Terbaru

Cerpen Eksperimental Terbaru: Emas Liquid

Cerpen Eksperimental Terbaru: Emas Liquid


Cerpen eksperimental ini terinspirasi dari sebuah berita yang lewat di timeline facebook-ku beberapa bulan lalu. Entah benar atau tidak, aku jadi terpikirkan sebuah ide cerpen.

Yuk, baca cerpen eksperimentalku kali ini.


***


[Cerpen Eksperimental]—Di tahun 2097, manusia sudah lama kehabisan cara untuk menambang logam mulia tanpa menghancurkan bumi lagi. Terlalu lama, alat-alat berat itu menggagahi bumi, memaksa isi perutnya keluar.

Terlalu banyak lubang-lubang tambang menganga di mana-mana, menyisakan luka besar di kulit planet. Setiap merasa dicampakkan, bumi akan terus mengamuk, berbulan-bulan, menangisi perutnya yang terkoyak, jauh lebih jahat dari guguran meteorit jutaan tahun silam.

Ah, atau memang guguran itu tak pernah ada, melainkan hanya bentuk keserakahan makhluk serupa manusia, yanh datang jauh sebelum manusia. Membuat lubang-lubang yang sama, memakan hewan-hewan dan mengubur tulang belulang.

Tapi semua kemurkaan bumi, sepertinya akan sedikit terobati. Atau setidaknya, kemurkaannya melahirkan obat untuk dirinya sendiri.

Bumi manusia akan segera berubah ketika temuan kecil dari abad ke-21 ini akan mengguncang jagat semesta. Pada bakteri mungil bernama Cupriavidus metallidurans, yang akhirnya diakui sebagai penyelamat bumi.

Dan di sinilah cerita ini dimulai, di dasar laboratorium tambang bawah tanah Asiana pertama yang dikelola oleh AI dengan penghuni utama berupa koloni bakteri.


***


"Kita menyebutnya Si Perut Emas," kata Alya, seorang mikrobiolog muda dengan mata berbinar dan sarung tangan hijau tua yang selalu bau tanah.

Dia menunjuk sebuah tabung transparan tempat cairan kecokelatan mengalir tenang. Di dalamnya, miliaran bakteri sibuk makan siang mulai dari tembaga, nikel, arsenik, hingga emas klorida.

Di sisi tabung lain, ada lengan robotik mungil yang sabar mengumpulkan gumpalan kecil berwarna keemasan.

“Kotoran,” kata Alya sambil tertawa. “Tapi jangan jijik. Ini adalah emas murni.”

Kumpulan mahasiswa yang sedang praktek turun lapangan di laboratorium ini, terkagum-kagum melihat gumpalan yang muncul dari makhluk yang terlalu kecil untuk dilihat mata telanjang. Tapi, koloninya cukup terlihat di mata manusia.


***

Cerpen lainnya: Cerpen Horor: Peringatan Misterius

Baca juga: Cerpen Fantasi Terbaru 2025: Jejak Sang Putri

***


Mula-mula, tak ada yang percaya bahwa bakteri bisa menggantikan tambang raksasa. Tapi dunia ini sudah putus asa. Lahan tambang makin sedikit, polusi makin gila, bumi jadi jauh lebih sensitif, mengalahkan suasana hati wanita pra menstruasi, pra menopause, dan ibu pasca melahirkan.

Maka manusia menyerah pada bakteri aneh yang ditemukan dan dikembangkan oleh beberapa ilmuwan puluhan tahun silam. Dan ternyata, mereka bekerja lebih baik dari pada ekskavator raksasa mana pun.

Cupriavidus metallidurans bukan hanya tahan terhadap racun logam, mereka memprosesnya, menetralisirnya, melipatgandakannya dan membuangnya dalam bentuk partikel logam padat. 

Proses yang biasa meracuni tanah dan air kini justru menjadi sumber emas bersih yang tidak melukai alam. Bahkan, menjadi tambang baru yang bebas polusi.


***


[Cerpen Eksperimental]—Suatu pagi, salah satu tabung reaksi Alya meledak. Tapi bukan karena tekanan. Ada suara mirip bisikan di dalam ruang laboratorium. Bau logam pekat menyeruak, bercampur aroma amoniak, disertai cahaya keemasan yang merayap di dinding menyerupai akar tanaman. Beruntung saat itu ruangan kosong dan Alya tidak ada di sana.

Dalam rekaman kamera pengawas, terlihat cairan emas menyatu, bergerak seperti hidup. Dalam seminggu, seluruh koloni bakteri itu berubah warna menjadi keemasan. Aneh, tapi menakjubkan.


Evolusi? Reaksi? Masalah?


Itu yang ada di kepala Alya. Menurutnya, kini para bakteri tak hanya sekadar memproses emas. Mereka seolah-olah mulai memahami emas dan menjadi bagian dari emas.

"Apakah eksploitasi kita pada mereka sudah terlalu berlebihan?" Itu kalimat terakhir dari catatan harian Alya sebelum dia menghilang dari laboratorium.


Beberapa hari setelah Alya menghilang, laboratorium kembali meledak, kali ini emas yang dikeluarkan dan diproduksi para bakteri jauh lebih besar. Meluap dan mengalir seperti banjir hingga menghancurkan seluruh bangunan laboratorium.

Laboratorium itu pun ditinggalkan. Beberapa ilmuwan berspekulasi bahwa bakteri telah berevolusi menjadi entitas yang menyadari nilainya. Mereka bukan lagi makhluk satu sel dan menjadi kesatuan, emas liquid hidup yang membanjiri sekitarnya, perlahan-lahan. Setiap minggu akan melebar sejauh beberapa sentimeter. Bergerak mencari logam, bahkan aroma besi sangat menggugah mereka.


***


Kini, di reruntuhan laboratorium itu, para pemburu logam tak perlu lagi membawa detektor, tapi keberanian. Karena mereka tahu, di sana ada emas yang menjaga dirinya sendiri. Emas yang gila aroma besi, aroma-aroma yang mirip dalam darah.


Dan jika ada manusia yang cukup sial untuk melihat gumpalan emas bergerak, apalagi menyerupai bentuk manusia … jangan mencoba menyentuhnya.

Karena itu bukan emas. Itu kotoran terakhir dari makhluk cerdas yang tak mau lagi jadi alat manusia. 

Emas liquid beraroma busuk, mengundang mual dan menyakitkan hidung, walau isinya adalah koloni bakteri dan emas murni berharga jutaan jika ditaksir dengan nilai puluhan tahun yang lalu.


Tamat

Gorontalo, 13 Agustus 2025


***


Terima kasih sudah membaca cerpen eksperimental terbaru: Emas Liquid ini.

Kalau kamu suka cerita dengan campuran sains, fantasi, dan misteri seperti ini, jangan lupa tinggalkan komentar dan bagikan ke teman-temanmu. Siapa tahu, mereka juga penasaran… apakah benar emas bisa hidup? Kelebihan atau kekurangan seandainya ada ta*i, eh, emas liquid dari bakteri penghasil emas?


Oke, baca juga cerpen-cerpen eksperimental dan fantasi lainnya di blog ini, sampai jumpa di cerita berikutnya!


Mungkin Anda sukai: Review Drakor 109 Strange Things (2017) – Jung Chae Yeon dan Robot dari Masa Depan

Cerpen lainnya: Cerpen Misteri: Peristiwa yang Tak Terlupakan


Komentar

Populer

Review Drama Korea Love Scout (2025): Romantisme di Tengah Kerasnya Dunia Kerja

Short Story: The Guardian of the Sword of Light (English Version of Penjaga Pedang Cahaya)