Terbaru
Cerpen Horor: Teror Ketuk Pintu
Cerpen Horor: Teror Ketuk Pintu
Teror ketuk pintu sebuah fenomena yang kerap diangkat dalam berbagai cerita horor dan urban legend. Kisah-kisah misterius tentang suara ketukan di tengah malam yang tidak jelas asal-usulnya ini sering kali memicu ketakutan yang mendalam.
Kali ini Kak Bi membagikan cerpen horor Teror Ketuk Pintu yang semoga bisa dinikmati bagi penikmat kisah horor.
***
[Cerpen Horor]—Bunyi-bunyian serangga di bawah jendela sangat mengganggu, dada kiri berdenyut-denyut sepertinya asam lambung kambuh.
Ah, ini pasti karena sebungkus mie kare campur bon cabe dan potongan cabe tak terhingga. Ditambah perasan lemon, taburan kemangi dan telor ceplok sangat menggoda yang masuk ke perutku sore tadi. Sungguhlah racun dunia....
Efeknya, sekarang aku agak pusing, entah vertigo atau apa tapi yang pasti rasanya ingin tidur saja.
Sementara menahan derita di tubuh ringkih ini, atap rumah mulai diserang gerimis. Ah, suara jangkrik dan serangga kembali mengisi gendang telingaku.
"Tuk-tuk-tuk!!!"
Bunyi itu seketika muncul, pandanganku beralih ke pintu kamar yang terkunci rapat. Begitu fokusku teralih ke pintu suara ketukan itu malah menghilang.
Aku segera mengembus napas, ah mungkin saja cecak yang lewat di pintu dan ekornya mengenai kayu saat bergerak.
Aku kembali memejamkan mata, mengatur napas dan kebisingan dalam kepala agar lebih tenang. Perlahan suara-suara di luar rumah hilang dengan gerimis yang sepertinya mulai keroyokan.
Mata semakin berat, dibuka pun terasa tak enak. Lampu malam berwarna kuning di sudut meja terasa semakin kuning.
"Tuk-tuk-tuk!"
Astaga, mataku kembali terbuka. Aku melirik pintu dan bunyi ketukan masih terdengar. Aku bangun dan duduk di atas ranjang, memperhatikan pintu, menanti suara ketukan datang lagi.
"Kenapa sih?" gerutuku beranjak dari kasur. Perlahan aku mendekati pintu dan menempelkan telinga ke pintu.
Tunggu punya tunggu, suara ketukan tak ada lagi. Aku hanya bisa memiringkan kepala beberapa kali karena keheranan. Begitu berbalik dan melangkah, suara ketukan kembali terdengar lagi.
Aku bergegas membuka pintu dan melihat ada seekor kucing di depan pintu kamarku. Kucing abu-abu tua, dengan mata hijaunya yang aneh.
Aku mengembus napas lega. "Ternyata kucing."
Begitu aku mengalihkan pandangan ke arah kamar Kak Manda di sebelah. Aku melihat kakak berdiri di depan pintunya juga. Sepertinya dia terbangun karena mendengar suara yang sama.
"Kak? Belum tidur?"
"Belum," singkatnya, kemudian hening.
"Kamarku diketuk-ketuk sama kucing, Kak," keluhku.
"Memangnya kucing bisa ketuk pintu?" tanyanya dengan nada datar.
Mendengar itu, aku jadi mendadak ragu, kutatap kucing yang masih berdiri di depan kaki dan duduk dengan manis sambil menatapku.
Kak Manda tiba-tiba berjalan cepat menuju saklar lampu, ruangan keluarga yang tadinya remang-remang karena hanya mendapatkan cahaya dari ruang tamu dan kamar redup kami mendadak terang.
"Kamar kakak juga diketuk kucing?" tanyaku melihatnya yang masih berdiri di depan saklar lampu dan kepala menunduk.
"Mana kucing?" jawabnya balik bertanya.
"Ini," ucapku menunjuk ke bawah. Namun, seketika terdiam karena tak ada apapun di sekitar kakiku. "Eh, kucingnya kemana?"
"Kucing apa?" lirihnya terdengar aneh.
"Tadi ada kucing, pintu kamarku diketuk kucing kok."
