Terbaru

Mengenal Suku dan Masyarakat Adat Gorontalo Lebih Dekat

Mengenal Suku dan Masyarakat Adat Gorontalo Lebih Dekat

(Portret van de raja, assistent-resident en hoofden, Gorontalo, Sulawesi. 1874 https://pin.it/i7ecjjwFg)

Halo, Pengembara. Kalau dengar kata Gorontalo, apa yang langsung terbayang di benak kamu? Apakah kuliner khasnya, tradisi budayanya? Atau justru tidak tahu apa dan di mana itu Gorontalo?

Kali ini, mari kita jalan-jalan lewat tulisan untuk lebih dekat mengenal suku dan masyarakat adat Gorontalo.

Gorontalo sendiri adalah provinsi ke-32 yang dimekarkan dari Sulawesi Utara pada tahun 2000. Di provinsi ini ada suku dan masyarakat adat Gorontalo yang perlu Pengembara ketahui.

Sebelum membahas lebih jauh tentang suku dan masyarakat adat Gorontalo. Bagaimana jika kita bahas sedikit tentang sejarah Gorontalo?

***

Mengenal Suku dan Masyarakat Adat Gorontalo: Sejarah dan Asal Usul

Jazirah Gorontalo terbentuk ratusan tahun lalu dan merupakan salah satu kota tua di Sulawesi selain Kota Makassar, Manado dan Pare-pare. 

Legenda leluhur mereka menyebutkan bahwa mereka adalah keturunan dari Hulontalangi, yang turun dari langit dan berdiam diri di Gunung Tilongkabila, Kabupaten Bone Bolango.

Pada masa lalu, Gorontalo sempat menjadi salah satu pusat penyebaran agama Islam di Indonesia Timur yaitu dari Ternate, Gorontalo dan Bone. Hal ini terjadi karena letaknya yang strategis, menghadap Teluk Tomini (bagian selatan) dan Laut Sulawesi (bagian utara).

Sebelum kemerdekaan Republik Indonesia, rakyat Gorontalo dipelopori oleh Bapak H. Nani Wartabone berjuang dalam kemerdekaan dan lebih dulu merdeka pada tanggal 23 Januari 1942.

Nama Gorontalo sendiri, berasal dari "Hulontalangi" yang berarti lembah mulia. Juga berasal dari nama kerajaan Hulontalangi, yang dipersingkat menjadi "hulontalo" (ejaannya: Hulondalo), dengan suku Gorontalo sebagai bagian utama dari Gorontalo itu sendiri.

***

Keberagaman Suku di Gorontalo

Gorontalo dihuni oleh beberapa suku. Kita bahas satu persatu secara ringkas.

1. Suku Gorontalo

Juga dikenal sebagai Suku Hulontalo atau Tawu Lo Hulontalo (Orang Gorontalo), memegang teguh tradisi, bahasa, dan adat istiadat. 

Oh ya, Kak Bi berdarah Gorontalo dan besar di Gorontalo, meskipun ada turunan Buol dari kakek pihak ayah. 

Di tempat Kak Bi, sebagian dari kami anak menggunakan dialek dan melayu Gorontalo yang merupakan campuran dari bahasa Gorontalo, Manado, Indonesia dan Melayu untuk berkomunikasi sehari-hari. Dialek ini sering disebut; Mala-malayu atau melayu pasar.

Namun, bagi orang dewasa, tetua atau anak-anak di perkampungan tertentu, mereka pakai bahasa asli Gorontalo saat berkomunikasi.

Sebelum membahas lebih jauh tentang suku Gorontalo. Ada baiknya mengenal sub-suku di Gorontalo, seperti Suwawa, Atinggola, Polahi dan lainnya terlebih dulu.

2. Suku Atinggola

Suku Atinggola ini suku yang masuk dalam sub etnis Gorontalo dengan dialek bahasa yang mirip dengan bahasa Mongondow, dan kosa katanya mirip bahasa Gorontalo. Kak Bi sendiri belum pernah mendengar langsung bahasa ini.

Suku Atinggola menggunakan Bahasa Atinggola atau disebut juga bahasa Andagile. Bahasa ini mulai terancam punah dan bahasa Atinggola memiliki kesamaan dengan bahasa Bolango.

