Cerita Pendek: Pesan yang Salah Kaprah
Cerita Pendek: Pesan yang Salah Kaprah–Nurwahidah Bi
Pengembara, mau tahu bagaimana pesan sederhana bisa jadi salah paham yang lucu? Baca kisah Raka dan Bu Anin yang menggemaskan di bawah ini! Jangan lupa bagikan cerpen ini kalau kamu suka ceritanya ya....
***
Raka, bocah kelas 3 SD, si botak plontos berhidung mancung adalah anak yang cerdas, meskipun kadang terlalu harfiah dalam memahami nasihat-nasihat ibunya, Bu Anin.
Suatu hari, Bu Anin mendengar kabar tentang maraknya penculikan anak di desa mereka. Tentu saja Bu Anin khawatir dan memberi pesan tegas kepada Raka.
"Raka, kalau ada orang yang ajak kamu pergi, jangan pernah mau ikut ya. Walaupun dikasih hadiah. Pokoknya jangan mau, dan langsung teriak."
Raka mengangguk dengan serius, mengingat pesan ibunya dalam-dalam.
***
Beberapa hari kemudian, saat Raka sedang asyik membeli jajanan di warung, sepupunya yang akrab dipanggil Kak Mala datang menghampiri.
"Raka, ikut Kak Mala ke rumah dulu yuk," ajak Kak Mala dengan senyum ramah.
Raka memandang Kak Mala dengan curiga, lalu dengan tegas menjawab, "Tidak mau."
Kak Mala terkejut, tumben sekali adik sepupunya yang biasa mengekori kalau bertemu di warung, mendadak cuek.
"Kenapa, Raka? Kak Mala kan ajak kamu ke rumah, bukan kemana-mana."
"Tidak boleh ikut orang lain, kata ibu begitu," jawab Raka dengan tegas, membuat Kak Mala tertawa terpingkal-pingkal.
"Ya, aku kan bukan orang lain. Aku ini kan kakak sepupumu loh!"
"Tidak, maaf ya, aku tidak tergoda." Raka pergi begitu saja meninggalkan Kak Mala.
Baca juga: 200 Pounds Beauty Korea Selatan Versus Indonesia
Cerita pendek lainnya: Komplotan dan Salah Pegang
Ketika Raka pulang ke rumah, dia langsung menceritakan kejadian tersebut kepada Bu Anin. "Bu, tadi aku diajak sama orang buat pergi ke rumahnya. Tapi, aku tidak mau."
"Wah, pintar. Kamu kenal dan tahu siapa yang ajak kamu tadi? Kalau tidak kenal memang sebaiknya jangan diikuti." Bu Anin memuji Raka.
"Kak Mala."
"Siapa?" Bu Anin agak kaget mendengar nama keponakannya tiba-tiba muncul.
"Yang ajak aku tadi itu Kak Mala." Raka menatap Bu Anin penuh keyakinan.
"Lah?" Bu Anin tersenyum, merasa bangga sekaligus sedikit bersalah karena tidak memberikan penjelasan lebih detail. "Kenapa tidak mau ikut Kak Mala? Kan biasanya kamu pergi sama dia."
"Kan kata Ibu, kalau diajak pergi orang, jangan mau," jawab Raka polos.
Bu Anin tak bisa menahan tawa, "Ya ampun, Raka. Maksud Ibu itu kalau diajak orang yang tidak kamu dikenal, kalau Kakak sepupu, nenek atau kakek, kan itu keluarga sendiri. Kita sekeluarga kan tinggal sekomplek."
"Tapi, aku pernah dengar Ibu ditelepon Ayah kok."
"Ibu dan ayah memang bicara apa di telepon?"
"Hmm, kata Ayah orang terdekat juga berbahaya. Kak Mala itu memang berbahaya, aku kalau ke rumahnya kadang disuruh bantu kupas bawang merah. Untung dikasih lima ribu, tapi kan itu jahat ya, Bu? Masa iya cuma lima ribu?" Raka menjelaskan panjang lebar, bocah itu jadi curhat.
"Ya iya sih, tidak salah juga ya." Bu Anin hanya bisa menggaruk-garuk kepala. Tiba-tiba terasa gatal dan pusing.
***
TAMAT
Gorontalo, 5 November 2024
Terima kasih sudah baca cerita pendek ini. Mohon dukungannya ya, Pengembara.... Selamat membaca.
Cerpen Kak Bi: Hampir Saja
Mungkin Anda sukai: Di Bawah Langit Malam
Komentar
Posting Komentar