Langsung ke konten utama

Terbaru

Cerita Fiksi Ilmiah: Permintaan Terakhir

Cerita Fiksi Ilmiah: Permintaan Terakhir Cerita fiksi ilmiah adalah genre yang mengeksplorasi konsep perjalanan waktu, eksplorasi luar angkasa, teknologi canggih, dan perubahan sosial atau politik yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmiah. *** [Cerita Fiksi Ilmiah ] Pada tahun 2085, dunia telah berubah drastis. Saat ini, mesin-mesin secara 75 persen telah menggantikan pekerjaan manusia. Vending machine, tidak hanya mengeluarkan minuman, makanan, atau boneka. Semua hal yang dulunya dikerjakan oleh pegawai atau pelayan digantikan oleh mesin. Dunia ini bahkan diisi oleh robot-robot mini penjaja listrik untuk mengisi daya mobil listrik dan sebagainya. Manusia hanya bertugas sebagai pemelihara mesin dan menjalankan tugas ringan.  Bahkan ada mesin jahit otomatis yang bisa mengukur badan calon pembeli, menggunting, menjahit hingga membuat payet secara presisi. Manusianya hanya membeli bahan kain dari vending machine di pusat pertokoan dan memasukkan bahan-bahan dasar berupa benang dan bah...

RUANG PUISI: Petuah Pribadi

RUANG PUISI: Petuah Pribadi

___________

Update Agustus 2025

___________

Ini adalah Ruang Puisi kedua yang datang dari 10 tahun lalu. Postingan berisi puisi lawasku ini aku perbarui ya. Demi menambahkan jumlah kata dan biar terdeteksi oleh sistem Google.

Aku tambahkan juga beberapa puisi yang semoga menginspirasi dan menghibur.

Selamat membaca, salam sastra Indonesia.

____________

Petuah Pribadi

Karya: Nurwahidah Bi

Kau! Hey kau...
Ya..  kau!

Kau merasa orang hebat?
Kau merasa orang baik?
Maka carilah orang hebat
dan temukan orang baik,

Untuk saling mengingatkan satu sama lain,
"Kau bukan siapa siapa! Kita hanya setitik noktah di atas langit. "
"Yang akan padam oleh malam dan luntur oleh hujan! "
"Yang tak begitu terlihat saat fajar,  Dan tak cukup menjanjikan saat pelangi"

Orang baik? Untuk mu yang baik dan orang buruk? Untukmu yang buruk.

(Gorontalo,  24 Mei 2015)

"Wanita-wanita yang tidak baik untuk laki-laki yang tidak baik, dan laki-laki yang tidak baik adalah untuk wanita yang tidak baik pula.
Wanita yang baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik." (Qs. An Nur:26)


___________


Bonus puisi lainnya ya~~


Nurwahidah Bi, mempersembahkan: Coretan kecil untuk kita.

Kartini dalam Cerita.


Kami lebih kuat dari jemari yang saling menggenggam.

Selalu sabar meski hati telah tenggelam.

Lebih pandai dari pikiran yang sempurna.

Lebih cantik daripada zamrud katulistiwa.

Lebih indah dari penggalan lukisan syurga.

Lebih masyur dari mimpi-mimpi indah.


Kami perempuan.

Kami wanita.

Kami ibu.

Kami anak.

Kami menantu.

Kami cucu.

Kami nenek.


Pekerja keras.

Berkemauan kuat.

Bersemangat pantang menyerah.

Bertahta dalam hati setiap orang.


Kami wanita Indonesia.

Penerus Kartini bangsa.

Membawa satu nusa,

Demi satu bangsa.


Selamat Hari Kartini.

Berjayalah Perempuan Indonesia.

Ciptakan mimpi hari ini.

Jauhi kata sia-sia.

Demi masa depan maupun masa kini.

Karena masa depan di mulai hari ini.


Gtlo, 21-April-2017


___________


Tema: Kotak imajinasi

Judul: Sekadar Imaji 

Oleh : Nurwahidah Bi


Bagai gunung terisi air

Bagaikan jurang kebahagiaan

Sulit di pecah apa ku pikir

Raut di wajah penuh khayalan


Andaikan ada mobil melayang

Andai ada pula robot pesuruh

Boleh dilayani hendak melayang

Bersama sama ulat pemburu 


Jiwa terukir dalam batinku

Apa kupikir selalu ajaib

Tak ada dapat buyarkan anganku

Meski tak serius menatap langit biru


Apa dikata semua sekadar khayalan

Imajinasi indah yang tak tertahan 

Semua yang tabu jadi mungkin

Apalah daya hanya dalam pikirku..


Gorontalo, 17 Maret 2015)


[Puisi ini adalah puisi hasil pembaruan dari puisi yang kubuat saat SMA, dan demi event grup menulis; event_imajinasi, aku buat versi terbaru di tahun 2015]


___________


Perahu di Dermaga

Nurwahidah Bi


Letih,

Berdiri sejajar di tepian kata.

Lelah,

Mematung segaris di pinggiran makna.

Mengulas asa yang terbang ke cakrawala

Menanti sang siang sejajar kepala.


Perahu di dermaga belum berlabuh,

Belum menabuh hati yang berkabut,

Sempat mengetuk agar menoleh,

Tetapi, perahu belum di dermaga. 


Perlahan angin mulai memaksa

Nelangsa-nya pun kian terasa

Saat si kuning menyala tertawa

Kepala menghangat menembus jiwa.


Pinggiran pantai tak lagi sepi

Perahu di dermaga, kini

Membawa salam dari memori

'Terima kasih telah menanti.'


Gorontalo, 18 Maret 2017


_____________


Baca juga: Ruang Puisi: Hujan


Komentar