Terbaru

Review Squid Game All Season | Season Tiga Gagal Mengalahkan Season Pertama

Review Squid Game All Season | Season Tiga Gagal Mengalahkan Season Pertama

Squid Game.jpg
Squid Game: Netflix Series


Sudah lama sekali, aku ingin mengulas drama Korea yang satu ini. Apalagi, sejak pertama kali dirilis pada tahun 2021, Squid Game langsung mencuri perhatian dunia.

Aku sendiri dulu tidak sempat review ya, karena tidak sempat saja. Karena kehilangan momentum review di awal rilis akhirnya malah tidak jadi review sama sekali eheheh.

Akan tetapi, bertepatan dengan dirilisnya Squid Game Season 3 akhirnya aku punya kesempatan untuk mengulas secara lengkap, tiga musim dari drama Korea bertema survival ini.


Squid Game menyuguhkan permainan anak-anak tradisional Korea (Sebagian familiar di Indonesia) yang diubah menjadi ajang mematikan dengan hadiah uang miliaran won. Namun, apakah waralaba ini mampu mempertahankan daya tariknya sampai season ketiga? 

Mari temani aku, bahas drama ini satu per satu.


***


Sinopsis Squid Game Season 1:

Setelah usaha bisnisnya gagal, Seong Gi Hun, yang terlilit utang menjalani hidupnya dengan berjudi menggunakan uang yang diperoleh dari ibunya yang sudah lanjut usia. 

Sementara itu, dia gagal memberikan nafkah bagi sang ibu maupun putri yang terpisah darinya. Ketika hidup Gi Hun mencapai titik terendah, dia bertemu seseorang di stasiun dan peluang besar pun datang usai bermain Ddakji.

Dia menerima tawaran yang tak bisa ditolak, ada hadiah sebesar 45,6 miliar won kalau dia berhasil memenangkan serangkaian permainan tradisional anak-anak. Dia harus bersaing dengan 455 peserta lainnya, termasuk sahabat masa kecilnya, Cho Sang U. 

Namun, saat permainan dimulai, para peserta langsung menyadari konsekuensi mematikan dari kekalahan dalam permainan ini adalah kematian.


Baca juga: Nama Pena Misterius


Sinopsis Squid Game Season 2:

Seong Gi Hun, alias Pemain 456, memilih kembali masuk lagi ke dalam permainan Squid Game setelah sebelumnya keluar sebagai pemenang utama. 

Setelah pencarian panjang, Gi Hun seolah siap menghentikan permainan itu. Kini, dengan pengetahuan tentang apa sebenarnya permainan ini, dia bertekad menyelamatkan nyawa para peserta lain dan mengakhiri permainan tersebut untuk selamanya. 

Gi Hun menghadapi karakter-karakter baru dengan latar belakang lebih kompleks dan permainan yang lebih brutal, sambil menggali siapa dalang sebenarnya di balik permainan ini.


Review lainnya: Abyss


Sinopsis Squid Game Season 3:

Sebuah pemberontakan yang gagal di season sebelumnya, kematian seorang sahabat, dan pengkhianatan yang tersembunyi, membuat mental Gi Hun diserang kekacauan. 

Musim terakhir dimulai setelah semua peristiwa di season 2 terjadi, Gi Hun pun dipaksa untuk mengambil keputusan penting di tengah keputusasaan yang menghimpit. Dia dan para pemain yang tersisa harus menghadapi permainan yang semakin mematikan dan menguji keteguhan hati.

Di setiap ronde, pilihan yang mereka buat membawa konsekuensi yang semakin berat. 

Sementara itu, In Ho kembali menjalankan perannya sebagai Frontman untuk menyambut para VIP misterius, dan sang adik, Jun Ho, masih melanjutkan pencariannya terhadap pulau tersembunyi sejak season 2, saat selamat dari kematian di season 1, tanpa menyadari bahwa ada seorang pengkhianat di antara tim pencarian mereka. 

Akan tetapi, pemenang Squid Game cuma satu. Akankah Gi Hun mengambil keputusan yang tepat? Bisakah Detektif Jun Ho, menemukan pulau dan menolong Gi Hun?


***


Review Squid Game Season 1:

Musim pertama Squid Game adalah paket lengkap menurutku, mulai dari alur yang intens, kritik sosial yang tajam, serta karakter-karakter yang terasa nyata dan membumi. 

