RUANG PUISI: Petuah Pribadi
RUANG PUISI: Petuah Pribadi
___________
Update Agustus 2025
___________
Ini adalah Ruang Puisi kedua yang datang dari 10 tahun lalu. Postingan berisi puisi lawasku ini aku perbarui ya. Demi menambahkan jumlah kata dan biar terdeteksi oleh sistem Google.
Aku tambahkan juga beberapa puisi yang semoga menginspirasi dan menghibur.
Selamat membaca, salam sastra Indonesia.
____________
Petuah Pribadi
Karya: Nurwahidah Bi
Kau! Hey kau...
Ya.. kau!
Kau merasa orang hebat?
Kau merasa orang baik?
Maka carilah orang hebat
dan temukan orang baik,
Untuk saling mengingatkan satu sama lain,
"Kau bukan siapa siapa! Kita hanya setitik noktah di atas langit. "
"Yang akan padam oleh malam dan luntur oleh hujan! "
"Yang tak begitu terlihat saat fajar, Dan tak cukup menjanjikan saat pelangi"
Orang baik? Untuk mu yang baik dan orang buruk? Untukmu yang buruk.
(Gorontalo, 24 Mei 2015)
"Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula.
Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik." (Qs. An Nur:26)
___________
Bonus puisi lainnya ya~~
Nurwahidah Bi, mempersembahkan: Coretan kecil untuk kita.
Kartini dalam Cerita.
Kami lebih kuat dari jemari yang saling menggenggam.
Selalu sabar meski hati telah tenggelam.
Lebih pandai dari pikiran yang sempurna.
Lebih cantik daripada zamrud katulistiwa.
Lebih indah dari penggalan lukisan syurga.
Lebih masyur dari mimpi-mimpi indah.
Kami perempuan.
Kami wanita.
Kami ibu.
Kami anak.
Kami menantu.
Kami cucu.
Kami nenek.
Pekerja keras.
Berkemauan kuat.
Bersemangat pantang menyerah.
Bertahta dalam hati setiap orang.
Kami wanita Indonesia.
Penerus Kartini bangsa.
Membawa satu nusa,
Demi satu bangsa.
Selamat Hari Kartini.
Berjayalah Perempuan Indonesia.
Ciptakan mimpi hari ini.
Jauhi kata sia-sia.
Demi masa depan maupun masa kini.
Karena masa depan di mulai hari ini.
Gtlo, 21-April-2017
___________
Tema: Kotak imajinasi
Judul: Sekadar Imaji
Oleh : Nurwahidah Bi
Bagai gunung terisi air
Bagaikan jurang kebahagiaan
Sulit di pecah apa ku pikir
Raut di wajah penuh khayalan
Andaikan ada mobil melayang
Andai ada pula robot pesuruh
Boleh dilayani hendak melayang
Bersama sama ulat pemburu
Jiwa terukir dalam batinku
Apa kupikir selalu ajaib
Tak ada dapat buyarkan anganku
Meski tak serius menatap langit biru
Apa dikata semua sekadar khayalan
Imajinasi indah yang tak tertahan
Semua yang tabu jadi mungkin
Apalah daya hanya dalam pikirku..
Gorontalo, 17 Maret 2015)
[Puisi ini adalah puisi hasil pembaruan dari puisi yang kubuat saat SMA, dan demi event grup menulis; event_imajinasi, aku buat versi terbaru di tahun 2015]
___________
Perahu di Dermaga
Nurwahidah Bi
Letih,
Berdiri sejajar di tepian kata.
Lelah,
Mematung segaris di pinggiran makna.
Mengulas asa yang terbang ke cakrawala
Menanti sang siang sejajar kepala.
Perahu di dermaga belum berlabuh,
Belum menabuh hati yang berkabut,
Sempat mengetuk agar menoleh,
Tetapi, perahu belum di dermaga.
Perlahan angin mulai memaksa
Nelangsa-nya pun kian terasa
Saat si kuning menyala tertawa
Kepala menghangat menembus jiwa.
Pinggiran pantai tak lagi sepi
Perahu di dermaga, kini
Membawa salam dari memori
'Terima kasih telah menanti.'
Gorontalo, 18 Maret 2017
_____________
Baca juga: Review Drama China For Married Doctress
Ruang Puisi lainnya: Ruang Puisi: Hujan

Komentar
Posting Komentar