Review Series Dokumenter Netflix | Crime Scene: The Times Square Killer

Review Series Dokumenter Netflix | Crime Scene: The Times Square Killer


Ada yang suka nonton dokumenter? Serial dokumenter dari Netflix tuh seru-seru ya... Walau yang kali ini agak ekhem! 🥴


Yah, aku bawakan salah satu serial dokumenter, dari serial killer yang pernah menggemparkan New York pada tahun 70-an sampai 80-an.


***


Judul: Crime Scene: The Times Square Killer


Sutradara: Joe Berlinger


Eksekutif Produser: Jen Isaacson, Leslie Mattingly


Sinematografi: Jeff Hutchens


Genre: Dokumenter series


Cast: Charlie Meany, Vernon Geberth, Dominick Volpe, Jennifer Weiss


Negara: Amerika


Bahasa: Inggris


Episode: 3


Tayang: Netflix 


Rilis: December 29, 2021


Rating Usia: 21+


***


Crime Scene: The Times Square Killer adalah seri dokumenter khusus dari Amerika. Keluaran tahun 2021 yang dibuat untuk Netflix dan disutradarai oleh Joe Berlinger. Ini adalah part kedua dari serial dokumenter ini. Sebelumnya Crime Scene merilis part Crime Scene: The Vanishing at the Cecil Hotel. 


Pada part The Times Square Killer Ceritanya berfokus tentang rangkaian pembunuhan dari tahun 1970-an sampai 1980-an yang dilakukan oleh pembunuh berantai Amerika Richard Cottingham, yang juga dikenal sebagai The Times Square Killer dan The Torso Killer.


Terdiri dari 3 episode, yaitu Murder on 42nd St, The Perfect Hunting Ground dan End of an Era.



Rating 5 aja untuk dokumenter yang terasa pelan banget ini. 


Seri ini menampilkan kisah liar tentang pembunuhan berantai dan bagaimana atmosfer New York di tahun 70-an menjadi sangat berkontribusi pada produktifnya kejahatan dan teror. Sayangnya, sepanjang episode kita malah disajikan dengan sebagian besar 'kacamata' yang meneropong suasana pekerja seks dan bisnis kotor pada masa itu, hampir 60 persen pembahasannya adalah tentang instrospeksi bagi pekerja seks. 


Alih-alih membahas dan merunutkan secara rinci tentang penyelidikan dan penangkapan si pembunuh. Barulah di episode ketiga, kita mendapatkan detail tentang kejahatan, korban, pembunuh, dan tempat terkenal itu sendiri.


Sebenarnya serial ini bisa jadi film dokumenter berdurasi dua jam aja. Akan terasa menarik banget kalau begitu. Sayangnya, seri ini dibagi jadi 3 episode. Rasanya jadi sangat melelahkan karena banyak adegan dan penjelasan yang berulang-ulang dan bikin bosan. 


Atau nih, minimalnya dibikin dua episode sajalah. Karena bagian tengah dari seri ini agak kosong. Episode pembuka masih lumayan dan hal terpenting memang ada di episode ketiga. 


Meskipun begitu sih, seri ini akhirnya membagi hal yang sangat rinci, dan memberi beberapa informasi yang cukup mengerikan tentang si pembunuh.


Cottingham, seorang pria yang sangat mengganggu, masih nggak percaya kalau dia sempat lolos cukup lama dari hukum dan berkeliaran selama bertahun-tahun dan menjadi pembunuh berantai terkenal.


Kekurangan terbesar kedua setelah bikin bosan adalah terlalu banyak foto-foto dan video eksplisit yang sebenarnya aku nggak begitu paham hubungannya sama si pembunuh apaan? Ya, aku tahu sebagian korban Cottingham adalah pekerja seks, tapi memperlihatkan hal seperti itu lebih sering dibanding Cottingham sebagai The Times Square Killer agak berlebihan sih. Seolah-olah menyalahkan para korban. Ya, karena lu kerjanya kotor, bakal ngundang orang jahat juga. Padahal, apapun pekerjaannya. Korban adalah manusia yang ingin bertahan hidup. Membunuh tidak bisa dibenarkan.


Malahan dari yang aku baca-baca (lebih paham baca di internet dibandingkan nonton dokumenternya), kalau ternyata si Cottingham nggak ketemu korbannya di Times Square. Hubungan Cottingham dengan Times Square hanya ada di bisnis kotornya.


Jadi, seri ini kayak ada dua episode berbeda. Yang satu soal bisnis sex di Times Square dan yang satunya tentang si Cottingham dan korbannya. Sangat mengecewakan sih, kayak menemukan informasi tentang pembunuh berantai yang dibumbui pornografi. Bikin nggak nyaman nonton, sehingga banyak adegan yang aku skip.


Kalau kalian cari serial killer dokumenter, aku nggak saranin yang ini deh. Masih ada seri dokumenter lainnya yang sudah kutonton dan lebih bagus dari ini. Kapan-kapan aku review deh.


Komentar

Populer

Review Film Sedih: The Fault In Our Stars

Review Drama Korea: Chicago Typewriter