Terbaru
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
RUANG PUISI: Hujan
RUANG PUISI: Hujan
________
Update Agustus 2025
___________
Ini merupakan Ruang Puisi Kak Bi bagian pertama, aku menulis puisi Hujan di sini 10 tahun lalu.
Wow, 10 tahun sudah berlalu dan aku masih suka bikin puisi soal hujan, langit dan alam.
Update ini aku buat untuk menambahkan jumlah kata pada artikel ini ya, soalnya kependekan. Aku juga menambahkan beberapa puisi lainnya yang bakal kamu sukai.
Simak dan ikuti Ruang Puisi Kak Bi selanjutnya, masih banyak puisi-puisi yang datang dari hatiku dan semoga saja bisa menyentuh hatimu.
Selamat membaca ~~
____________
Hujan
Karya: Nurwahidah Bi
Lepas tertegun menatap siang
Awan bergulung kian mendekat
Mendekap dingin, merayu badan
Hingga tak kuasa tangan memeluk
Tubuh menggigil mendengar gemuruh
Suara keras nan menggelegar
Kilatan cahya kilaukan sang mata
Membuat tangan pun memeluk diri
Tangisan alam tak tertahan
Menghujam padam keatas tanah
Membasahi insan yang tengah lewat
Melewati batas, merobohkan niat
Wahai hujan,
Dingin mu merenggut hangatku
Membuat pedihku kembali lagi
Hanya menatap di sudut jendela
Berpantul cermin, berselimut empuk
Hanya harap yang kian menyapa
Semoga sang pelangi ada sesudahmu.
Gorontalo, 4 Mei 2015
_____________
Bonus puisi lainnya ya~~
Polarismu
Oleh: Nurwahidah Bi
Kau duduk termenung, hati menangis.
Tatapanmu kosong, harapan terkikis,
Tersesat di ruang penuh paradoks dan premis.
Kau kirim doa pada langit paling puitis,
Lewat bintang terang, secercah janji terlukis.
Namun jawab tak kunjung datang, hanya cerita yang sadis,
Sementara waktu, berjalan tanpa baris.
"Apakah aku lemah?" bisikmu pesimis,
Menggenggam dada yang mulai teriris.
Kenangan lalu datang seperti oase miris,
Membawamu kembali pada cinta yang sinis.
Langkahmu kini seperti analisis,
Mencari celah di balik takdir yang statis.
Namun, setiap usaha berujung pada kuis,
Dunia menertawakanmu dalam aksen sarkastis.
Namun lihat, di langit masih ada Polaris,
Setia bersinar di tengah gelap yang realistis.
Mungkin bukan sekarang harapan itu gratis,
Tapi percayalah, kelak luka pun akan jadi artistis.
Gorontalo, 5 Mei 2025.
_____________
Pekat Memikat
Nurwahidah Bi
Kecuali tangan kesedihan yang merengkuhmu
Memberatkan titik tepat di bayangan
Merasakan luka tepat di punggungmu
Luka yang bagaimana lagi, harus kami bagi?
Melepas dan dilepas bukan solusi
Seharusnya genggaman kita tak pernah terbagi
Terpecah belah hanya karena emosi
Kita berjanji mengikat sayap peri biru itu
Merekatkannya erat ke punggung kecil
Memikulnya bersama mulai hari itu
Hari kamu dengungkan takkan usil
Dan kan mendukung sepanjang waktu
Peri biru tak lagi bersayap
Sayap kita patah
Terbelah lelah
Pekat
Namun tetap memikat
Memikat kenangan dalam ruang
Memikat rasa dalam setiap melodi
Terikat kata 'Promise to Believe' yang selalu terngiang
Terikat slogan 'Everlasting Friend' yang kian menjadi
Bukankah kita peri biru?
Lalu mengapa mulai angkuh?
Mengaku pinjamkan sayap untuk mereka
Lalu hanya untuk mengikat kehidupannya?
Kita berjuang untuk mereka
Mereka pun berjuang demi kita
Tak bisakah beri mereka ruang kecil
Untuk bernapas dan melepas topeng
Dan biarkan mereka larut dalam urusannya sendiri.
Ingatkah mereka melangkah lelah dalam pekatnya hari?
Memikat peri biru sepanjang hari.
Jangan mengaku dalam kepekatan bahagia
Jika jiwamu masih terpikat emosi sesaat.
Ingin rasanya kembali diam
Duduk damai menatap beku
Tak banyak debat dalam-dalam
Hanya menikmati pekat memikat dari peri biruku.
Gorontalo, 12 Juni 2017
___________
TERKADANG
Nurwahidah Bi
Melamunkan wajah yang kian menua
Menyisir rambut dengan tangan kiri
Memuji sang pencipta dalam jiwa
Bisik setan terdengar manis
Buka, buka sajalah
Upload, upload sajalah
Hanya sekali, lalu hapus
Terkadang aku menurut
Mengambil kamera, jepret!
Diri yang tak berbalut hijab,
Kadang jadi keinginanku
Wahai setan dalam diri
Kau sudah kalah, malah berdalih
Aku menang karena bersikukuh
Tutup telinga rasakan rasakan itu!
Terkadang itu pikirku
Namun hatiku lebih berkuasa
Pertahankan kewajibanku
Agar tetap berbalut hijab.
Gorontalo, 12 Juni 2015
Puisi? Bukan, ini curcol hehehe...
***
Baca ini: Cerpen Misteri: Penelepon Misterius
Artikel lainnya: Cerita Urban Legend Korea
Popular
Cerpen Nadia Omara: Diamond Play Button | Kisah Horor Terbaru Youtuber Favorit
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Review The Trauma Code: Heroes on Call (2025) | Aksi Medis Terbaru Penuh Adrenalin
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Cerpen Fantasi Gratis: Pohon Kehidupan
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar