Review Film The Princess | Tuan Putri Petarung, Tak Butuh Pangeran
Review Film The Princess| Tuan Putri Petarung, Tak Butuh Pangeran
Judul Film: The Princess
Sutradara: Le-Van Kiet
Penulis: Ben Lustig, Jake Thornton
Pemain: Joey King, Dominic Cooper, Olga Kurylenko, Veronica Ngo
Genre: Action, Drama, Fantasy, Thriller
Didistribusikan oleh: Hulu (United States), Disney+
(Internasional)
Rilis: 1 Juli 2022
Durasi: 94 menit
Negara: United States
Bahasa: English
Rating Usia: 21+ (Mengandung konten kekerasan dan konten berdarah)
***
Sinopsis dan Review Film The Princess:
Di suatu kerajaan, tinggallah seorang putri yang cantik. Sang Putri (Joey King) suatu hari terbangun dari tidurnya dan menyadari bahwa dia sedang dikurung dalam sebuah kamar dengan kedua tangan yang diborgol. Sang Putri yang berpikiran mandiri dan telah berlatih untuk bertarung secara rahasia ini dikurung dalam menara.
Setelah mengingat beberapa hal, Sang Putri jadi tahu alasan dia berada di menara. Sang Putri kabur dari rencana pernikahan Sang Raja yang butuh penerus takhta. Seharusnya dia menikah dengan Julius (Dominic Cooper) seorang pria licik yang ingin menikahinya demi merebut takhta kerajaan.
Menyadari kekacauan yang terjadi karena dirinya, Sang Putri pun melepaskan keanggunannya. Berupaya kabur dan menyelamatkan keluarga serta kerajaannya, meskipun harus membunuh tanpa ampun.
Review Film The Princess: Rating 8.9 untuk film dengan banyak adegan berdarah yang menegangkan ini.
***
Baca juga: Review Film Aladdin
Tonton juga: Review Film The Piper
The Princess berlatar di sebuah kerajaan abad pertengahan yang tidak ditentukan ada di mana. Memiliki premis dan cerita yang sederhana, tapi punya daya tarik tentang penggambaran karakter seorang putri yang berbeda dari biasanya.
Saat melihat sosok Sang Putri, aku jadi teringat dengan Merida dari Brave (2012), seorang putri pemberani dan teguh pada pendirian atau Raya dari Raya and The Last Dragon (2021) dengan jiwa ksatria-nya.
Nahasnya, keputusan Sang Putri menolak menikahi Julius justru menjadi malapetaka bagi keluarga dan kerajaannya, sehingga nasib Sang Putri dalam film ini jauh lebih ekstrim dibandingkan kehidupan para putri Disney lainnya.
Sang Putri bukanlah gadis tak berdaya yang menunggu orang lain datang menyelamatkan. Dengan kemampuan bertarungnya dan dibantu Linh (Veronica Ngo), seorang prajurit wanita dan pelatih bela dirinya sejak kecil. Sang Putri dengan gagah berani melawan anak buah Julius yang banyak dan menyeramkan.
Joey King menurutku lumayan berhasil memerankan karakter Sang Putri tanpa nama ini, matanya saat bertarung keren banget. Totalitasnya terasa.
Sejauh ini The Princess adalah film laga sederhana yang sama sekali tidak buruk, belum bisa dibilang terbaik sih. Tapi, yang terbaik di tahun 2022. Film ini punya berbagai adegan aksi berdarah yang bagus dan layak untuk ditonton bagi penikmat genre aksi.
Ada satu adegan favoritku, yaitu ketika Sang Putri merobek gaunnya menjadi pendek demi memudahkannya bertarung.
Review Film The Princess: Kelebihan Film
Kelebihan film, ada di koreografi bertarung dan variasi adegan aksi serta latar yang keren dan seru; asik gitu.
Koreografi bertarung ini membuat intensitas ketegangan meningkat, aku juga jadi ikut teriak saat Sang Putri main tebas sana, tebas sini pakai pedang.
Sebenarnya film ini cuma punya sedikit dialog, tapi nggak bikin bosan karena penyajiannya yang seru meski dengan beberapa adegan flashback. Mungkin sengaja nggak dibuat banyak dialog demi mempertegas dan memfokuskan penonton pada karakter Sang Putri yang kuat dan jago bertarung. Tapi, ini sama sekali nggak apa-apa, nggak ngobrol juga nggak apa-apa, asalkan Sang Putri menang dalam pertarungan.
Selain itu, ada satu tokoh favorit yang jadi side joke dalam film ini, seorang prajurit berbadan gemuk. Di mana dia ditugaskan memeriksa Sang Putri di menara, dan harus naik-turun untuk melapor ke bawah. Ketika dia sampai di bawah, pertarungan sudah selesai dengan sebuah kepala yang jatuh ke tanah.
Review Film The Princess: Kekurangan Film
Kekurangan film ini, ada di efektivitas salah satu karakter yang menurutku kurang terasa kontribusinya yaitu Moira (Olga Kurylenko). Meskipun dia punya adegan aksi. Tapi, lebih baik screentime dia difokuskan untuk Julius saja. Karena kejahatan Julius sendiri masih terasa kurang fatal untuk ukuran pemberontakan. Bahkan adegan bertarung Moira dan Sang Putri entah kenapa malah jadi terasa lama selesainya.
Film ini penuh kekerasan, banyak darah dan kematian, nggak cocok ditonton bersama anak kecil. Tapi, secara pesan moral, film ini sedang berusaha meruntuhkan stigma kalau perempuan itu sosok yang lemah dan tak mampu menjadi pemimpin. Padahal siapa pun dia, pasti mampu menghalau rintangan hidup jika punya keinginan yang kuat.
Artikel lainnya: Review Drama Age of Youth
Baca juga: Bi Box: Author Notes
***
Bagaimana pendapat Pengembara soal film ini? Udah nonton belum?
Gtlo, 12 Desember 2022
Komentar
Posting Komentar