macem, Kak! Aku jagain Kakak loh, soalnya tahun lalu Kakak ketahuan makan roti di belakang rumah sebelum asar!"
Badrun terdiam, teringat kejadian memalukan itu. "Kalau kamu? Ngapain kamu ke dapur?"
"Mau ke kulkas, kan dingin di kulkas," jawab Siti mendadak tersipu.
Keduanya terdiam dan berjalan ke ruang keluarga. Badrun memilih duduk di sofa, begitu juga Siti yang langsung menyalakan TV.
Artikel Lainnya: 100 Days My Prince
Baca juga: 109 Strange Things
Beberapa saat kemudian, Badrun melirik jam lagi. 12.45 WIB.
"Yes, sebentar lagi jam satu nih!" Badrun pun berbaring santai, merasa puas karena berhasil menahan diri.
Tapi, Siti yang melihatnya tersenyum aneh, tiba-tiba bertanya, "Kak, emangnya kalau udah jam satu boleh makan ya?"
Badrun langsung terlonjak. "Bukan gitu, bukan mau makan. Aku mau tidur, sampai maghrib."
"Astaghfirullah, kata Bu Ustadzah nggak boleh tidur kelamaan!"
"Makanya aku tidur jam satu, kalau sebelum jam satu. Tidurku jadi kelamaan dong!" Badrun berdiri dan pindah ke kamarnya.
Siti hanya bisa menggaruk kepala, keheranan dengan sifat kakaknya yang seperti anak kecil. Padahal sebentar lagi naik kelas 6 SD.
"Ya udah lah, tidur aja, daripada gangguin aku di depan kulkas!" Siti tersenyum lebar sambil berjalan pelan ke dapur.
"Siti...," panggil Bapak menghentikan langkah Siti.
"Iya?" sahutnya hati-hati.
"Pijitin bapak, Neng. Oh ya, jam berapa itu?"
"Tadi belum jam satu," jawab Siti sekenanya saja dan berjalan ke kamar bapak.
"Sekarang jam berapa?"
"Jam satu," ketusnya sembari mengintip Badrun yang sudah terlelap di kamar yang berhadapan dengan kamar bapak. "Yah, nggak jadi ngadem di kulkas deh."
***
Tamat
Gorontalo, 3 Maret 2025
Terima kasih sudah baca dua cerpen komedi spesial ramadan 2025 ini. Semoga terhibur ya.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Kamu lebih suka cerpen yang mana nih???
BalasHapus