Cerpen Thriller: Bertahan Hidup
Oleh: Nurwahidah Bi
Cerpen Thriller kali ini soal zombie-zombie. Hanya tulisan sederhana yang semoga bisa bikin tegang pencinta cerpen thriller.
Selamat membaca cerpen thriller: Bertahan Hidup.
***
Lina, Nisa dan adik kecilnya Alif sedang tertidur pulas.
Pada tengah malam, orang-orang mulai berteriak-teriak histeris. Alif yang berusia 6 tahun bangun dan mengintip jendela. Dari arah kanan rumah sebuah bintang besar sedang menuju rumah mereka.
Alif membangunkan Lina, tapi Lina masih tertidur pulas. Alif pun beralih menggoyangkan tubuh Nisa. Nisa hanya merengek. Lina pun terbangun dan melihat cahaya dari jendela sangat terang.
Sebuah ledakan terdengar. Lina refleks memeluk tubuh Alif, Nisa terbangun karena suara ledakan. Bahkan bumi bergetar, kaca jendela mereka retak.
Nisa bergegas turun dari ranjang, barang-barang di kamar berjatuhan ke lantai. Nisa berdiri di depan kamar ibunya yang juga sama berantakannya.
"Masuk! Jangan keluar rumah. Di luar ada orang-orang aneh. Panggil kakakmu." Ibu mendorong Nisa menjauh dari kamarnya. Kemudian berjalan menuju pintu depan yang sedikit terbuka.
"Ibu berdarah!" Nisa menatap kepala ibunya yang bocor.
"Cepat!" Ibu menahan pintu agar tidak mengekspos bagian dalam rumah.
Lina pun mendekati ibunya. Pintu depan mereka rusak karena ledakan. Sebuah helikopter terbakar hanya beberapa meter dari rumah tetangga mereka.
Sementara itu, di jalanan banyak orang aneh berjalan sambil mengerang. Lina menjadi bersemangat. Dia malah pergi mengambil buku tentang monster yang didapatkan dari teman.
"Lina, bantu tahan pintu dengan lemari!" Ibu bergerak mendorong lemari ke arah pintu. Lina, Nisa dan Alif segera membantu.
Alif membawakan benda yang dirasa berat untuk menahan pintu rumah mereka.
Nisa panik saat menyadari jendela kamar ikut pecah. Ibu mereka menarik napas panjang, mencoba untuk berpikir tenang. Bersandar di lemar yang kini jadi penghalau pintu.
"Di luar itu—"
"Zombie?" Lina menyela. Ibunya mengangguk.
"Rumah kita kecil. Cuma ada dua kamar. Ibu pernah ikut pelatihan bertahan hidup, waktu ayah kalian masih hidup. Jadi, dengarkan ibu. Kita nggak boleh panik." Ibu menjelaskan.
"Alif, jangan nangis. Dengerin ibu." Nisa berucap sambil menutup mulut Alif yang mulai sesenggukan.
"Nisa, kamu masih simpan selotip-selotip yang biasa kamu kumpulin itu kan? Cepat bawa kemari!"
Nisa mengangguk dan segera masuk ke kamar.
***
Cerpen Thriller—Jendela rumah mereka adalah jendela kaca dengan lapisan kayu. Di bagian dalam jendela juga ada teralis besi. Sehingga ibu meminta Nisa dan Alif untuk bekerja sama menutupi kaca yang retak atau pecah dengan selotip. Pokoknya mereka harus menutupi kaca yang retak atau pecah.
***
Pintu yang rusak dan pintu dapur sudah ditahan dengan lemari. Kekuatan ibu yang dibantu anak-anaknya berhasil memindahkan lemari besar yang kebetulan isinya sudah berjatuhan ke lantai karena ledakan helikopter di dekat rumah mereka.
Ibu memerintahkan Lina untuk memindahkan bahan makanan ke ruang tengah, sementara ibu mengumpulkan semua benda yang bisa dipakai untuk melindungi dan menghalau serangan. Mereka kemudian bersama-sama menutupi bagian dalam jendela dengan kain hitam. Bahkan ventilasi udara ditutup dengan keranjang plastik pecah yang diselotip dengan rapi.
Cerpen thriller lainnya: Sosok Bertudung Part 1
Artikel lainnya: Penjaga Pedang Cahaya
Selama hampir dua jam mereka mengabaikan teriakan orang-orang di luar. Nisa bahkan melihat Pak Duna, salah seorang tetangga sedang sibuk di lantai dua rumahnya.
Sepertinya beberapa orang tetap bertahan di dalam rumah sama seperti keluarga mereka.
Jam sudah menunjukkan pukul empat dini hari. Suara erangan semakin terdengar. Rumah-rumah dipenuhi makhluk misterius yang entah datang darimana.
Sementara itu, luka di kepala ibu mereka masih mengeluarkan darah. Dengan sigap Lina yang sekolah di SMK kesehatan itu bergegas mengobati luka ibunya. Lampu rumah memang mati karena listrik padam ketika ledakan terjadi.
Nisa beberapa kali mencoba menyalakan ponsel untuk menelepon bantuan. Tapi, nihil.
