Senasib, Sepenanggungan | Cerpen Romantis

Senasib, Sepenanggungan | Cerpen Romantis 


Cerpen romantis ini dimulai dengan seorang pemuda bernama Arka yang merupakan seorang pencinta lingkungan. Setiap pagi, dia akan mengenakan kaos hijau khasnya dan pergi berkeliling desa untuk membersihkan sampah-sampah yang berserakan. 

Semenjak lulus kuliah, pemuda cerdas ini hanya membuka usaha pangkalan tabung gas dan lebih sering mengajak warga desa untuk ikut serta dalam aksi pembersihan lingkungan yang selalu dilakukannya.

Arka jatuh cinta dengan desanya, selama kuliah di kota. Dirinya selalu menginginkan pulang dan setelah kuliah Arka sedih karena desanya tak lagi sama. Sejak hari itu, Arka memulai misinya.

Arka akan berkeliling desa, memeriksa tempat-tempat pembuangan sampah dan pergi ke sudut-sudut desa yang jarang didatangi warga desa.

Ada satu tempat yang menjadi favorit Arka, tempat berisitirahat sebelum akhirnya pulang ke rumah. Itu adalah sebuah pohon nangka besar di dekat bukit. Pohon itu telah berdiri selama puluhan tahun dan memberikan naungan sejuk bagi siapa pun yang duduk di bawahnya. 

Di bawah pohon itu, Arka merasa ada kedamaian dan ketenangan yang sulit ditemukan di tempat lain.


***


Kali ini, ada yang berbeda. Arka melihat seorang wanita yang tengah sibuk memotret bunga-bunga di sekitar pohon-pohon lain. Wanita bergaun kuning cerah, dengan cardigan berwana putih.

Merasa sedang diperhatikan, wanita itu mendadak menoleh pada Arka. Arka ketahuan, matanya mendadak melihat sembarang. Wanita itu tersenyum dan mendekati Arka. Arka berdiri, mundur beberapa langkah agar aroma keringatnya tidak tercium wanita itu.

"Maaf, apa saya boleh foto-foto di sini?"

"Boleh!" Arka tersenyum saat mendengar suara wanita di depannya yang begitu lembut.

"Saya, Nia. Saya fotografer freelance dan sedang ada proyek tentang keindahan alam."

"Oh, iya!" Arka manggut-manggut.


Arka dan Nia mulai mengobrol. Mereka janjian untuk bertemu di pohon ini besok. Arka akan menemani Nia memotret keindahan desanya.



***


[Cerpen Romantis] Selama dua hari bertemu dan mengobrol, mereka menemukan bahwa keduanya punya banyak kesamaan dalam hal mencintai lingkungan. Nia juga suka ikut kerja bakti di desanya. Mereka pun berbagi cerita tentang aksi-aksi mereka untuk menjaga desa mereka tetap bersih dan hijau.

Dua penggiat lingkungan telah bertemu, menumbuhkan benih-benih cinta. Mereka sering berjalan-jalan di desa, menjaga kebersihan sungai, dan berusaha menjaga keseimbangan alam dan manusia. Nia kagum dengan Arka, jarang sekali menemukan pemuda yang peduli pada lingkungan. Inilah yang membuat Nia menyukai Arka, begitu pun sebaliknya.


Baca juga: Menunggumu di Batas Kita

Mungkin Anda sukai: CERPEN ROMANTIS: DUA CINCIN


Suatu hari, sebuah masalah muncul. Sebuah perusahaan besar berencana untuk membuka tambang batubara di belakang perbukitan dekat desa mereka. Proyek itu akan mengancam hutan-hutan yang masih tersisa, juga sungai-sungai dan kehidupan liar di sana. Arka dan Nia menyatukan pikiran, bersama-sama memimpin perlawanan menolak rencana tersebut.

Mereka mengumpulkan tanda tangan warga desa, mengadakan pertemuan di kantor desa, dan mencoba meyakinkan perusahaan untuk membatalkan proyek mereka. Tentu saja, perjuangan mereka tidak mudah, dan mereka harus menghadapi banyak tantangan. Sebab, melawan perusahaan besar bukanlah hal yang mudah. Butuh waktu, uang dan tenaga.

Tapi, cinta mereka terhadap lingkungan memberi mereka kekuatan. Warga desa juga sangat keberatan dengan keberadaan perusahaan tersebut. Mereka menjadi teladan dan keberanian bagi warga desa untuk mengungkapkan aspirasi.

Setiap hari, Nia datang ke desa Arka membawakan makanan untuk dibagikan ke warga desa dan petani. Nia juga mengantarkan paket makan siang untuk perusahaan tersebut. Protes damai yang dilakukan pun hanya dengan menebar pamflet di tiang listrik dan pagar rumah warga tentang bahayanya limbah bagi kelestarian lingkungan. Serta beberapa perwakilan warga desa datang ke kantor perusahaan untuk menyebar pamflet cinta lingkungan.

