No Comment | Lebih Baik Diam atau Bicara?
No Comment | Lebih Baik Diam atau Bicara?
Belakangan ini, sosial media dipenuhi dengan berbagai platform menulis. Aku sendiri mulai menulis dan membaca di Wattpad sejak Maret 2015. Lantas dengan informasi ini, apa yang mau aku utarakan?
Komentar.
Ya, komentar adalah sebuah momok menakutkan bagiku.
Lah, kok bisa?
Entahlah, mungkin karena aku terlalu introvert atau memang aku tidak terlalu pandai untuk mengekspresikan diri dalam mengomentari orang lain.
Semenjak menulis di WP dulu, yang aku tahu hanya menulis dan promo. Sesekali membaca dengan meninggalkan boom vote pada judul favorit atau komentar minta lanjutan cerita pada novel ongoing. Selebihnya, aku selalu menjadi seorang silent reader sejati.
Aku sempat coba berubah saat bergabung dalam sebuah grup kepenulisan, di mana aku mau tidak mau harus bersosialisasi dengan para member grup. Bahkan kami sering dengan sengaja bertukar komentar di WP, kunbal atau feedback-an. Kami saling mengomentari perihal typo, PUEBI, pembahasan karakter dan sebagainya. Hal ini berjalan kurang lebih selama setahun.
Ternyata mengeluarkan apa yang ada di pikiran kita tidak semudah yang aku bayangkan, apalagi jika berada di situasi dan kondisi yang asing atau baru. Menurut IDN Times, ada beberapa hal yang membuat orang-orang sepertiku kesulitan untuk mengutarakan pendapat.
Baca juga: Review Drama Abyss
Artikel lainnya: Istilah Dasar dalam Cerita
1. Selalu merasa pendapatnya tidak ada gunanya sama sekali.
Poin ini sama sekali tidak salah, terkadang aku memang menganggap apa benar pendapatku bisa bermanfaat atau bahkan tidak ada gunanya sama sekali.
2. Tidak ada kepercayaan diri untuk sekedar mengeluarkan pendapat.
Dalam lingkungan bermasyarakat, aku merasa sering diabaikan atau dikecualikan saat berpendapat. Hal ini membuat aku semakin tidak percaya diri.
3. Pernah ada kejadian buruk ketika berpendapat.
Pada akhir tahun 2019 aku mulai menulis dan membaca di sebuah platform kembar. Beberapa bulan bergabung aku kedatangan beberapa akun yang minta feedback-an dengan embel-embel ingin diberi krisan.
Tanpa pikir panjang, aku pun langsung memberi kritik dan saran pada tulisannya, karena sudah terbiasa memberi krisan dengan teman grup di WP. Tentu saja dengan bahasa yang sopan. Alhasil, ternyata si empunya akun ngamuk-ngamuk dan menganggapku sedang merendahkan dan mematahkan semangat serta mentalnya. Padahal dia yang minta feedback, entah feedback seperti apa yang dia mau? Mungkin maunya pujian kali ya? Eheheh.
4. Terlalu takut mengutarakan pendapat karena bisa menyinggung.
Bukan hanya takut, tapi juga mengkhawatirkan pendapat dan perasaan orang lain ketika aku meninggalkan komentar untuk mereka. Karena jujur saja semenjak kejadian 2019 itu, setelah berkomentar sesuatu, seringkali aku susah tidur karena terpikirkan apakah ada ucapan atau ketikanku yang menyinggung atau tidak sesuai dengan tujuan sebuah tulisan.
Semenjak saat itu, aku memang jadi sangat kesulitan untuk meninggalkan komentar. Terkadang aku coba memberikan emotikon yang sesuai dengan perasaan saat membaca saja.
5. Terlalu cemas apabila pendapat tidak digubris sama sekali
Segala kemungkinan berlarian di kepala. Apa dia tersinggung makanya tidak digubris? Apakah dia peduli dengan komenan curcol? Apakah marah? Apakah aku salah bicara?
Sampai pada akhirnya kebiasaan ini terbawa sampai hari ini. Di mana aku lebih suka menjadi silent reader, daripada harus salah komentar dan cemas untuk hal-hal yang sebenarnya mungkin tidak pernah ada.
Tonton juga: Review Film Child of Kamiari Month
Artikel lainnya: Review Film Abraham Lincoln
Bahkan saat awal-awal bergabung di Opinia (sebuah platform favorit yang kini vakum), aku sampai googling bagaimana caranya berkomentar yang baik dan benar di sosial media? Ya, silakan tertawa. Kalian menemukan satu spesies manusia kaku yang kesulitan berinteraksi bahkan hanya lewat sosial media.
Beberapa orang mungkin akan menganggapku aneh karena seolah sedang mengkambinghitamkan introvert sebagai tameng menjadi silent reader.
Lagipula, diam adalah emas. Iya, Kan? Ah, entahlah. No comment saja.
Komentar
Posting Komentar