Aku disuguhi permainan penuh strategi, pengkhianatan, dan dilema moral. Sayangnya, beberapa episode terakhir memang terasa melebar dan alasan di balik penciptaan game juga terasa lemah.

Squid Game 1


Kelebihan Squid Game 1:

1. Squid Game tampil dengan kualitas produksi yang sangat memukau. Mulai dari desain set yang unik, kostum yang ikonik, hingga sinematografi yang luar biasa; terutama saat menampilkan adegan-adegan permainan yang dikoreografi dengan sangat apik dan menegangkan. 

Setiap detail visual terasa dirancang dengan cermat untuk menciptakan atmosfer yang mendalam dan mendukung cerita. Perpaduan warna cukup memainkan mental penonton sih.

Salah satu kekuatan utama serial ini ya jajaran pemainnya yang luar biasa dan menjanjikan. Aktor-aktor seperti Lee Jung Jae, Park Hae Soo, Heo Sung Tae dan Kim Joo Ryung, tampil memikat dan penuh karisma. 

Pendatang baru Jung Ho Yeon juga memberikan debut yang solid dengan aksen Korea Utara yang meyakinkan. Oh ya, kehadiran singkat Gong Yoo dan Lee Byung Hun menjadi kejutan menyenangkan, karena meskipun tampil sebentar, pesona mereka sangat kuat dan mampu memperkaya keseluruhan produksi.

Dan ya, yang seperti kalian semua tahu mereka berdua kembali muncul di season 2 dan 3.


2. Ketegangan dalam cerita dibangun dengan cukup apik. Alurnya berjalan cepat di tengah episode namun tetap terkontrol, bikin drama ini sangat cocok untuk ditonton maraton. 

Momen-momen penuh emosi dan tekanan ekstrem tersebar dengan rapi di antara adegan aksi yang mendebarkan, menciptakan pengalaman menonton yang tidak hanya menghibur tapi juga kena di hati. Salah satu bagian paling epik adalah duel terakhir antara finalis yang benar-benar kasih kesan mendalam bagiku. Ah, kematian beberapa pemain juga bikin sedih banget.


3. Kelebihan lain ada di permainan yang mengejutkan dan tidak terasa asing. Bbeuh, panen cairan merah-merah ni drama. Karakter-karakter yang muncul juga tidak dibuat terlalu “super”, sangking terasa manusiawi ada ego dan nurani yang saling bertabrakan.


4. Oh ya, nggak kalah penting adalah musik latar yang terasa megah dan elegan, berpadu dengan komposisi dari musik klasik. 

Beberapa karya besar yang digunakan antara lain The Blue Danube karyanya Johann Strauss II, Trumpet Concerto in E Flat Major oleh Franz Joseph Haydn, dan lagu Fly Me to the Moon versi cover juga menjadi lagu yang ikonik.

Dan tentu saja, satu lagu pendek dari gamenya langsung yang paling rame yaitu Red Light, Green Light; Mugunghwa Kkochi Pieotseubnida (무궁화 꽃이 피었습니다)


Mungkin Anda sukai: The Guest

 

Kekurangan Squid Game 1:

1. Meski secara keseluruhan aku sangat menikmati drama ini, durasi sembilan episode terasa sedikit kepanjangan. Andai ceritanya dikemas dalam enam atau tujuh episode aja, alurnya bisa jadi lebih padat dan lebih menggigit. 

Soalnya di awal episode tuh terlalu banyak porsi cerita yang dihabiskan untuk membangun latar belakang tokoh utama serta empat karakter pendukung lainnya. 

Memang, kisah masa lalu mereka yang tragis cukup menyentuh dan memperkaya cerita, tapi penyajiannya sedikit memperlambat ritme dari bagian-bagian yang sebenarnya lebih menarik.


2. Selain itu, karakterisasi tokoh utama, si Seong Gi Hun (pemain nomor 456), kurang meyakinkan. Meskipun perubahan karakternya dimaksudkan sebagai bagian dari proses perjalanan manusia dan perkembangan emosional, transisinya agak dipaksakan. 

Sulit dipercaya bahwa seorang ayah yang tidak bertanggung jawab, anak yang durhaka ke ibu, dan pecandu judi yang putus asa bisa tiba-tiba punya, rasa tanggung jawab, dan jiwa kepemimpinan secara mendadak. Transformasi ini terasa kurang alami aja ehehe.


