Terbaru

Cerpen Horor Komedi: Berguru Ilmu Hitam

Cerpen Horor Komedi: Berguru Ilmu Hitam


Cerpen horor komedi ini mengisahkan tentang Dedi. Seorang pemuda aneh yang gemar membaca buku-buku tentang ilmu hitam. 


Di mata warga desa, Dedi adalah sosok yang tak pernah terlihat bekerja dan hanya menghabiskan waktunya dengan buku-buku mistis. Emaknya pun sampai lelah meminta anak lelakinya untuk hidup normal. Tapi, Dedi semakin yakin untuk menjadi penyihir.

Berkali-kali, emak mengingatkan Dedi bahwa itu adalah perbuatan yang tidak sesuai norma dan nilai-nilai sosial serta agama. Tapi, Dedi bodo amat. Dia ingin menjadi sakti agar tak ada yang menghinanya lagi.


Dedi melakukan perjalanan dua hari dua malam ke hutan lindung dan menemukan gua yang dituju. Dia duduk di dalam gua, bersamaan dengan 100 lilin dan buku ilmu hitam. Tujuannya? Jelas, Dedi ingin menjadi penyihir sejati!

Dedi mengikuti semua instruksi di buku ilmu hitamnya. Dia membaca mantra, membakar lilin-lilin, dan melakukan gerakan-gerakan aneh yang diajarkan dalam buku. 

Lama menunggu, sepertinya semua sia-sia. Tak ada tanda-tanda keajaiban yang datang. Dedi bahkan mulai kelaparan karena lemper yang dibawa kabur dari jualan emak sudah habis dimakan.

"Apa seharusnya aku puasa ya?" gumamnya kembali memperhatikan isi buku.


Baca juga: Proyeksi Game

Artikel lainnya: Crime Scene: The Time Square Killer


[Cerpen Misteri]—Ketika Dedi hampir menyerah, tiba-tiba saja muncul makhluk aneh dari bagian dalam gua. 

Dia berpenampilan setengah manusia, setengah kucing, badan bahenol berwarna abu-abu, bersuara lembut dengan mata yang berkilat-kilat. Makhluk itu mengenakan jubah hitam kecil yang hanya menutupi bagian belakang tubuhnya.


Sejak tadi dia dilanda kekesalan, karena Dedi sangat berisik. Rasanya ingin mencabik manusia rakus yang mengganggu tidurnya itu.

"Kamu benar-benar ingin jadi penyihir, ya?" tanya sosok itu dengan nada menggoda.

Dedi terkejut dan hampir terjatuh dari batu yang dia duduki. "Kamu siapa?" tanya Dedi gugup.

"Namaku Kuning," jawab makhluk itu sambil mengempaskan bagian belakang jubah, kemudian mengibaskan ekornya. 

"Kuning?" sela Dedi heran. "Kuning dari mana? Orang hitam semua gini? Eh, abu-abu!" protesnya.

"Kucing bening, Kuning," jawabnya menjaga eskpresi wajah agar tidak terlihat kesal. 

"Oh, kamu kucing!"

"Aku penyihir!" teriak Kuning, seketika gua dipenuhi dengan gema suaranya. Telinga Dedi langsung berdengung .

"Maaf, Nyai!" Dedi memohon ampun.


"Jangan panggil, Nyai, panggil saja Kuning." Kuning kesal.

"Iya, Mbah Kuning."


Kuning menggenggam jubahnya erat-erat, membayangkan sedang mematahkan leher Dedi.

"Aku bisa bantu kamu, untuk punya kekuatan. Tapi, tidak gratis," ujarnya mendekati Dedi dan menjelma jadi wanita cantik berbaju abu-abu. Dedi langsung terpesona.

"Ada syaratnya ya?" tanya Dedi hati-hati.

"Kamu harus melakukan sesuatu ."

Dedi ragu-ragu. "Melakukan apa?"


Kuning tersenyum lebar, memperlihatkan gigi-gigi tajamnya. "Kebetulan aku lapar, kamu harus mengumpulkan 13 helai bulu kucing hitam untukku dan harus berasal dari 13 kucing hitam yang berbeda."

"Satu kucing, satu rambut?"

"Satu kucing 13 bulu, 13 kucing ...." Penyihir Kuning terdiam. "Sekitar 160-an bulu?" Dia memiringkan kepala.

"Ooh, banyak ya itu!"

"Pokoknya, aku akan memberimu kekuatan asalkan berhasil menemukan bulu kucing hitam dan segera pergi dari sini. Secepatnya!"

"Carinya di mana?" Dedi menggaruk kepala.

"Kamu ini benar -benar mau berguru ilmu hitam di tempatku ya? Aku rasa sepertinya kamu harus berguru ilmu di sekolah saja." Kuning menggeram semakin kesal.

"Maaf!"

"Aku kasih waktu kamu satu hari saja. Hanya kucing hitam, selain kucing hitam kamu gagal!" Kuning mengibaskan rambut dan berubah jadi kucing hitam.


***


Dedi setuju dan segera berangkat meninggalkan gua, dia bahkan tidak pamitan pada Penyihir Kuning. Setelah berjalan berjam-jam, Dedi hanya menemukan dua kucing hitam dan menyadari bahwa itu adalah tugas yang tidak mudah. 

Kucing-kucing tersebut terkenal jahat dan tidak jinak. Dedi harus berlari berlari kesana-kemari, memanjat pohon, dan bahkan menyelinap masuk ke rumah-rumah penduduk desa hanya demi kucing hitam. 

Dedi sampai lupa mandi dan sengaja makan di warung-warung untuk menunggu kucing hitam. Pada akhirnya, 30 menit menuju waktu yang ditentukan. Dedi berhasil juga mengumpulkan semua bulu kucing yang diminta Kuning dari 13 kucing hitam dengan berbagai trik dan keberuntungannya. 

Menjelang fajar, Dedi kembali ke gua tua dengan membawa hasil jarahannya itu. Tidak peduli harus masuk ke hutan dalam keadaan langit masih gelap.

Dipanggil berkali-kali, Kuning tidak muncul juga. Dedi bahkan tertidur di gua sambil menunggu Kuning, dia mulai bermimpi buruk tapi akan segera terbangun. Begitu seterusnya sampai akhirnya Dedi memutuskan untuk pulang saja.


***


Dedi kembali ke desanya dengan patah hati, dia merasa dibodohi oleh penghuni gua itu. Mimpi Dedi menjadi terkenal sebagai penyihir pupus sudah.

Begitu sampai di rumah, Dedi semakin murung karena emak terlalu cuek kepadanya. Dedi masuk ke kamar dan kumpulan bulu kucing hitam dibungkus dalam kain hitam yang ditemukan di gua. Dijadikan buntelan dan diletakkan di keranjang baju, sebagai kenang-kenangan atas usahanya.


***


Sementara itu, emak menatap jalanan dengan gelisah, berharap Dedi segera pulang. Sudah tiga hari anak lelaki kesayangannya itu tidak pulang. 

"Emak! Emak! Emak!" teriakan orang dari luar pagar membuat emak menghampiri ke luar.

"Kenapa?" tanya emak pada lelaki yang panik.

"Dedi belum pulang ya?"

"Belum?" Emak menggeleng.

"Berarti yang di dalam gua itu beneran Dedi."

"Gua apa?" Emak panik.

"Gua yang ada di hutan lindung, Emak. Di sana, Dedi lehernya patah. Sepertinya tertimpa batu dari atas gua!"

"Dedi!" Emak lemas, jatuh sambil meraung-raung.


***


Mendengar teriakan emak, Dedi bergegas keluar dari kamarnya.

"Tono, emak kenapa?" Pertanyaan Dedi tidak digubris.


Orang-orang ramai berkumpul, mereka membantu emak masuk ke dalam rumah.

"Tono? Ada apa?" tanya ibu-ibu tetangga yang sering menghina Dedi.

"Dedi ditemukan meninggal di gua, Bu!"


Dedi tersentak. "Aku meninggal? Aku sudah mati?"



TAMAT

Gorontalo, 6 Oktober 2023



Terima kasih sudah membaca cerpen horor komedi ini. Cerpen horor komedi ini pernah tayang di Opinia, tapi sudah aku pindah ke sini karena Opinia dah nggak ada ya. Ayo, dukung blog ini untuk konten-konten seru lainnya.

Komentar

Populer

Review Squid Game All Season | Season Tiga Gagal Mengalahkan Season Pertama

Review Film #ALIVE: Bertahan Hidup dari Zombie di Korea