Sekarang Bahasa Atinggola masih bisa dijumpai di Kecamatan Atinggola, Kabupaten Gorontalo Utara. Hingga kini jumlah penuturnya hanya sedikit. Konon, orang Atinggola adalah orang Ternate dari abad pertengahan yang tidak setuju atas kebijakan Kolonial Belanda di Ternate. 

3. Suku Bolango

Suku Bolango merupakan salah satu suku di Semenanjung Gorontalo. Suku Bolango mendiami daerah Tapa, sebuah wilayah yang berdekatan dengan perbukitan dan sungai besar di sekitar wilayah utara dari pusat kota Gorontalo saat ini. 

Di bawah kekuasaan Raja Mohulaingo pada masa itu, suku Bolango membentuk kerajaan bernama Kerajaan Bolango. Kerajaan Bolango bermula di Tapa, Gorontalo dan mencakup sebagian wilayah dari Bolaang Mongondow, Sulawesi utara.

Dalam catatan sejarah, keluarga Gobel merupakan keluarga bangsawan keturunan langsung dari Kerajaan Bolango yang mendiami daerah Tapa.

4. Suku Jaton

Suku Jaton atau Jawa-Tondano di Gorontalo adalah keturunan para pengikut setia perang Diponegoro (1825-1830), dengan Kyai Modjo sebagai panglima perang yang dibuang ke Minahasa. Masa penjajahan Belanda pada zaman dulu menjadi awal mula kedatangan warga Jaton di desa Yosonegoro.

Saat para pengikut setia menikahi wanita Minahasa dan pindah ke Gorontalo untuk mencari lahan, lahirlah masyarakat Jaton sekarang yang memiliki kebudayaan unik dan khas.

Yosonegoro merupakan salah satu desa di Kecamatan Limboto Barat, Kabupaten Gorontalo, yang mayoritasnya dihuni oleh warga suku Jaton. 

Nama Yosonegoro merujuk pada dua kata dari bahasa Jawa yaitu "Yoso" yang berarti membangun dan “Negoro” yang berarti Negeri. 

5. Suku Polahi

Dalam suku ini, perkawinan dengan saudara kandung sudah menjadi hal yang biasa. Suku Polahi adalah kelompok terasing yang tinggal di hutan pedalaman Gorontalo. 

Menurut cerita, Polahi adalah masyarakat pelarian zaman dahulu yang bersembunyi ke hutan karena takut dan tidak mau dijajah oleh Belanda.

Suku dan masyarakat adat Gorontalo yang satu ini telah mengasingkan diri sekitar abad ke-17 dan kini hidup di pedalaman hutan Boliyohuto, Paguyaman dan Suwawa.

Bahasa sehari-hari adalah dialek Polahi berbahasa Gorontalo. Suku Polahi hidup dari bercocok tanam dan berburu binatang, suku ini pun belum mengenal pakaian. Pernah ada berita di kalangan masyarakat Gorontalo, tentang upaya pemerintah memfasilitasi mereka dengan pakaian dan rumah-rumah sederhana di pinggir hutan. Tapi, mereka menolak tinggal.

Karena masyarakat suku Polahi hidup secara nomaden. Mereka tinggal dalam gubuk kayu sehingga mudah untuk ditinggalkan. Jadi, ketika ada anggota keluarga yang meninggal, maka akan dikuburkan di tempat itu juga, lalu mereka akan pergi meninggalkan tempat itu dan mencari lokasi baru.

Suku Polahi mengenal tiga sosok dalam kepercayaannya. Ketiga sosok ini adalah Pulohuta, Lati, dan Lausala yang harus mereka hormati untuk bisa tinggal dan berburu di hutan. Mereka secara tidak sadar telah berkontribusi dalam menjaga alam Gorontalo.

6. Suku Suwawa

Suku Suwawa merupakan suku tertua di semenanjung Gorontalo dan berasal dari Kabupaten Bone Bolango, Gorontalo. Suku Suwawa menuturkan bahasa Bonda atau bahasa Suwawa sebagai bahasa percakapan sehari-hari di tempat mereka.