3. Akting pemeran VIP yang aneh banget, entah kenapa sangat menggangguku.


***


Review Squid Game Season 2:

Alih-alih lebih besar, season kedua mencoba tampil lebih dalam. Apalagi dengan anggaran lebih besar, untuk membawa jajaran pemain muda lainnya. Seperti Im Siwan, T.O.P, Park Sung Hoon dan masih banyak lagi.

Cerita semakin politis dan emosional. Namun, sayangnya sempat meninggalkan banyak tanda tanya bikin kesal karena berakhir dengan cliffhanger yang menyebalkan. Ya, untungnya kita cepat dikasih season 3 ya~~

Squid Game 2


Kelebihan Squid Game Season 2:

1. Kembali memerankan Seong Gi Hun, Lee Jung Jae menunjukkan transformasi besar pada karakternya. Gi Hun kini tampil sebagai sosok yang lebih kurus, kosong, kelam, dan sepenuhnya didorong oleh tekad untuk mengakhiri permainan keji ini untuk selamanya.

Akan tetapi, meskipun suka dengan kemunculan Gi Hun versi terbaru, aku tetap tidak mengerti alasannya kembali dalam permainan ini tuh buat apa? Apalagi kali ini dia dikelilingi oleh 455 pemain baru serta deretan karakter yang nggak terlupakan. Ada anak yang menunggu di LA, kok dia segagal move on itu sama season 1 eheheh? Ya, mungkin karena kena mental, aku paham soal ini. Tapi, anaknya apa bukan sumber bahagia yang bisa bantu dia survive kah?


2. Beberapa tokoh baru berhasil mencuri perhatianku, antara lain Im Siwan yang memerankan seorang ahli crypto yang bankrut dan jadi banyak utang gitu, Park Sung Hoon dengan penampilan kompleks sebagai perempuan transgender, serta T.O.P yang tampil sebagai rapper eksentrik dan nyaris nggak waras. Juga masih banyak lagi, pokoknya.

Season ini juga memperkuat sistem politiknya, di mana setiap pemain masih diberi hak suara setelah babak permainan, untuk menciptakan perpecahan dan mencerminkan dunia nyata.


3. Front Man yang diperankan oleh Lee Byung Hun akhirnya tampil penuh, keluar dari balik topeng dan menunjukkan dimensi baru dalam karakternya sebagai pemain. Sementara itu, sinematografinya memberikan sentuhan visual yang lebih tajam dan dinamis di setiap adegan, memperkuat atmosfer tegang dan gelap.


4. Yang paling aku suka adalah kejutan dari Gong Yoo. Dia tampil memikat sebagai sosok psikopat yang sangat menarik untuk ditonton pada dua episode awal. 

Gong Yoo benar-benar berhasil memerankan karakter sekejam ini. Sosoknya yang dengan santai merekrut orang-orang untuk permainan, sambil menggoda dan mengganggu para tunawisma di jalanan, bikin karakternya jadi benar-benar menyeramkan dan tak terduga. Rasanya, karakter ini sangat layak dikasih spin-off atau bahkan prekuel tersendiri sih. Secinta itu sama Gong Yoo.


5. Untuk lagunya, di season kedua ini yang rame dan ear catching adalah lagu dari Mingle Game yang berjudul Round and Round atau Dunggeulge Dunggeulge. Lagunya ceria, tapi permainannya sangat tidak ceria. Permainan memang lebih kompleks, tapi tidak semenarik di Season 1, yang paling seru sih game yang kayak pekan olahraga itu.


Artikel lainnya: Review Interstellar

 

Kekurangan Squid Game Season 2:

Sayangnya, Squid Game Season 2 ini menurutku gagal mempertahankan momentum kuat yang dimiliki musim pertamanya. Dua hingga tiga episode awal terasa masih membosankan, dengan pembangunan cerita yang lemah dan tidak mampu menarik perhatian sejak awal.

Apalagi pas bagian detektif Jun Ho. Hadeuh, lama banget progresnya, padahal udah sok-sokan ikut rencana Gi Hun tapi dia macam jalan di tempat aja.

Alih-alih membawa cerita ke arah yang baru, Gi Hun juga justru kembali jatuh ke dalam perangkap yang sama, membuat alur terasa repetitif dan mengecewakan. Keputusan untuk tetap berfokus pada dirinya juga menutup banyak kemungkinan eksplorasi terhadap karakter-karakter baru yang sebenarnya punya potensi besar untuk dikembangkan.