"Iya, aku juga dengar. Tapi, Indah ... kita itu nggak punya kucing." Kak Manda kembali mematikan lampu dan tiba-tiba mengangkat kepala, lalu berjalan pelan menuju kamar.
Baca juga: Chicago TypewriterArtikel lainnya: Babe: Pig in the City
[Cerpen Horor]—Aku hanya terdiam sejenak dan memutuskan untuk kembali ke kamar sambil memikirkan keanehan ini. Aku yang sedari tadi sangat mengantuk tiba-tiba tidak bisa tidur. Jelas-jelas ada kucing di depan pintu kamar, tapi kemana kucing itu?
Apa aku terlalu lelah dan asam lambung sudah naik sampai ke kepala sampai-sampai berhalusinasi? Ah, entahlah aku mau tidur saja.
Aku kembali berbaring dan merilekskan badan. Mencoba kembali tidur sambil miring ke kiri. Baru saja tertidur beberapa detik, aku kembali mendengar suara ketukan dan mendadak pusing, dunia terasa bergetar.
Aku kesal tapi mulai takut. Lama menatap pintu itu, kali ini suaranya lebih keras.
"Kak?" tanyaku, menggenggam ujung selimut. "Kak Manda?"
Hening. Tak ada jawaban, selain suara jangkrik yang kembali muncul karena gerimis sudah reda.
Perlahan, mulai terasa merinding. Aku segera membuka kembali pintu dan menjumpai Kak Manda berdiri di depan pintu dengan rambut panjangnya yang tergerai ke samping kanan agak ke depan menutupi mata kanannya.
"Kak?" panggilku pelan.
"Kita nggak punya kucing!" serunya tiba-tiba.
"Hah?"
"Kita nggak punya kucing!!!" teriak Kak Manda berkali-kali hingga aku terjatuh ke lantai dan melihat wajah kakak berbeda. Ada banyak luka di pipinya dan matanya mengeluarkan cairan merah.
Aku bergegas berlari menuju pintu depan dan begitu pintu dibuka, mataku pun terbuka.
Ah, mimpi beberapa detik itu begitu nyata. Aku langung duduk dan memegangi badan. Saat itulah kembali aku mendengar ketukan bunyi pintu.
Aku memutuskan untuk mengabaikannya dan menutup telinga dengan bantal, lalu memilih tidur.
***
Pagi ini, terbangun dengan badan yang terasa berat, rasanya semalam seperti habis melakukan perjalanan jauh. Aku keluar kamar dan menyadari bahwa hanya sendirian di dalam rumah.
Aku segera mengirimkan pesan kepada Kak Manda, "Kak kemana? Kok masih pagi udah pergi?"
Usai mengirimkan itu aku berjalan pelan ke dapur dan melewati kamar mandi. Di kamar mandi, ada yang sedang mandi.
"Oh, lagi mandi. Tumben mandi jam segini? Ini masih jam enam lewat," gumamku menuju meja makan untuk ambil minum. "Kak? Aku kebelet, gantian ya."
Beberapa menit kemudian, saat aku sedang menegak segelas air di dapur. Kak Manda membalas pesanku. Eh, aku terkejut. Bagaimana bisa orang dalam kamar mandi membalas pesanku?
"Aku nggak pulang semalam. Aku udah telepon kamu, tapi nggak kamu angkat."
Aku menatap kamar mandi yang masih terdengar jelas guyuran air di dalamnya. Siapa itu? Aku dan Kak Manda hanya tinggal berdua saja di rumah ini.
"Tuk-tuk-tuk!" Pintu dapur diketuk dari luar.
Aku jadi gemetar dan berjalan menjauhi meja, semakin mundur ke arah pintu dapur. Seketika, suara di dalam kamar mandi berhenti. Setelah ditunggu beberapa saat, tak ada yang keluar dari sana.
Aku lemas, rasanya ingin menangis. Terlebih lagi pintu dapur terus diketuk. Aku putuskan membuka pintu dapur dengan niatan lari dan kabur ke tetangga.
Begitu pintu kubuka, kucing abu-abu yang kulihat semalam berada tepat di depan pintu. Dia berjalan seolah memintaku untuk mengikutinya. Aku pun memilih mengikuti kucing itu dan terus berjalan sampai berakhir samping rumah Bu Rahmi, tetanggaku yang sedang sibuk mencuci sepatu.
