Terbaru
FLASH FICTION: Bayangan Semu
FLASH FICTION: Bayangan Semu
___________
Update Agustus 2025
___________
Judul: Bayangan Semu
Oleh : Nurwahidah Bi
Aku berdiri tepat di sebelah parit,
"Selamat jalan," ucapnya nanar,
"Apa kau yakin?" lanjutku menatapnya tak rela,
"Jangan bersedih Laila, aku bukan pergi untuk selamanya! Aku akan segera kembali," ungkapnya membuat rongga di dada itu terasa lengang,
"Bagaimana jika nasib berkata lain?"
"Maka itulah takdir kita!"
"Tidak! Kau tidak boleh berkata seperti itu," cegatku panik mulai menangis,
"Istriku Jika memang aku tak kembali, ada rahasia dibalik semua ini." ungkapnya menyentuh rambutku.
Aku mencoba menatapnya,
"Dengarkan aku! Janganlah bersedih, Meski saat nanti aku hanya sebagai bayangan semu dan apapun itu aku akan hidup di hatimu!" ucapnya meyakinkanku.
Kakinya tampak berat, kapal yang berlabuh itu hendak berangkat pergi berlayar bersamanya.
Kapal itu akan membawa pergi masa depanku, ke tanah perang yang tak aku ketahui, yang aku tak tahu kapan dia kembali, yang aku pun tak tahu bayangan semu apa yang dimaksudkannya.
Gorontalo, 30 Mei 2015
___________
Judul: Eh, Salah!
Oleh: Nurwahidah Bi
Aku duduk sendiri menikmati lembutnya pagi, aku mendengar tetanggaku sangat berisik.
Entah perlu apa dia terus saja memanggilku. Saat aku menyahut tak ada balasan darinya, akupun berlari ke pintu rumahnya.
"Ada apa kak?" tanyaku khawatir,
"Hah?" ucapnya terdengar sengau,
"Dari tadi kakak panggil-panggil aku!"
"Apaan?" sanggahnya,
"Manggil Kasim kan?"
"HAA- HA- HAASYIIIIM.......!!" serunya muncrat dihadapanku.
"Eh, Salah! Maaf kak!" ujarku mengambilkan tisu.
Gorontalo, 17 Juni 2015
[Ini aku buat dalam rangka seru-seruan di sebuah grup menulis, aku lupa nama grupnya. Tapi hashtagnya begini: #KTM_17. Nah, ayo, siapa yang mungkin pernah satu event-event sama Kak Bi?]
Baca Cerpen Kak Bi: Cerpen Fantasi Gratis: Penjaga Pedang Cahaya
____________
Lelah Melihat
Nurwahidah Bi
Sempat terpikir, mengapa wajah kalut itu seolah mengeluh akan hidup penuh ketidakpastian? Sedangkan dirinya tahu bahwa dalam dunia ini kepastian hanyalah ungkapan penghilang rasa sakit.
Lantas untuk siapa lelah yang terpancar di wajah? Mengapa begitu pedih terpantul dalam bayangan hitam? Apa semangatnya memudar saat menatap pantulan diri dalam cermin.
Pantulan yang menampilkan ketidakberdayaan dalam ketidakpastian. Berpura-pura atas rasa perih, bersembunyi di balik senyuman, sementara batin lelah menyiksa, melihat badan yang semakin rapuh.
Dia pasti lelah melihat jauh ke dalam diri. Mengapa berbeda? Lain di mulut lain di hati, begitulah aku.
Gorontalo, 18 Februari 2018.
[Nah, ini lebih ke curcol sih. Aku nggak jago bikin FF, soalnya FF tuh harus ada twist di akhir yang membagongkan. Tapi, ya aku akan terus belajar. Sampai bisa.]
___________
Morning Bloom
Nurwahidah Bi
Jika pelangi hadir untuk mengobati hujan, dan rembulan hadir untuk mengobati letih saat siang.
Lantas, ketika genangan air di sudut mata menjadi cermin keletihan, apa gerangan yang mampu mengobatinya?
Apalagi selain dengan meringankan badan, bersujud di kala waktunya sudah tiba. Sebaiknya lebih cepat dan jangan terlambat, sebelum akhirnya menjadi objek ucapan salam saat berdiri dari barisan yang menangisi.
Gorontalo, 24 April 2018
___________
Baca juga: Review Drakor Doctor Stranger: Hati-hati dengan Dokter Ini!!!
Artikel lainnya: Review Series Thailand: Enigma
- Dapatkan link
- X
- Aplikasi Lainnya
Komentar
Posting Komentar