***


Review Squid Game Season 3: 

Musim terakhir yang baru rilis 27 Juni 2025 ini mencoba menyatukan semuanya. Mulai dari balas dendam, pengkhianatan, penyelidikan, dan akhir dari permainan.

Sayangnya, yang dihadirkan justru cerita yang terlalu melebar dan ending yang antiklimaks banget. Meski ada momen emosional yang kuat, kesan yang ditinggalkan lebih ke frustrasi daripada kepuasan.

Squid Game 3


Kelebihan Squid Game Season 3:

1. Sejumlah elemen drama ini masih cukup berhasil mencuri perhatian dan menyentuh hati. Salah satu kekuatan utamanya terletak pada perkembangan karakter Gi Hun sendiri.

Perjalanan emosionalnya dari sosok yang hancur, pesimis, lalu jadi optimis, berubah lagi nyaris tanpa suara, menjadi seseorang yang menemukan makna hidup melalui bayi Jun Hee benar-benar menggugah hati. 

Penolakannya terhadap tawaran Front Man untuk mengakhiri pemain lain usai jamuan terakhir menjadi bukti kemanusiaannya tak tergoyahkan, bahkan ketika dunia di sekelilingnya jatuh dalam kekacauan.


2. Jang Geum Ja juga menjadi sorotan emosional di pertengahan episode musim ini. Hubungan batinnya dengan sang putra, Yong Sik, menghadirkan salah satu momen paling menyayat hati namun juga penuh keindahan. Meskipun aku sangat tidak terima dia mengakhiri hidup sendiri.


3. Karakter-karakter seperti Jun Hee dan Hyun Ju pun berkembang pesat, meskipun pada akhirnya semua jadi ubi. Ini menunjukkan kompleksitas yang sebelumnya belum terlihat, dan tampil sebagai kekuatan utama ketika Gi Hun hampir kehilangan harapan.

Season ini punya sisi emosional yang kuat. Semakin mendekati akhir, memang makin banyak pengorbanan yang bikin kepikiran, tentang sifat asli manusia tuh kayak apa.


4. Sosok No Eul si tukang tembak itu pun tampil mencolok lewat misinya yang penuh risiko. 

Perubahannya dari tentara merah muda yang terjebak konflik batin menjadi pejuang keadilan yang mencari penebusan sungguh mendebarkan. Adegan konfrontasi di kantor menjadi salah satu momen terbaik, dan pilihannya untuk terus hidup demi anaknya, menjadi simbol bahwa harapan bisa tumbuh bahkan dari puing-puing yang paling hancur.


5. Skor musik sekali lagi cukup memikat dan menghantui, memperkuat suasana mimpi buruk dalam desain produksi yang surealis, memunculkan vibes aneh di dalam permainan baru.

Lagu dari permainan lompat tali, menjadi lagu paling ear catching musim ini .... Kkumaya-kkumaya dwiro dorara....


Review drama lainnya: Chicago Typewriter


Kekurangan Squid Game Season 3:

1. Di ending season 3 semuanya terasa samar bagiku. Momen seperti reuni keluarga Sae Byeok, pelarian No Eul menuju anaknya, serta Jun Ho yang mendapatkan bayi miliarder itu. Terasa kurang smooth. Bahkan kedatangan front man ke LA buat ketemu anak Gi Hun jadinya aneh aja di aku. Aku berharap lebih sih.


2. Salah satu kelemahan yang paling mencolok dalam Squid Game Season 3 ini adalah kehadiran para VIP. 

Akting mereka kaku dan datar, seolah-olah berasal dari dunia yang berbeda dengan nuansa cerita yang seharusnya serius dan penuh tekanan emosional. Kehadiran mereka yang berlebihan dan bergaya kartun justru merusak kesan drama ini.


3. Banyak karakter dan tokoh penting yang malah ditumbalkan demi tujuan 'hanya satu pemenang', padahal menurutku tidak ada yang salah kalau pemenang lebih dari dua. 

Paling greget, pemain-pemain yang aku kira bakal bertahan sampai akhir… malah langsung tewas di episode awal, yang bertahan malah karakter nggak guna.

Format permainan yang mempertaruhkan nyawa memang masih menawarkan ketegangan sih, makanya banyak karakter yang mati. Tapi, matinya ituloh, kebanyakan karena saling mengkhianati, bukan karena permainan itu sendiri. 

