Terbaru

Cerpen Misteri: Peristiwa yang Tak Terlupakan

Cerpen Misteri: Peristiwa yang Tak Terlupakan


Setelah membaca cerpen misteri yang tayang kemarin, hari ini aku mau kasih cerpen misteri yang lebih menegangkan. Kalau kemarin agak soft, karena berbumbu romansa dan drama, kali ini bakal lebih intens.


Buat yang belum baca cerpen misteri kemarin, bisa baca di sini: Aku Kembali

***

[Cerpen Misteri]—Aku terbangun di tempat yang gelap, kepala pusing dan banyak ingatan acak dan peristiwa di kepala. Semuanya seolah-olah baru saja terjadi dan malah membuatku mual. 

Ketika beranjak bangun, aku bisa merasakan tanah berlumpur dengan aroma busuk. Aku berdiri dan merogoh saku guna mencari ponsel yang dipakai untuk menelepon Gina tadi. 

Ya, aku ingat betul tadi sedang bicara dengan Gina; kekasihku. Ponselku agak basah, beruntung masih baik-baik saja, teknologi masa kini benar-benar luar biasa.

Aku menyalakan senter di ponsel dan menyusuri tempat asing yang akhirnya aku ketahui sebagai hutan yang gelap, langkah kaki pun terhenti saat melihat jurang besar.

Di tepi jurang ada sebatang pohon tua besar yang kelihatan mengintimidasi. Aku mengarahkan senter beberapa kali ke arah pohon itu. 

Suara pepohonan yang rapat, tertiup angin malam membuat suasana mulai menakutkan. Di antara bayang-bayang pohon itu, muncul perasaan seolah ada seseorang yang mengamati. Tapi, aku tak bisa melihat apa pun karena cahaya senter ponsel tidak seterang biasanya. 


Aku beralih, meninggalkan pohon dan jurang itu, mencoba untuk mencari jalan lain. Hanya suara angin berbisik di pepohonan yang menemani langkah ini, malam di hutan benar-benar hening.

Diri ini hanya bisa terdiam, saat cahaya senter menangkap sesuatu di antara pepohonan. Segera kuarahkan senter ke sana dan tampak ada tangan tanpa badan yang seolah-olah sedang memeluk pepohonan. 

Jantung ini berdegup kencang, aku berusaha mengabaikan apa yang baru saja kulihat. Itu hanya ilusi, semuanya akan baik-baik saja.

Namun, kehadiran tangan misterius itu terus menghantuiku di sepanjang perjalanan. Setiap kali aku berpaling, tangan itu selalu muncul dan berpindah-pindah tempat, seolah sedang mendekat. Aku tidak bisa berpura-pura takut, karena semakin gelisah terus saja kaki ini berlari sekuat tenaga.

***


[Cerpen Misteri]—Aku sudah berlari selama belasan menit, leher seolah tercekik karena rasa haus yang melanda. 

Di mana aku? Tempat apa ini? Kenapa tangan-tangan itu tetap mengikuti kemana pun aku berlari? Baterai ponselku di tangan kiriku tinggal tiga persen.

Aku tersungkur di tanah berlumpur, terasa semakin melelahkan berada di tempat ini. Tiba-tiba saja, suara tawa seolah candaan jahil mulai mengisi udara. Aku mendengar suara banyak orang di sekitar, tapi tak ada satupun yang terlihat.

Bayangan-bayangan gelap bergerak di balik pohon-pohon. Jantungku semakin berdegup kencang, tak tahu apa yang sedang terjadi. Suara-suara semakin mendekat dan tiba-tiba muncul siluet menyeramkan yang menyerupai tangan tanpa badan ada di hadapanku, menarik tangan kananku dan mengarahkan sebilah pedang menyala.

Aku berteriak, meronta sebisa mungkin. Tangan itu melemparkan pedangnya dan mendorongku jatuh ke jurang. Aku bisa merasakan bagaimana itu terbang?

Kepalaku membentur batu, terasa pecah dan hancur, sehingga aku terbangun seketika.

"Kamu kenapa?" tanya suara wanita itu membuatku bergidik. 

"Kamu?" Aku menatapnya lekat, dengan napas terengah. "Gina?" Aku mengangkat kepala dari atas meja.

"Kamu bermimpi? Kita sedang sibuk bekerja bisa-bisanya kamu bermimpi."

"Aku baru saja mengalami peristiwa aneh yang melelahkan di dalam mimpi. Mengerikan sekali, aku melihat tangan-tangan melayang dan terus mengikuti—"

"Apa maksudmu?" potong Gina sambil duduk di pahaku, lalu mengalungkan tangannya di leher ini. "Tangan ini?" lanjutnya tertawa sambil mengambil sebungkus plastik berukuran 40-50 sentimeter.

"Apa itu?"

"Potongan tanganmu!" ucapnya santai membuatku kaget dan mencoba mendorong Gina untuk memeriksa anggota tubuh sendiri. Saat itulah aku menyadari tangan kanan sudah hilang dengan perban berlumuran darah.

Gina memelukku mesra. "Itu hanya tangan, kau masih belum merasakan sakit. Tadi kau hampir mati, wanita gila itu memasukkan obat tidur ke minumanmu. Beruntung kau meneleponku!"

Aku terdiam, wanita? Siapa? Kenapa aku tidak bisa ingat peristiwa apapun? Mataku kemudian tertuju pada foto di dinding. Foto pernikahanku.

Aku terperanjat, saat itulah menyadari bahwa pinggangku terikat di kursi. Aku menatap Gina dengan kesal.

"Psikopat kamu! Gila! Dasar, setan!" seruku memakinya. 

"Dia masih hidup, tenanglah! Aku tidak ingin merusak pernikahan kita besok. Jadi, kita antarkan saja dia ke rumah sakit." Gina berdiri. Lalu, berjalan ke arah kulkas dan membuka peti es itu. Di dalamnya ada wanita yang meringis lemah, mulut terbungkam dengan tangan dan kaki yang diikat.

"Kau juga mengalami peristiwa buruk yang melelahkan ya hari ini?" Gina menatap wanita dalam kulkas sambil tertawa. "Wanita j*lang, seharusnya kau lepaskan dia untukku!"

Aku mencoba tenang, sebisa mungkin berpikir jernih. Saat Gina sibuk bicara dengan istriku di dalam kulkas. Aku coba menggapai ponsel di meja dengan tangan kiri yang bebas.

Dengan cepat aku menelepon security apartment, lalu meneriakkan nomor kamar dan lantai sambil meminta tolong. Gina beralih padaku dan memukul kepala ini. Aku mendadak mual, tak butuh lama hingga aku melihat ponsel rampasan Gina bergerak ke arahku dengan cepat dan membuat semuanya menjadi gelap.

***

Aku sekarang duduk di depan Gina, kami dipisahkan oleh tabir. Dia di penjara, aku bercerai karena perselingkuhanku membuat nyawa mantan istriku hampir melayang.

Tangan kananku raib hanya karena aku memilih untuk mengakhiri hubungan terlarang dengan Gina. Peristiwa yang melelahkan itu menjadi pelajaran terbesar yang tak bisa dihapus dari ingatan.

TAMAT 
Gorontalo, 3 Agustus 2023

Mungkin Anda sukai: Pig in the City
Tonto juga, versi trailer dari Cerpen Misteri Peristiwa Mengerikan: Peristiwa Tak Terlupakan

Komentar

Populer

Review Drama Korea Love Scout (2025): Romantisme di Tengah Kerasnya Dunia Kerja

Short Story: The Guardian of the Sword of Light (English Version of Penjaga Pedang Cahaya)