Bersamaan dengan ini, warga-warga desa mulai memperhatikan lingkungan, setiap pagi akan ada warga yang mengingat di speaker masjid untuk membersihkan sampah di sekitar rumah dan memastikan tidak ada warga yang goyah dengan bujukan perusahaan.


***


Akhirnya, setelah berminggu-minggu melakukan protes. Perusahaan itu mengubah rencananya, tambang batubara dibatalkan, dan perbukitan dibiarkan tetap hijau.

Arka dan Nia, berterima kasih kepada warga desa. Sebab, dengan bantuan dan dukungan mereka, lingkungan desa tetap terjaga. Arka dan Nia melanjutkan perjuangan mereka untuk menjaga lingkungan tetap bersih dan sehat.

Setelahnya, Arka dan Nia mulai menghadiri seminar-seminar tentang kebersihan lingkungan. Nia bisa sambil bekerja sebagai fotografer di sebuah koran lokal, sementara Arka dicalonkan sebagai kepala desa baru. Dia akan jadi kepala desa termuda di desanya jika terpilih nanti, harapan warga desa ada di pundak anak muda ini. 

Senasib sepenanggungan, sekawan seperjuangan. Bersama Arka mereka akan menjaga lingkungan, agar tetap indah dan terjaga kelestarian.


***


Beberapa waktu telah berlalu. Di bawah pohon nangka, Arka dan Nia sering duduk bersama, merenungkan keajaiban alam dan cinta mereka yang semakin hari semakin tumbuh. Mereka tahu bahwa meskipun tantangan akan selalu ada, cinta lingkungan mereka akan selalu membimbing dalam menjaga keindahan bumi ini.

Arka menatap Nia, wanita yang dikenalnya hampir dua tahun ini sudah melalui banyak hal bersama-sama.

"Nia?"

"Hmm?" Nia menutup matanya saat kepala disandarkan di pohon nangka.

"Kamu mau jadi Bu Kades, nggak?"

"Maksudnya?" Nia membuka mata dan beralih pada Arka.

"Aku lagi lamar kamu!"

"Nggak ah."

"Nggak mau dilamar?" Arka terkejut.

"Aku nggak mau jadi Bu Kades. Aku mendukung kamu untuk jadi apapun yang kamu mau. Tapi—"

"Tapi apa?"

"Aku cuma nggak mau kamu diikat oleh warga desa, kehilangan hak-hak kamu untuk bisa bersantai di bawah pohon seperti sekarang ini," ungkapnya tertawa.

"Ya, aku ngerti sih." Arka ikut tertawa.

"Kalau kamu gagal jadi kepala desa. Lamar aku, langsung ke bapak ya ...."

"Kenapa?"

"Bapak juga dulu ditolak ibuku, karena mau mencalonkan diri jadi kepala dusun kok."

Arka tertawa terbahak-bahak mendengar ocehan Nia. "Bapak kamu pasti paham perasaan aku sekarang dong!" 

"Hmm, kalian senasib sepenanggungan. Pasti bakal langsung diterima lamaran kamu itu."

"Tapi ...." Arka mengatur napasnya.

"Hmm?"

"Kalau terpilih bagaimana? Kamu mau putus?" Arka menatap Nia dalam-dalam.

Nia tersenyum misterius, dia mendekatkan wajahnya ke telinga Arka. "Kamu pasti gagal!" bisiknya.

"Kenapa?" Alis mata Arka terangkat.

"Karena berpolitik nggak semudah yang kamu kira, kita tuh lebih cocok menjaga desa dengan cara seperti biasa."

"Aku memulung sampah, kamu yang fotoin?" sindir Arka.

"Bukannya itu lebih baik, daripada kamu mengkhianati rakyat dan aku yang fotoin kamu di surat kabar?"

Arka mengangguk setuju, dia bisa merasakan Nia ingin menyampaikan bahwa ada cara lain untuk menjaga lingkungan desa mereka. Arka paham betul maksud Nia.


***


Lima bulan berlalu, Arka sudah masuk dalam perangkap Nia.

Arka berubah menjadi bapak rumah tangga yang sibuk berjualan tabung gas dan masih sibuk membersihkan desa bersama warga desa lainnya, ditemani kepala desa yang baru. Nia terkadang akan mampir untuk mendokumentasikan desa dan suami tercintanya.


TAMAT

Gorontalo, 22 September 2023


Terima kasih sudah membaca cerpen ini. Kunjungi juga Linktree untuk informasi lainnya tentang Kak Bi. Like dan share bila suka ya~~

Komentar

Popular