Endingnya tidak ada kesimpulan signifikan, aku yang nunggu bertahun-tahun ini terasa jadi sia-sia. 


4. Nah, ini yang paling nyebelin. Proses penyelidikan yang dilakukan Jun Ho dan Woo Seok terasa seperti pelengkap semata. Si detektif ini muter muter pulau doang, kelamaan amnesia kayaknya.

Momen-momen penting seperti saat Jun Ho melukai Kapten Park dengan harpun atau masa tahanan Woo Seok seharusnya menjadi klimaks emosional, tapi justru terkesan terburu-buru dan tidak nempel dengan baik ke dalam narasi utama pencarian pulau. 

Akibatnya, dunia luar pulau tampak seperti latar yang nggak penting sama sekali. Ah, bahkan karakter Woo Seok masih jauh lebih masuk akal daripada Jun Ho yang lelet bukan main. Pas ketemu hyungnya cuma nanya doang. Hadeuh. 


5. Tidak seperti musim pertama yang penuh dinamika antarpemain, para pemain di musim ketiga jarang membentuk hubungan yang bermakna. Satu-satunya yang terasa kuat adalah “Tim Kamar Mandi” (Hyun Ju, Geum Ja, Jun Hee), namun di luar itu, interaksi antar karakter lebih banyak bersifat transaksional atau bahkan penuh permusuhan. Bikin capek buat ditonton.

Apalagi banyak sekali orang egois yang muncul di season ini. Bahkan Myung Gi yang diperankan Im Siwan juga terlalu bikin sakit hati banget, aku masih berharap terakhir dia berubah, tapi ternyata penulis bikin dia udah paten seperti itu.


6. Perjuangan Gi Hun? Zonk parah. Alasan Gi Hun bundir demi bayi Jun Hee sangat tidak masuk akal, why??? Dia punya anak loh, anak yang menunggu bapaknya datang. Ah, pokoknya ini anti klimaks, mungkin orang-orang pada nangis waktu Gi Hun tewas. But, sorry to say, aku nggak nangis sama sekali. 

Mungkin ini ending paling aman untuk kemanusiaan, tapi yang kuinginkan adalah Gi Hun jangan balik ke Squid Game aja sejak awal. Pergi saja ke LA, hidup tenang dan bahagia dengan anaknya sendiri. Squid Game tidak perlu ada season 2 dan 3. Season 2 dan 3 seolah-olah dibuat hanya untuk petualangan Jun Ho mencari pulau.


***


Rating Squid Game per-Season:

Squid Game Season 1: 9/10

Squid Game Season 2: 8/10

Squid Game Season 3: 6.5/10


Baca juga: In the Name of God: A Holy Betrayal

Squid Game seharusnya cukup dengan satu musim saja. Season pertama adalah mahakarya yang menyatukan aksi, kritik sosial, dan emosi dalam balutan permainan sadis yang membuat jantung berdegup. 

Namun, dua musim lanjutannya justru menambah beban cerita tanpa penyelesaian yang memuaskan. Ambisi terlalu besar dan kecenderungan franchise membuat esensi awalnya malah memudar.

Ya, seru-seru saja sebagai sarana memperkenalkan berbagai permainan tradisional Korea ke dunia. Permainan yang kurang lebih sama dengan permainan di Asia lainnya. Tapi, secara cerita aku lebih suka season satu. Mungkin kisah Gong Yoo dan Lee Byung Hun lebih menarik bagiku di season ini.

Peran Lee Jin Wook yang berhasil selamat dan kembali ke anaknya, juga jadi hal paling melegakan, tapi juga bukan jadi bagian terbaiknya.


***


Kalau kamu belum nonton Squid Game, season pertama masih sangat layak ditonton. Tapi kalau kamu ingin melanjutkan ke musim 2 dan 3, sebaiknya turunkan ekspektasi. Ini bukan tentang siapa yang menang lagi, tapi siapa yang masih bertahan menghadapi kekacauan naskah dan ekspektasi.


Apakah Pengembara sudah nonton semuanya? Bagaimana pendapatmu tentang akhir dari serial ini?


Kalau Pengembara suka ulasan seperti ini, jangan lupa subscribe channel YouTube-ku (Nurwahidah Bi) juga ya dan bookmark blog ini untuk review film, drama, dan buku lainnya. 

Komentar

Populer

Review Film #ALIVE: Bertahan Hidup dari Zombie di Korea