Lina mengambil headset dan memasangnya di ponsel. Nina mulai mencari siaran radio yang bisa tertangkap sinyal ponsel.
Beruntung, samar-samar suara pembawa berita terdengar. Seperti rekaman suara karena perkataan hanya berulang-ulang.
"Kepada seluruh warga, diharapkan mencari tempat teraman. Perketat penjagaan rumah kalian, kelola persediaan air dan makanan. Sebab kota sedang dikepung makhluk aneh yang memakan daging. Bertahanlah!"
***
Cerpen Thriller—Hari demi hari berlalu, suasana ricuh di luar mulai tenang. Lina yang penasaran mengintip ke arah belakang rumah. Sebab, hampir setiap malam ada saja zombie yang mondar-mandir di situ. Kali ini berbeda, sepertinya mereka sudah pergi.
Lina memutuskan untuk pergi keluar mencari air. Sebab ibu mereka sudah semakin parah, sepertinya luka di kepalanya mengalami infeksi. Sehingga Lina butuh bantuan.
Lina sudah menggali sebuah lubang kecil seukuran tubuhnya sejak beberapa hari lalu. Lubang itu tembus tepat di samping rumah mereka.
Lina berhasil keluar tanpa sepengetahuan ibu dan adik-adiknya. Banyak mayat dan anggota tubuh manusia yang berceceran di tanah, beberapa rumah hancur, ada yang masih utuh seperti rumahnya.
"Lina! Kamu ngapain?" Suara seseorang memanggil.
"Kami kehabisan air dan ibu terluka."
"Ini!" Remaja lelaki itu melemparkan sebotol besar air mineral. "Kau butuh apalagi?"
"Kami kehabisan makanan dan butuh obat!"
"Sst, kecilkan suaramu!" bisiknya tegas. "Kemarilah."
"Terima kasih." Nina mendekat ke arah jendela sambil sesekali mengawasi sekeliling.
"Ini." Remaja itu memberikan Nina beberapa bungkus Snack dan mi instan. "Ini juga!" Menambahkan sebotol air mineral lagi dan kotak obat.
"Bagaimana dengan keluargamu?"
"Mereka sudah tewas. Ayah dan ibuku menghalau zombi masuk. Sementara kakakku perutnya tertusuk kayu saat ledakan terjadi."
"Bertahanlah, aku menemukan sinyal radio sejak hari pertama. Pemerintah sedang memulai evakuasi orang yang selamat. Kita pasti selamat jika tidak bertemu zombie." Lina mencoba memberi harapan.
"Benarkah? Semoga saja mereka cepat datang. Aku tidak bisa hidup seperti ini."
Lina bergegas kembali melewati lubang di tanah yang dibuatnya.
Begitu Lina kembali ke dalam rumah. Ibu duduk di samping lubang, ibu yang hendak marah mengurungkan niatnya karena Lina membawakan air minum untuk mereka. Lina pun mengobati luka ibunya.
***
Malam sebelum bantuan datang.
Alif terbangun karena mendengar sesuatu sedang mendobrak pintu belakang mereka. Alif membangunkan ibunya, tapi ibu tidak bergerak. Alif menangis karena suara menggedor-gedor kini pindah ke jendela kamar tempat mereka bersembunyi.
Lina dan Nisa juga terbangun. Ketiganya menahan napas takut, melirik ibu yang masih belum bangun.
Sebuah tangan penuh luka dan ulat menembus kain penutup jendela. Lengannya tidak bisa masuk karena tertahan teralis besi. Suara erangan kembali terdengar.
Lina menyadari sesuatu, radionya menyala. Sepertinya itu yang membuat mereka mendatangi rumah ini. Nisa lupa mematikan radio di ponsel saat dia tertidur.
Lina segera mematikan ponselnya yang baterainya tinggal sisa 8 persen saja. Padahal ini ponsel terakhir yang baterainya masih menyala, Lina sengaja menghemat baterai dari tiga ponsel di rumah mereka atas ide ibu.
Para zombie terhenti karena sesuatu, lalu pergi. Lina segera membangunkan ibu. Tapi, ibu tak bangun-bangun.
Suara tembakan tiba-tiba terdengar di luar. Bahkan suara sekeras itu tak membuat ibu terbangun. Alif yang mulai menangis lagi, membuat Nisa kesal. Anak kelas dua SMP itu mulai mengomel.
Lina mengintip ke arah luar, pasukan berseragam lengkap sedang adu tembak dengan para zombie.
***
Mereka berhasil bertahan hidup, ketiga anak itu berhasil selamat dari ledakan dan zombi. Tapi, mereka tak bisa lepas dari duka saat kehilangan ibu untuk selamanya.
***
Dilaporkan, Zombie menyerang kota. Zombie-zombie berasal dari pesawat yang jatuh di sungai dekat pemukiman warga. Total ada lebih dari 300 korban jiwa yang tewas atau terinfeksi.
Beruntung militer berhasil menyelamatkan para penyintas yang bersembunyi dengan baik di rumah. Para penyintas mengalami beberapa gejala seperti hiportemia, diare dan gangguan makan.
Demikian berita petang.
***
TAMAT
Gorontalo, 29 Oktober 2022
Komentar
Posting Komentar