Menurut sejarah, Suwawa merupakan "Tiyombu" atau nenek moyang dari seluruh etnis di semenanjung Gorontalo.

Selain suku-suku di atas, Gorontalo juga didiami oleh suku lainnya seperti Suku Bajo, Sangir, Mongondow, Minahasa, Bugis, Jawa dan Bali.


Kenalan dengan Suku dan Masyarakat Adat Gorontalo: Bahasa, Budaya dan Tradisi

Bahasa Gorontalo adalah bahasa utama yang digunakan di provinsi ini, meskipun terdapat dialek-dialek lokal seperti Suwawa, Atinggola, Limboto, Kwandang, Tilamuta, dan Sumalata. Bahasa Gorontalo tetap menjadi bahasa "rumah" di beberapa tempat. Akan tetapi, bahasa sehari-hari dalam pergaulan menggunakan logat Gorontalo yang dicampur bahasa Indonesia, Manado, Melayu dan Bahasa Gorontalo itu sendiri.

Secara budaya, budaya Gorontalo tercermin dalam masakan khasnya seperti Binthe Bilihuta, Tili Aya, Ilabulo dan lainnya. Selain itu, rumah Dulohupa dan Bantayo Poboide menjadi rumah adat Gorontalo yang khas.

Gorontalo juga punya warisan budaya lainnya seperti Masjid Hunto Sultan Amai, Tuja'i (Sastra lisan berbahasa Gorontalo yang berbentuk puisi, tidak terikat oleh jumlah baris dan digunakan sebagai pelengkap prosesi upacara adat. Berisi pujian, nasihat dan petuah), lagu-lagu tradisional, alat musik tradisional; polopalo dan senjata tradisional; sabele.

Tradisi di Gorontalo juga ada banyak, mulai dari Molontalo atau Tondalo atau Raba-raba Puru (selamatan 7 bulanan), Mome'ati (pembeatan anak perempuan yang beranjak remaja), Moluna (sunatan untuk anak laki-laki), tradisi Walima, tradisi Tumbilotohe dan tradisi-tradisi lainnya.

Di Gorontalo mengenal sistem ikatan keluarga Limo Lo Pohala'a yaitu Ikatan Lima Kerajaan dengan pedoman "Adati hula-hula'a to sara'a, Sara'a hula-hula'a to Quru'ani" yang berarti adat bersendikan syara’, syara’ bersendikan kitabullah. Ini menjadikan Gorontalo menjadi provinsi dengan mayoritas Islam.

***

Itulah sekelumit tentang suku dan masyarakat adat Gorontalo yang kaya budaya, sejarah, dan tradisi tak ternilai harganya.

Suku dan masyarakat adat Gorontalo merupakan penjaga warisan kebudayaan yang kaya dan beragam. Dengan memegang teguh nilai-nilai tradisional, bahasa, dan adat istiadat, masyarakat memberi kontribusi yang berharga bagi keberagaman budaya Indonesia. 

Sekian tulisan tentang mengenal Suku dan Masyarakat adat Gorontalo, tulisan ini disadur dari berbagai sumber, serta ditambah dengan pengetahuan pribadi Kak Bi sebagai anak negeri Gorontalo. 

Bila ada informasi yang kurang pas, silakan dikoreksi ya biar Kak Bi bisa belajar tentang Suku dan Masyarakat adat Gorontalo dengan lebih baik. Mohon maaf bila ada kata-kata dan info yang kurang pas. Terima kasih sudah baca artikel tentang "Kenalan dengan Suku dan Masyarakat Adat Gorontalo" ini.

Kalau kamu juga punya pengalaman, cerita, atau tambahan info tentang Gorontalo, tulis di kolom komentar ya~ Jangan lupa share artikel ini biar makin banyak yang kenal keindahan budaya kita.

(𝑺𝒐𝒖𝒓𝒄𝒆 : BERANDA MUSEUM SEJARAH GORONTALO, Google)

Komentar

Posting Komentar

Populer

Review Drama Korea The Trauma Code: Heroes on Call (2025)

Review Drama Korea Love Scout (2025): Romantisme di Tengah Kerasnya Dunia Kerja