Begitu melihatku datang, Bu Rahmi segera menaruh sepatunya dan menyeka tangannya ke daster.
"Indah, ada apa? Kok mukanya pucat?"
"Ada ... anu ... ada sesuatu di rumah, Bu." Suaraku bergetar. "Kak Manda bilang dia nggak pulang semalam, tapi tadi ada yang mandi di kamar mandi."
Bu Rahmi mengernyitkan alis, tampak bingung. "Kamu tenang dulu. Kita ke rumahmu sekarang, biar Ibu lihat sendiri."
Kami berdua berjalan menuju rumah. Langkahku terasa berat, pintu dapur masih terbuka lebar seperti yang kutinggalkan. Begitu masuk, suasana terasa sangat sunyi dan mencekam.
"Indah, kamu tunggu di sini, ya. Ibu periksa kamar mandinya." Bu Rahmi mengambil sapu.
Aku cuma mengangguk dan berdiri di depan pintu dapur. Bu Rahmi melangkah pelan menuju kamar mandi dan mengetuk pintunya.
"Kraaak ...." Itu bunyi pintu kamar mandi yang terbuka. Bu Rahmi menyalakan lampu kamar mandi, dan aku melihat dia sedang mengintip ke dalam.
"Tidak ada apa-apa, Indah," katanya sambil tersenyum untuk menenangkan. "Mungkin kamunya terlalu lelah."
Aku mengangguk, berusaha menenangkan diri. "Iya, mungkin, Bu. Tapi tadi rasanya nyata banget. Mungkin juga efek asam lambung."
Bu Rahmi memutuskan memeriksa rumahku sebentar, memastikan tidak ada orang lain. Dia khawatir meninggalkanku setelah keresahan soal orang di kamar mandi. Takut-takut ada penjahat yang sedang sembunyi di dalam rumah.
Setelah memastikan tidak ada apapun, dia kembali ke rumahnya dan meninggalkanku sendirian.
***
[Cerpen Horor]—Aku memilih untuk duduk di ruang tamu dan mencoba menenangkan diri, sembari menunggu Kak Manda pulang. Aku bisa merasakan kehadiran sesuatu yang tidak biasa, sesuatu yang membuat bulu kuduk berdiri.
"Tuk-tuk-tuk!"
Suara ketukan kembali terdengar, kali ini dari pintu depan. Aku menoleh cepat dan melihat kucing abu-abu itu sedang menatap lurus ke arah pintu. Walau agak kebingungan, karena kucing itu datang dan pergi. Aku rasa kucing itu mau mengatakan sesuatu.
Aku pun bangkit dan mendekati jendela, mengintip sejenak siapa tahu ada orang di depan rumah. Benar saja, tak ada siapapun di luar sana.
Aku putuskan membuka semua pintu di dalam rumah, sampai Kak Manda pulang. Supaya tidak ada suara ketukan pintu dari luar lagi.
***
Akhirnya, jam sepuluh pagi lebih sedikit Kak Manda pulang. Kuceritakan semua yang terjadi soal teror ketuk pintu dan lainnya, tapi Kak Manda malah bilang aku hanya halusinasi dan memintaku untuk minum obat. Padahal semalam itu rasanya nyata dan orang di kamar mandi benar-benar terdengar.
Sampai akhirnya, selama beberapa malam kami berdua terus mendapatkan teror ketuk pintu. Akan tetapi, setiap malam yang diketuk adalah kamarnya Kak Manda dan bukan kamarku. Sampai-sampai dia meminta untuk tidur di kamarku karena ketakutan.
***
Suatu hari, saat sedang memeriksa sekitar rumah, Kak Manda menemukan gundukan tanah di sekitar bawah dinding dapur. Gundukan itu tepat berada di bawah dinding antara kamar Kak Manda dan dapur.
Kami berdua memutuskan menggali gundukan itu dan menemukan gulungan kain dengan noda tanah.
Di dalamnya ada foto Kak Manda dan beberapa rempah dapur tak jelas serta beberapa bola-bola yang terbuat dari tanah busuk, bahkan ada kertas berisi angka-angka aneh.
"Sialan aku diguna-guna," gerutu Kak Manda sambil melemparkan gulungan berisi rupa-rupa itu ke tanah.
"Pantesan setan waktu itu mirip kakak. Ke ustadz gih, aku nggak mau tinggal sendirian di rumah lagi ya. Aku capek diteror ketuk pintu terus-terusan," saranku merengek.
"Mending kita sama-sama ke ustadz, biar teror ketuk pintu dan hal-hal aneh itu nggak terulang lagi," ungkapnya berjalan melewatiku dan kucing abu-abu yang sedari tadi ada di antara kami. Tapi, tampaknya tidak dipedulikan oleh Kak Manda.
Demi mengatasi teror ketuk pintu, kami pun pergi ke ustadz dan minta diruqyah. Anehnya, setelah itu, bukan hanya teror ketuk pintu yang hilang. Kucing abu-abu pun menghilang begitu saja, bahkan Kak Manda dan Bu Rahmi mengaku tak pernah melihat kucing seperti itu berada di sekitar rumah kami. Aneh.
***
TAMAT
Gorontalo, 27 Mei 2024
Sekian cerpen Teror Ketuk Pintu, semoga suka ya.... Terima kasih banyak sudah menyempatkan waktu membaca cerpen horor: Teror Ketuk Pintu ini.
Tulisan lainnya:
Cerpen
Cerpen horor
cerpen Nurwahidah bi
horor
Penulis asal Gorontalo, sudah menulis sejak SD. Tapi, baru fokus dan menjadikan menulis sebagai pekerjaan sejak 2014. Masih belajar dan terus belajar.
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Populer
Review Squid Game All Season | Season Tiga Gagal Mengalahkan Season Pertama
Review Squid Game All Season | Season Tiga Gagal Mengalahkan Season Pertama Squid Game: Netflix Series Sudah lama sekali, aku ingin mengulas drama Korea yang satu ini. Apalagi, sejak pertama kali dirilis pada tahun 2021, Squid Game langsung mencuri perhatian dunia. Aku sendiri dulu tidak sempat review ya, karena tidak sempat saja. Karena kehilangan momentum review di awal rilis akhirnya malah tidak jadi review sama sekali eheheh. Akan tetapi, bertepatan dengan dirilisnya Squid Game Season 3 akhirnya aku punya kesempatan untuk mengulas secara lengkap, tiga musim dari drama Korea bertema survival ini. Squid Game menyuguhkan permainan anak-anak tradisional Korea (Sebagian familiar di Indonesia) yang diubah menjadi ajang mematikan dengan hadiah uang miliaran won. Namun, apakah waralaba ini mampu mempertahankan daya tariknya sampai season ketiga? Mari temani aku, bahas drama ini satu per satu. *** Sinopsis Squid Game Season 1: Setelah usaha bisnisnya gagal, Seong Gi Hun, yang terlilit ...
Review Film #ALIVE: Bertahan Hidup dari Zombie di Korea
Review Film #ALIVE: Bertahan Hidup dari Zombie di Korea Review Film Korea #Alive.jpg Kalau selesai menonton zombie movie, biasanya aku suka berkhayal cara-cara untuk bertahan hidup. Pas banget ada film Alive atau #ALIVE, film ini bisa kasih tahu kita apa aja yang bisa dilakukan saat zombie menyerang wkwkwk .... *** Judul: #ALIVE, #Alone, Alive Sutradara: Jo Il Hyung Penulis Naskah: Jo Il Hyung, Matt Naylor Produser: Oh Hyo Jin, Lee Yoo Jin, Kim Sae Mi Genre: Thriller, Mystery, Drama, Sci-Fi, Zombie Pemain: Yoo Ah In, Park Shin Hye, Jeon Bae Su, Lee Hyun Wook, Jin So Yeon Sinematografer: Son Won-Ho Tag: Survival, Isolation, Virus, Strong Female Lead, Outbreak, Action, Epidemic, Zombie Apocalypse, Life Or Death Distribusi oleh: Lotte Cultureworks Rilis: 24 Juni, 2020 Durasi: 1 jam 38 menit Tipe: Movie Negara: Korea Selatan Bahasa: Korea Rating Usia: 15+ (Referensi info data drama, sinopsis dan gambar: Mydramalist , Asianwiki ) *** Sinopsis Film Korea #Alive:...
Komentar
Posting Komentar